Rabu, 27 Desember 2017
PEGAWAI KERAJAAN YANG BIJAKSANA
Alkisah ada seorang raja lalim yang
sudah tua. Sang raja membangun sebuah gua di dalam istana untuk menghukum semua
orang yang dianggap tidak setia. Segala binatang buas ditempatkan di sana. Siapa
saja yang membuat sang raja murka, tiada lain akan ditimpakan hukuman,
dimasukkan ke dalam gua tersebut.
Tersebutlah seorang yang pegawai
yang bijaksana, adil dan cerdas. Ia telah lama mengabdi pada keluarga kerajaan.
Walau selalu setia, mengabdi tanpa kenal lelah, toh ia selalu merasa was-was,
khawatir kejadian buruk akan menimpa. Dengan kecerdasan yang mengagumkan, ia
berpikir bagaimana mempertahankan hidupnya dari tindakan raja yang
sewnang-wenang.
Akhirnya ia menemukan jawaban. Saat malam.
Ketika semua orang telah terbua oleh mimpi masing-masing, sang pegawai pergi ke
gua dengan membawa makanan-makanan dan memberikannya pada binatang-binatang
yang ada di sana. Perbuatan itu, ia lakukan dengan hati-hati agar tidak seorang
pun orang istana yang mengetahuinya. Setiap malam pekerjaan itu ia lakukan,
hingga menjadi kebiasaan. Dan binatang-binatang di dalam gua itu selalu
menunggu kedatangan si pegawai. Mereka merasa senang jika si pegawai datang
dengan membawa makanan-makanan, mereka pun enggan menyakiti tubuh orang yang
dermawan itu.
Kemudian suatu saat sang raja
mengincar kematiannya. Dengan berbagai cara sang raja mencari kesalahan pegawai
itu. Dan kemudian di hukum dimasukkan ke dalam gua bersama anjing-anjing dan
binatang lainnya yang kelaparan.
Pagi berikutnya, tanpa merasa
bersalah atas tindakan yang sewenang-wenang, raja mengirim utusan untuk melihat
ke dalam gua. Sang raja berpikir pegawai itu pastilah telah dimakan anjing yang
kelaparan.
Namun betapa takjub utusan raja,
kala menemui pegawai kerajaan yang bijak itu masih dalam kadaan hidup,
segar-bugar. Sang utusan segera bergegas meninggalkan gua utnuk melaporkan apa
yang ia lihat.
“Wahai paduka raja! Kebijakannya telah
teruji, ia seperti malaikat yang diberkati, dan Allah melindungi hidupnya dari
amarabahaya. Ia tidak disentuh oleh binatang-binatang, meskipun diikat kuat. Aku
melihatnya bersama dengan anjing-anjing yang jinak disekelilingnya.”
Raja merasa heran dengan kejadian
ajaib ini. Ia ingin melihat sendiri keanehan itu. Di dalam gua, ia melihat sang
pegawai yang tidak bersalah itu terikat kuat, dalam keadaan sehat dan aman. Lalu
raja bertanya,
“Mantra apa yang engkau rapalkan,
hingga selamat dari cengkraman binatang-binatang buas itu?”
“Aku tidak mempunyai mantra untuk
diucapkan. Aku hanya memberi makan anjing-anjing itu setiap hari. Untuk mengungkapkan
rasa terima kasih, mereka membalas dengan menyelematkanku dari musuh-musuh yang
kejam. Sementara aku telah mengabdi kepadamu selama bertahun-tahun, dan sebagai
ganjarannya engakau mengirimku ke mari! Anjing saja punya perasaan, sedang
engkau sama sekali tidak memiliki perasaan. Seekor anjing akan berterima kasih
jika diberi sepotong tulang. Namun engkau dengan sepenuh darah, sama sekali
tidak pernah berterima kasih.”
Sang raja merasa malu, dan menyadari
kekejamannya dan berjanji akan mengubah perilaku buruknya.
Sabtu, 16 Desember 2017
DOA DIBACA SAAT FORUM FINALISASI RENCANA KEGIATAN DAK FISIK AFIRMASI TRANSMIGRASI PERDESAAN TAHUN 2020
Ya Allah Yang Maha Pengasih Lagi
Maha Penyayang...
Puji Syukur Kami Haturkan Ke
HadiratMu Ya Allah, Atas Segala Nikmat Dan Hidayah Yang Engkau Anugerahkan
Kepada Kami, Sehingga Kami Dapat Hadir Mengikuti Kegiatan .........................................................................,
Dalam Keadaan Sehat Wal Afiat.
Ya Allah Yang Maha Meberi,
Dzat yang Memiliki Kuasa Atas Segalanya...
-Lancarkanlah
Kegiatan Kami Ini, Ya Allah, Dari Awal Hingga Akhir Acara Nanti,
-Sehat
Dan Kuatkan Lah Kami Semua Yang Hadir Di Sini, Ya Allah, Agar Kami Pun Dapat
Mengikuti Kegiatan Ini Hingga Akhir Nanti,
-Satukanlah
Hati Kami, Padukanlah Langkah Kami, Apungkan Pengetahuan Dan Segarkan Pemahaman
Kami Agar Kami Dapat Memetik Seluruh Pengetahuan Serta Hikmah Dari Kegiatan
Yang Kami Laksanakan Ini.
-Ya Allah, Turunkanlah
Ridho Serta Rahmatmu. Untuk Mafaat, Untuk Barokah, Untuk Kinerja Kami Yang
Lebih Baik Kedepannya dengan Bekerja Secara Profesiaonal, Proporsional, Tekun
serta disiplin.
Ya Allah Yang Maha Pembimbing...
Jadikanlah Hari Ini, Lebih Baik Dari Hari Kemarin, Dan Hari
Esok Menjadi Lebih Baik Dari Hari Ini. Bimbinglah Kami Untuk Selalu Bersyukur
Atas Karunia “Mu”, Tabah Dan Sabar Dalam Menghadapi Tantangan Tugas.
Tunjukkanlah Kepada Kami Yang Benar Itu Benar, Agar Kami
Dapat Melaksanakannya, Perlihatkanlah Kepada Kami Yang Salah Itu Salah, Agar
Kami Dapat Menghindarinya.
Ya Allah, Kabulkanlah Doa Kami,,,,
Rabu, 15 November 2017
Aku Alumni UIN SUKA Jojga, Aku Lebih Dari Sekedar Liberal; Adalah Kafir.
Beberapa waktu lalu, khalayak media
sosial sempat diramaikan dengan isu yang sedikit sensitif, sedikit memantik
emosi, namun sebenarnya adalah hal yang maklum dan lumrah. UIN Sunan Kalijaga
Yogya yang merupakan salah satu kampus terkemuka di Yogyakarta ini,
disebut-sebut sebagai kampus liberal dan cikal-bakal atas rentetan bencana alam
maupun tektonik yang beberapa tahun ini melanda jogja. Kontan, pernyataan ini
langsung direspon dan dianggap sembarangan. Terutama oleh alumnus maupun
manahsiswa yang masih aktif.
Mereka beramai-ramai membantah
bahkan mengecam pernyataan kontraproduktif, yang disampaikan oleh Ustadz Dr.
Khalid Basalamah MA. dalam sebuah ceramahnya diakun youtube, adalah tidak benar,
salah-paham dan cendrung terburu-buru dalam mengambil kesimpulan. “Perkataan
“Ustadz” ini, saya nyatakan, mengandung banyak kebohongan, kesalahpahaman dan
ketakakuratan.” Bantah Prof Dr Machasin, Guru Besar Fakultas Adab Dan Ilmu
Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Seumpama semut, ia akan menggigit
saat merasa terusik. Bagai burung bulbul, ia akan menggerau saat merasa
diganggu. Tampak begitulah reaksi mereka, dan hal itu wajar-waja saja. Namun,
tidak bagiku, aku malah tidak begitu ambil pusing dengan statement Ustadz
Basalamah yang sebenarnya tidak perlu itu. Oleh karenanya, Aku malah sadar beberapa
hal;
Bahwa saat aku menjadi bagian
mahasiswa UIN yang masih aktif, pada setiap malam jum’at aku dan teman-teman
UKM INKAI mengadakan Yasinan, sehabis maghrib. Padahal, kita tahu ada sebagaian
saudara kita yang menganggap rutinitas yasinan seperti itu adalah bid’ah
(mengada-ngada, atau tidak pernah dicntoh kan Nabi). Sebagaimana mereka sering
merujuk pada hadis Nabi, bahwa bid’ah adalah sesat.
Itu baru yasinan. Belum lagi, banyak
di antara masiswa UIN yang adakalanya memeriahkan Maulud Nabi saw, berkumpul
untuk tahlilan, berdoa bersama dengan dipandu, dan lain sebagainya. Di mana
semuanya juga ada dari saudara kita (muslim) yang juga menggap sebagai hal yang
bid’ah alias sesat dan setiap kesesatan tempatnya adalah di Neraka.
Selain itu, secara
akademis-fakultatif, kampus UIN juga menyediakan prodi Akidah dan Filsafat,
juga prodi Perbandingan Agama. Melihat judulnya saja, pasti telah terbayang
isinya akan dan seperti apa? Bahwa filsuf sering dianggap argumentasinya tidak
jauh mengarah pada ke”murtad”an. Maka, ada salah seorang temanku, setiap kali
diberbicara mengungkapkan pengetahuan dan pendapat filasafatnya selalu diakhiri dengan
syahadat, dengan sadar khawatir atas apa yang disampaikannya, takut murtad. Jika
demikian hal apa kira-kira yang disampaikan temanku? Camkan!!! He
Selain itu, bahwa di UIN SUKA juga
ada di antara mahasiswanya yang belajar dan mendalami tasawwuf. Untuk faham ini
juga sebagian saudara muslim kita ada yang menuduh sebagai penganut tahayyul,
khayal, kurafat bahkan bertentangan dengan kaidah-kaidah hadis shahih. Muhammad bin ‘Abdus Salam Khodr Asy Syuqairiy berkata, orang-orang sufi adalah orang yang serakah pada makanan, orang yang gemar menyiakan waktu dengan permainan sia-sia dan pengagung bid’ah (As Sunan wal Mubtada’at Al Muta’alliqoh Bil Adzkari wash Sholawat, 138-139)
Satu lagi, di UIN SUKA Jogja juga
di dalamnya terdapat satu prodi yang membahas tentang kaidah-kaidah fiqhiyah,
Hadits, Al-Qur’an dengan segala kaitanya. Adalah prodi Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir, dan prodi Ilmu Hadis. Di mana sebagian pembahsannya tidak jauh dari yang
diistilahkan dengan ta’wil, termasuk ketika menafsirkan al-Qur’an dan Hadis. Menurut Harun Nasution, termasuk dalam salah satu pokok doktrin
teologis Wahaby, bahwa menggunakan ta’wil dalam menafsirkan al-Qur’an
termasuk KAFIR. Dan aku adalah alumnus prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, artinya
aku kafir. Yach,, dalah...
Jadi, kalau begitu jika semua pada
ingin tuduh-tuduhan, maka UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tidak hanya dihuni oleh
orang-orang LIBERAL saja tapi juga orang-orang SESAT, MURTADZ, AHLI BID’AH,
MUNAFIQ bahkan KAFIR dan lain-lain.
Itu!!!!!!!!!!
Rabu, 08 November 2017
NENEK PEMUNGUT DAUN
Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur.
Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.
Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang. Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. "Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.
Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.
Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu. "Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya."
Kisah ini saya dengar dari Kiai Madura, D. Zawawi Imran, membuat bulu kuduk saya merinding. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Alloh swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Alloh. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasululloh saw?
Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.
Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang. Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. "Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.
Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.
Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu. "Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya."
Kisah ini saya dengar dari Kiai Madura, D. Zawawi Imran, membuat bulu kuduk saya merinding. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Alloh swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Alloh. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasululloh saw?
JASA DAN KETULUSAN SEORANG IBU
seorang pemuda ingin melamar pekerjaan sebagai manajer di perusahaan besar.
~Interview dengan Direktur~
Direktur :"setelah saya lihat,kamu anak yang pintar"
Pemuda :"Terimakasih pak"
Direktur :"siapa yang membiayai mu sekolah?"
Pemuda :"Ibu saya,karna ayah saya sudah meninggal"
Direktur :"Dimana Ibumu bekerja?"
Pemuda :"Ibu saya bekerja sebagai tukang cuci"
Direktur :"Coba saya lihat tanganmu!"
Pemuda :"ini pak"(menunjukan tangannya yg lembut dan halus)
Direktur :"Apa kamu pernah membantu ibumu?"
Pemuda :"tidak,Ibu hanya ingin saya belajar dan membaca banyak buku"
Direktur :"saya memiliki permintaan.Ketika kamu pulang,kamu cuci tangan Ibumu,kemudian temui saya esok hari"
Si pemuda itu pulang,ketika di rumah dia meminta ibunya untuk membiarkan dirinya membersihkan tangan Ibunya.Berlahan air matanya tumpah,dia merasakan tangan ibunya yang kasar,berkerut,dan banyak luka.
Si pemuda sadar Luka di tangan ibunya merupakan harga yng harus dibayar ibunya untuk pendidikannya. Kemudian dia mencuci baju seperti yg dilakukan ibunya. Dia merasakan betapa susahnya pekerjaan yg dilakukan ibunya seorang diri,tanpa mau di bantu oleh dirinya.
~Ke esokan Hari~
Direktur :"Bagaimana?Apa sudah kamu penuhi permintaanku?"
Pemuda :"Sudah pak"
Direktur :"Coba ceritakan?"
Pemuda :"saya membersihkan tangan ibu saya,saya juga mencuci baju.Akhirnya saya mengerti pengorbanan ibu saya. tanpa ibu,saya tidak akan menjadi seperti ini.
Direktur :"Inilah yang saya cari dalam diri Manajer.Seseorang yang mengetahui penderitaan orang lain ketika mengerjakan sesuatu,dan seseorang yg tidak menempatkan uang sebagai tujuan utama dari hidup. Selamat kamu di terima"
Pemuda :"terima kasih pak"
Subhanallah,begitu besar perjuangan seorang ibu,dia mau melakukan apapun demi kebahagiaan anaknya.
Cerita ini disadur dari sebuah postingan Facebook.
~Interview dengan Direktur~
Direktur :"setelah saya lihat,kamu anak yang pintar"
Pemuda :"Terimakasih pak"
Direktur :"siapa yang membiayai mu sekolah?"
Pemuda :"Ibu saya,karna ayah saya sudah meninggal"
Direktur :"Dimana Ibumu bekerja?"
Pemuda :"Ibu saya bekerja sebagai tukang cuci"
Direktur :"Coba saya lihat tanganmu!"
Pemuda :"ini pak"(menunjukan tangannya yg lembut dan halus)
Direktur :"Apa kamu pernah membantu ibumu?"
Pemuda :"tidak,Ibu hanya ingin saya belajar dan membaca banyak buku"
Direktur :"saya memiliki permintaan.Ketika kamu pulang,kamu cuci tangan Ibumu,kemudian temui saya esok hari"
Si pemuda itu pulang,ketika di rumah dia meminta ibunya untuk membiarkan dirinya membersihkan tangan Ibunya.Berlahan air matanya tumpah,dia merasakan tangan ibunya yang kasar,berkerut,dan banyak luka.
Si pemuda sadar Luka di tangan ibunya merupakan harga yng harus dibayar ibunya untuk pendidikannya. Kemudian dia mencuci baju seperti yg dilakukan ibunya. Dia merasakan betapa susahnya pekerjaan yg dilakukan ibunya seorang diri,tanpa mau di bantu oleh dirinya.
~Ke esokan Hari~
Direktur :"Bagaimana?Apa sudah kamu penuhi permintaanku?"
Pemuda :"Sudah pak"
Direktur :"Coba ceritakan?"
Pemuda :"saya membersihkan tangan ibu saya,saya juga mencuci baju.Akhirnya saya mengerti pengorbanan ibu saya. tanpa ibu,saya tidak akan menjadi seperti ini.
Direktur :"Inilah yang saya cari dalam diri Manajer.Seseorang yang mengetahui penderitaan orang lain ketika mengerjakan sesuatu,dan seseorang yg tidak menempatkan uang sebagai tujuan utama dari hidup. Selamat kamu di terima"
Pemuda :"terima kasih pak"
Subhanallah,begitu besar perjuangan seorang ibu,dia mau melakukan apapun demi kebahagiaan anaknya.
Cerita ini disadur dari sebuah postingan Facebook.
Senin, 23 Oktober 2017
BELAJAR MEMAHAMI PADA SECANGKIR KOPI
Ayah : Nak, tolong buatkan kopi dua gelas untuk kita berdua,
tapi gulanya jangan engkau tuang dulu, bawa saja ke mari beserta wadahnya.
Anak : Baik, ayah.
Tidak berapa lama, anaknya sudah membawa dua gelas kopi yang
masih hangat dan gula di dalam wadahnya beserta sendok kecil.
Ayah : Cobalah kamu rasakan kopimu nak. Bagaimana rasanya?
Anak : Rasanya sangat pahit sekali ayah.
Ayah : Tuangkanlah sesendok gula, aduklah, bagaimana
rasanya?
Anak : Rasa pahitnya sudah mulai berkurang, ayah.
Ayah : Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana
rasanya?
Anak : Rasa pahitnya sudah berkurang banyak, ayah.
Ayah : Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana
rasanya?
Anak : Rasa manis mulai terasa tapi rasa pahit juga masih
sedikit terasa, ayah.
Ayah : Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana
rasanya?
Anak : Rasa pahit kopi sudah tidak terasa, yang ada rasa
manis, yah.
Ayah : Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana
rasanya?
Anak : sangat manis sekali, ayah.
Ayah : Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana
rasanya?
Anak : Terlalu manis. Malah tidak enak, yah.
Ayah : Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana
rasanya?
Anak : Rasa kopinya jadi tidak enak, lebih enak saat ada
rasa pahit kopi dan manis gulanya sama-sama terasa, ayah.
Ayah : Ketahuilah nak.. pelajaran yang dapat kita ambil dari
contoh ini adalah.. jika rasa pahit kopi ibarat kemiskinan hidup kita, dan rasa
manis gula ibarat kekayaan harta, lalu menurutmu kenikmatan hidup itu sebaiknya
seperti apa nak?
Sejenak sang anak termenung, lalu menjawab.
Anak : Ya ayah, sekarang saya mulai mengerti, bahwa
kenikmatan hidup dapat kita rasakan, jika kita dapat merasakan hidup
secukupnya, tidak melampaui batas. Terimakasih atas pelajaran ini, ayah.
Ayah : Ayo anakku, kopi yg sudah kamu beri gula tadi,
campurkan dengan kopi yang belum kamu beri gula, aduklah, lalu tuangkan dalam
kedua gelas ini, lalu kita nikmati segelas kopi ini.
Sang anak lalu mengerjakan perintah ayahnya.
Ayah : Bagaimana rasanya?
Anak : Rasanya nikmat sekali, ayah.
Begitu pula jika
engkau memiliki kelebihan harta, akan terasa nikmat bila engkau mau membaginya
dengan orang-orang yang kekurangan.
Selasa, 10 Oktober 2017
MASIJID DIRAR
Disebutkan dalam ayat,
“Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah: “Kami tidak menghendaki selain kebaikan”. Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).”
“Janganlah kamu shalat dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS. At-Taubah: 107-108)
وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَادًا لِمَنْ حَارَبَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ مِنْ قَبْلُ ۚ وَلَيَحْلِفُنَّ إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا الْحُسْنَىٰ ۖ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
“Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah: “Kami tidak menghendaki selain kebaikan”. Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).”
لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا ۚ لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ ۚ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا ۚ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ
“Janganlah kamu shalat dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS. At-Taubah: 107-108)
SANTRI DAN AQUARIUM
Seorang santri sedang membersihkan aquarium Kyainya, ia
memandang ikan arwana agak kebiruan dengan takjub.
Tak sadar Kyainya sudah berada di belakangnya.. "Kamu
tahu berapa harga ikan itu?". Tanya sang Kyai.
"Tidak tahu". Jawab si Santri..
"Coba tawarkan kepada tetangga sebelah!!".
Perintah sang Kyai.
Ia memfoto ikan itu dan menawarkan ke tetangga..
Kemudian kembali menghadap sang Kyai. .
"Ditawar berapa nak?" tanya sang Kyai. .
"50.000 Rupiah Kyai". Jawab si Santri mantap..
"Coba tawarkan ke toko ikan hias!!". Perintah sang
Kyai lagi..
"Baiklah Kyai". Jawab si santri. Kemudian ia
beranjak ke toko ikan hias..
"Berapa ia menawar ikan itu?". Tanya sang kyai..
"800.000 Rupiah Kyai". Jawab si santri dengan
gembira, ia mengira sang Kyai akan melepas ikan itu.
"Sekarang coba tawarkan ke Si Fulan, bawa ini sebagai
bukti bahwa ikan itu sudah pernah ikut lomba". Perintah sang Kyai lagi..
"Baik Kyai". Jawab si Santri. Kemudian ia pergi
menemui si Fulan yang dikatakan gurunya. Setelah selesai, ia pulang menghadap
sang guru.
"Berapa ia menawar ikannya?".
.
"50 juta Rupiah Kyai".
Ia terkejut sendiri menyaksikan harga satu ikan yang bisa berbed-beda..
"Nak, aku sedang mengajarkan kepadamu bahwa kamu hanya
akan dihargai dengan benar ketika kamu berada di lingkungan yang tepat..".
Kita semua adalah orang biasa dalam pandangan orang-orang yang tidak mengenal
kita.
وَكُلُّنَا
اَشْخَاصٌ رَائِعُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ
يَفْهَمُنَا
Kita adalah orang yang menarik di mata orang yang memahami
kita.
وَكُلُّنَا
اَشْخَاصٌ مُمَيِّزُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ
يُحِبُّنَا
Kita istimewa dalam penglihatan orang-orang yang mencintai
kita.
وَكُلُّنَا
اَشْخَاصٌ مَغْرُوْرُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ
يَحْسُدُنَا
Kita adalah pribadi yang menjengkelkan bagi orang yang penuh
kedengkian terhadap kita.
وَكُلُّنَا
اَشْخَاصٌ سَيِّئُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ
يَحْقِدُ عَلَيْنَا
Kita adalah orang-orang jahat di dalam tatapan orang-orang
yang iri akan kita.
لِكُلِّ شَخْصٍ نَظْرَتُهُ، فَلاَ
تَتْعَبْ نَفْسَكَ لِتُحْسِنَ عِنْدَ
الآخَرِيْنَ
Pada akhirnya, setiap orang memiliki pandangannya masing
masing, maka tak usah berlelah-lelah agar tampak baik...
Tapi berusahalah terus melakukan kebaikan dan menjalankan
apapun dengan keikhlasan.
Minggu, 01 Oktober 2017
RAHASIA JIMA' ATAU SEKS
وقال محمد بن زكريا من ترك الجماع مدة طويلة ضعفت قوى اعصابه واستد مجارها وتقلص ذكره
قال ورأيت جماعة تركوه لنوع من التفشف فبردت أبدانهم وعسرت حركاتهم ووقعت عليهم كابة بلا سبب وقلت شهواتهم ومضمهم.. إنتهى...
Muhammad bin zakaria berkata: siapa meninggalkan jima' dalam waktu yang lama, otot-ototnya akan menjadi lemah, peredaran darahnya terhambat dan anunya (ATM=alat tusuk manual) menjadi susut (mengkered 😂😂).
Kemudian ia juga berkata: " Aku pernah melihat sekelompok orang meninggalkan berhubungan dengan alasan menghindari nafsu duniawi. Tidak lama kemudian ia merasakan demam, sulit bergerak, dilanda perasaan sedih dengan tanpa tahu penyebabnya, birahinya menjadi lemah dan pencernaannya tidak bisa berfungsi normal.
فتزوجوا وجامعوا تصحوا...
Menikah dan gauli, maka kalian akan sehat.
RAHASIA JIMA'
كان ابن عقيل الحنبلي رحمه الله تعالى يقول :
كنت إذا ستغلقت على مسألة، دعوت زوجتي إلى الفراش,فإذا فرغت من أمرها قمت إلى قراطيس أصب العلم صبا. لأن الجماع يصفى الذهن ويقوى الفهم.
Al-Imam Ibnu 'Uqail Al-Hanbali berkata: "Ketika aku terkunci pada suatu permasalahan (ilmu), maka aku panggil istriku untuk berhubungan. Ketika aku selesai, maka aku ambil kertas dan ku tuangkan ilmu ke atasnya (mulai mengarang kitab)". Jima' dapat membersihkan pikiran dan menguatkan kepahaman.
وكان الجنيد يقول : أحتاج الى الجماع كماأحتاج الى القوت. فالزوجة على التحقيق قوت وسبب لطهارة القلب. ولذلك أمر رسول الله كل من وقع نظره على إمرأة فتاقت اليها نفسه ان يجامع أهله.
Al-Imam Al-Junaid Al-Baghdadi berkata : "Aku butuh bersetubuh sebagaimana aku butuh makanan (untuk asupan badan), maka seorang istri tak ubahnya asupan badan dan menjadi sebab bersihnya hati". Oleh karena itu Rosulullah memerintahkan kepada setiap lelaki yg melihat perempuan yg membuat hati tertarik padanya, maka hendaknya menggauli istrinya.
قال الفقهاء : وعلى الرجل ان يشبع إمراته جماعا او وطأ كما يشبعها قوتا.
Para Pakar Fiqih berkata: "Wajib bagi lelaki untuk memuaskan istrinya dlm hubungan biologis, sebagaimana mengenyangkannya dengan makanan".
Refrensi:
احياء علوم الدين؛ اسرار الجماع
Selasa, 19 September 2017
HANDUK BASAH DI ATAS KASUR
Seorang
isteri memiliki suami yang punya kebiasaan meletakan handuk basah begitu saja
di atas kasur.
Si isteri
sering ngomel-ngomel pada suaminya. Suaminya tak berubah.
Capek
marah-marah, si istri mulai ganti cara dengan menyindirnya. “Bagus sekali ada
handuk basah di tempat tidur!” ujarnya dengan suara sinis. Atau, “Kapan handuk bisa jalan sendiri ke
jemuran?”
Apakah
suaminya berubah? Big No! Bahkan makin sebel sama si isteri.
Akhirnya si
isteri merasa capek, marah sudah, nyindir sudah, tapi tak ada hasilnya.
Mengubah
orang lain susah, apalagi untuk hal yang sudah jadi kebiasaan sejak kecil.
akhirnya ia mengubah pikirannya sendiri.
“Baiklah,
handuk basah ini akan menjadi permadani di surga nanti. Makin banyak aku memindahkan
handuk basah ke jemuran, makin banyak permadani indahku di surga.”
Setiap
melihat handuk basah di kasur si isteri tersenyum dan bergegas menjemurnya.
Perasaannya bahagia.
Apakah
handuknya berubah? Tidak! Handuk basah tetap ada di kasur. Yang berubah cara
pandang dirinya terhadap handuk basah tersebut.
Waktu
berlalu…
Si isteri
kaget. Tak ada lagi handuk basah di kasurnya. Ia sudah lupa sejak kapan ia tak
lagi melakukannya.
Rupanya
melihat keikhlasan istrinya sang suami tergerak untuk melakukannya sendiri.
Kadang ada
hal yang sulit kita ubah pada orang lain. Jika ingin hasil yang lebih baik,
maka ubahlah diri kita lebih dulu.
Bahagia,
sedih, syukur, mengeluh, semua adalah tergantung diri kita. Kitalah yang
memilih.
Rabu, 13 September 2017
SEORANG DAN PELUKIS BIJAK
Ramai soal kafir dan dalih juga dalil yang berjubel di media sosial, mengingatkanku pada sebuah kisah tentang seorang Raja dengan kondisi mata ciri sebelah.
Suatu hari sang raja mengundang beberapa pelukis terkenal untuk membuatkan lukisan wajahnya dalam sebuah sayembara. Mereka akan mendapat hadiah jika lukisan yang dihasilka bagus, dan akan dimasukkan penjara jika dinilai gagal. Tak ayal banyak para pelukis yang mundur, hanya ada 3 orang tersisa yang menyanggupinya.
Majulah pelukis pertama, dengan sigap ia melukis wajah sang raja. Tak lama lukisan pun berhasil diselesaikan.
“Lukisan macam apa ini..!!” tegas sang raja, “bagaimana bisa melukiskan wajah rajamu dengan mata ciri begitu..!!
Rupanya sang pelukis dinyatakan gagal, karena melukis wajah raja apa adanya sehingga dianggap melakukan sikap tidak pantas terhadap raja. Maka dimasukkanlah ia jalam jeruji penjara.
Kemudian tiba giliran pelukis kedua. Dengan sedikit rasa tegang ia melukis wajah sang raja, dan tak lama akhirnya lukisan pun berhasil diselesaikan.
“Beraninya kau..!! pekik sang raja, “apa maksud melukis wajahku dengan keadaan mata sempurna..!?” tegasnya.
Pelukis kedua dianggap telah berlaku tidak jujur yang dengan berani memanipulasi wajah sang raja seolah sempurna tanpa cacat mata. Maka kurungan penjara yang lebih berat ditimpakan bagi pelukis kedua.
Tibalah giliran pelukis ketiga. Dengan tenang ia melukis wajah sang raja. Setelah selesai, lukisan itu pun dihadapkan sang raja.
“Ini adalah lukisan terbaik yang pernah ada.” puji sang raja kepada pelukis ketiga. “Kau berhak memperoleh hadiah besar dari raja!!” pungkasnya.
Sang pelukis ketiga berhasil melukis wajah sang raja, dan ia pun memperoleh hadiah yang besar. Rupanya sang pelukis dengan begitu brilian melukiskan wajah sang raja yang dengan gagah seolah sedang memincingkan mata sebelahnya saat memanah.
Begitulah akhlak dan kebijaksanaan.
Ketika jujur tidak cukup dan berbohong itu buruk, maka akhlak dan kebijaksanaan dibutuhkan. Begitupun dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.
Tulisan ini diambil dari situs Islam.co
Suatu hari sang raja mengundang beberapa pelukis terkenal untuk membuatkan lukisan wajahnya dalam sebuah sayembara. Mereka akan mendapat hadiah jika lukisan yang dihasilka bagus, dan akan dimasukkan penjara jika dinilai gagal. Tak ayal banyak para pelukis yang mundur, hanya ada 3 orang tersisa yang menyanggupinya.
Majulah pelukis pertama, dengan sigap ia melukis wajah sang raja. Tak lama lukisan pun berhasil diselesaikan.
“Lukisan macam apa ini..!!” tegas sang raja, “bagaimana bisa melukiskan wajah rajamu dengan mata ciri begitu..!!
Rupanya sang pelukis dinyatakan gagal, karena melukis wajah raja apa adanya sehingga dianggap melakukan sikap tidak pantas terhadap raja. Maka dimasukkanlah ia jalam jeruji penjara.
Kemudian tiba giliran pelukis kedua. Dengan sedikit rasa tegang ia melukis wajah sang raja, dan tak lama akhirnya lukisan pun berhasil diselesaikan.
“Beraninya kau..!! pekik sang raja, “apa maksud melukis wajahku dengan keadaan mata sempurna..!?” tegasnya.
Pelukis kedua dianggap telah berlaku tidak jujur yang dengan berani memanipulasi wajah sang raja seolah sempurna tanpa cacat mata. Maka kurungan penjara yang lebih berat ditimpakan bagi pelukis kedua.
Tibalah giliran pelukis ketiga. Dengan tenang ia melukis wajah sang raja. Setelah selesai, lukisan itu pun dihadapkan sang raja.
“Ini adalah lukisan terbaik yang pernah ada.” puji sang raja kepada pelukis ketiga. “Kau berhak memperoleh hadiah besar dari raja!!” pungkasnya.
Sang pelukis ketiga berhasil melukis wajah sang raja, dan ia pun memperoleh hadiah yang besar. Rupanya sang pelukis dengan begitu brilian melukiskan wajah sang raja yang dengan gagah seolah sedang memincingkan mata sebelahnya saat memanah.
Begitulah akhlak dan kebijaksanaan.
Ketika jujur tidak cukup dan berbohong itu buruk, maka akhlak dan kebijaksanaan dibutuhkan. Begitupun dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.
Tulisan ini diambil dari situs Islam.co
Sabtu, 12 Agustus 2017
HUKUM MENCIUM TANGAN ORANG 'ALIM
Mencium tangan para ulama merupakan perbuatan yg dianjurkan agama. Karena perbuatan itu merupakan salah satu bentuk penghormatan kpd mereka.
Dalam sebuah hadits dijelaskan :
Dalam sebuah hadits dijelaskan :
عَنْ زَارِعٍ وَكَانَ فِيْ وَفْدِ عَبْدِ الْقَيْسِ قَالَ لَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِيْنَةَ فَجَعَلْنَا نَتَبَادَرُ مِنْ رَوَاحِلِنَا فَنُقَبِّلُ يَدَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرِجْلَهُ – رَوَاهُ أبُوْ دَاوُد
"Dari Zari’ ketika beliau menjadi salah satu delegasi suku Abdil Qais, beliau berkata, Ketika sampai di Madinah kami bersegera turun dari kendaraan kita, lalu kami mengecup tangan & kaki Nabi Saw. (H.R. Abu Dawud).
عَنِ ابْنِ جَدْعَانْ, قالَ لاَنَسْ : اَمَسَسْتَ النَّبِيَّ بِيَدِكَ قالَ :نَعَمْ, فقبَلهَا
"Dari Ibnu Jad’an ia berkata kpd Anas bin Malik, apakah engkau pernah memegang Nabi dengan tanganmu ini ?. Sahabat Anas berkata : ya, lalu Ibnu Jad’an mencium tangan Anas tersebut.
(H.R. Bukhari dan Ahmad)
عَنْ جَابرْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ عُمَرَ قبَّل يَدَ النَّبِيْ.
"Dari Jabir r.a. sesungguhnya Umar mencium tangan Nabi. (H.R. Ibnu al-Muqorri).
عَنْ اَبيْ مَالِكْ الاشجَعِيْ قالَ: قلْتَ لاِبْنِ اَبِيْ اَوْفى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : نَاوِلْنِي يَدَكَ التِي بَايَعْتَ بِهَا رَسُوْلَ الله صَلى الله عَليْه وَسَلمْ، فنَاوَلَنِيْهَا، فقبَلتُهَا.
"Dari Abi Malik al-Asyja’i berkata : saya berkata kpd Ibnu Abi Aufa r.a. “ulurkan tanganmu yg pernah engkau membai’at Rosul dengannya, maka ia mengulurkannya & aku kemudian menciumnya.(H.R. Ibnu al-Muqarri).
عَنْ صُهَيْبٍ قالَ : رَأيْتُ عَلِيًّا يُقبّل يَدَ العَبَّاسْ وَرِجْلَيْهِ.
"Dari Shuhaib ia berkata : saya melihat sahabat Ali mencium tangan sahabat Abbas dan kakinya. (H.R. Bukhori)
Atas dasar hadits-hadits tersebut di atas para ulama menetapkan hukum sunah mencium tangan, ulama, guru, orang sholeh serta orang2 yg kita hormati karena agamanya.
Berikut ini adalah pendapat ulama :
1. Ibnu Hajar al-Asqolani
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani telah menyitir pendapat Imam Nawawi sebagai berikut :
قالَ الاِمَامْ النَّوَاوِيْ : تقبِيْلُ يَدِ الرَّجُلِ ِلزُهْدِهِ وَصَلاَحِهِ وَعِلْمِهِ اَوْ شرَفِهِ اَوْ نَحْوِ ذالِكَ مِنَ اْلاُمُوْرِ الدِّيْنِيَّةِ لاَ يُكْرَهُ بَل يُسْتَحَبُّ.
"Imam Nawawi berkata : mencium tangan seseorang karena zuhudnya, kebaikannya, ilmunya, atau karena kedudukannya dalam agama adalah perbuatan yg tidak dimakruhkan, bahkan hal yg demikian itu disunahkan.
Pendapat ini juga didukung oleh Imam al-Bajuri dalam kitab “Hasyiah”,juz,2,halaman.116.
2. Imam al-Zaila’i, Beliau berkata :
(يَجُوْزُتقبِيْلُ يَدِ اْلعَالِمِ اَوِ اْلمُتَوَرِّعِ عَلَى سَبِيْلِ التبَرُكِ...
"(dibolehkan) mencium tangan seorang ulama & orang yg wira’i karena mengharap barokahnya.
"Wallohu A'lam Bish Showab"
Tulisan ini disadur dari sebuah postingan di Whatsapp
HUKUM TAKBIR BERJAMA’AH
Bertakbir di malam hari raya adalah merupakan sunnah Nabi Muhammad yang amat perlu untuk di lestarikan dalam menampakkan dan mengangkat syi’ar Islam.Para ulama dari masa kemasa sudah biasa mengajak ummat untuk melakukan takbir baik setelah sholat (Takbir Muqoyyad) atau di luar sholat (Takbir Mursal).
Lebih lagi takbir dengan mengangkat suara secara kompak yang bisa menjadikan suara semakin bergema dan berwibawa adalah yang biasa dilakukan ulama dan ummat dari masa ke masa.
Akan tetapi ada sekelompok kecil dari orang yang hidup di akhir zaman ini begitu berani mencaci dan membid’ahkan takbir bersama-sama. Dan sungguh pembid’ahan ini tidak pernah keluar dari mulut para salaf (ulama terdahulu).
Akan tetapi ada sekelompok kecil dari orang yang hidup di akhir zaman ini begitu berani mencaci dan membid’ahkan takbir bersama-sama. Dan sungguh pembid’ahan ini tidak pernah keluar dari mulut para salaf (ulama terdahulu).
Mari kita cermati riwayat-riwayat berikut ini yang menjadi sandaran para ulama dalam mengajak bertakbir secara kompak dan bersama-sama.
A. Berdasarkan Hadits dalam Shohih Imam Bukhori No 971 yang diriwayatkan oleh Ummi Athiyah, beliau berkata :
كُنَّا نُؤْمَرُ أَنْ نَخْرُجَ يَوْمَ الْعِيدِ، حَتَّى نُخْرِجَ الْبِكْرَ مِنْ خِدْرِهَا، حَتَّى نُخْرِجَ الْحُيّاَضَ، فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ، وَيَدْعُونَ بِدُعَائِهِمْ يَرْجُونَ بَرَكَةَ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَطُهْرَتَهُ.(رواه البخاري)
Artinya : “Kami diperintahkan untuk keluar pada hari raya sehingga para wanita-wanita yang masih gadispun diperintah keluar dari rumahnya, begitu juga wanita-wanita yang sedang haid dan mereka berjalan dibelakang para manusia (kaum pria) kemudian para wanita tersebut mengumandangkan takbir bersama takbirnya manusia (kaum pria)dan berdoa dengan doanya para manusia serta mereka semua mengharap keberkahan dan kesucian hari raya tersebut”.
Di sebutkan dalam hadits tersebut
فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ
Para wanita tersebut mengumandangkan takbir bersama takbirnya manusia. Itu menunjukan takbir terjadi secara berjamaah atau bersamaan. Bahkan dalam riwayat imam Muslim dengan kalimat”para wanita bertakbir bersama-sama orang-orang yang bertakbir :
يُكَبِّرْنَ مَعَ النَّاس
B. Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari sayyidina Umar bin Khottob dalam bab takbir saat di Mina
وَكَانَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يُكَبِّرُ فِي قُبَّتِهِ بِمِنًى فَيَسْمَعُهُ أَهْلُ الْمَسْجِدِ فَيُكَبِّرُونَ وَيُكَبِّرُ أَهْلُ الْأَسْوَاقِ حَتَّى تَرْتَجَّ مِنًى تَكْبِيرًا
Artinya : “Sahabat umar bertakbir di qubahnya yang berada di tanah mina lalu penduduk masjid mendengarnya dan kemudian mereka bertakbir begitu penduduk pasar bertakbir sehingga tanah mina bergema dengan suara takbir” .
Ibnu Hajar Al Asqolani (pensyarah besar kitab shohih buhkori) mengomentari kalimat :
Ibnu Hajar Al Asqolani (pensyarah besar kitab shohih buhkori) mengomentari kalimat :
حَتَّى تَرْتَجَّ مِنًى تَكْبِيرًا
Dengan
"أي يَضْطَرِّبُ وَتَتَحَرَّكُ, وَهِيَ مُبَالَغَةٌ فِي اجْتِمَاعِ رَفْعِ الصَّوْتِ"
Bergoncang dan bergerak, bergetar yaitu menunjukan kuatnya suara yang bersama-sama .
C. Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Imam Syafi’i ra dalam kitab Al’um 1/264:
أَحْبَبْتُ أَنْ يَكُبِّرَ النَّاسُ جَمَاعَةً وَفُرَادًى فِي المَسْجِدِ وَالْأَسْوَاقِ وَالْطُرُقِ وَالْمَنَازِلِ والْمُسَافِرِيْنَ والْمُقِيْمِيْنَ فِي كُلِّ حَالٍ وَأَيْنَ كَانُوْا وَأَنَ يَظْهَرُوْا الْتَكْبِيْرَ "
Artinya : “Aku senang(maksudnya adalah sunnah) orang-orang pada bertakbir secara bersama dan sendiri-sendiri, baik di masjid, pasar, rumah, saat bepergian atau rmukim dan setiap keadaan dan di manapun mereka berada agar mereka menampakkan(syi’ar) takbir”.
D. Tidak pernah ada dari ulama terdahulu yang mengatakan takbir secara berjamaah adalah bid’ah. Bahkan yang ada adalah justru sebaliknya anjuran dan contoh takbir bersama-sama dari ulama terdahulu.
Kesimpulan Tentang Takbir Bersama-Sama:
1. Pernah terjadi takbir barsama-sama pada zaman Rasulullah dan para sahabat
2. Anjuran dari Imam Syafi’i ra mewakili ulama salaf .
3. Tidak pernah ada larangan takbir bersam-sama dan juga tidak ada perintah takbir harus sendiri-sendiri.Yang ada adalah anjuran takbir dan dzikir secara mutlaq baik secara sendirian atau berjamaah.
4. Adanya pembid’ahan dan larangan takbir bersama-sama hanya terjadi pada orang-orang akhir zaman yang sangat bertentangan dengan salaf.
1. Pernah terjadi takbir barsama-sama pada zaman Rasulullah dan para sahabat
2. Anjuran dari Imam Syafi’i ra mewakili ulama salaf .
3. Tidak pernah ada larangan takbir bersam-sama dan juga tidak ada perintah takbir harus sendiri-sendiri.Yang ada adalah anjuran takbir dan dzikir secara mutlaq baik secara sendirian atau berjamaah.
4. Adanya pembid’ahan dan larangan takbir bersama-sama hanya terjadi pada orang-orang akhir zaman yang sangat bertentangan dengan salaf.
2. Menghidupkan Malam Hari Raya Dengan Ibadah
Hukum menghidupkan malam hari raya dengan amal ibadah. Sudah disepakati oleh para ulama 4 madzhab bahwa disunnahkan untuk kita menghidupkan malam hari raya dengan memperbanyak ibadah. Imam nawawi dalam kitab majmu’ berkata sudah disepakati oleh ulama bahwa dianjurkan untuk menghidupkan malam hari raya dengan ibadah dan pendapat seperti ini juga yang ada dalam semua kitab fiqh 4 madzhab. Artinya kita dianjurkan untuk menghidupkan malam hari raya dengan sholat, berdzikir, dan membaca Al-Quran khususnya bertakbir. Karena malam hari raya adalah malam bergembira, banyak sekali hamba-hamba yang lalai pada saat itu maka sungguh sangat mulia yang bisa mengingat Allah di saat hamba-hamba pada lalai.
Hukum menghidupkan malam hari raya dengan amal ibadah. Sudah disepakati oleh para ulama 4 madzhab bahwa disunnahkan untuk kita menghidupkan malam hari raya dengan memperbanyak ibadah. Imam nawawi dalam kitab majmu’ berkata sudah disepakati oleh ulama bahwa dianjurkan untuk menghidupkan malam hari raya dengan ibadah dan pendapat seperti ini juga yang ada dalam semua kitab fiqh 4 madzhab. Artinya kita dianjurkan untuk menghidupkan malam hari raya dengan sholat, berdzikir, dan membaca Al-Quran khususnya bertakbir. Karena malam hari raya adalah malam bergembira, banyak sekali hamba-hamba yang lalai pada saat itu maka sungguh sangat mulia yang bisa mengingat Allah di saat hamba-hamba pada lalai.
3. Yang dilakukan Santri dan Jama’ah Al Bahjah
1. Takbir keliling dalam upaya membesarkan syi’ar takbir.
2. Kunjung dari masjid ke masjid untuk melakukan sholat sunnah.
3. Menyimak tausyiah di beberapa masjid yang dikunjungi.
Yang semua itu dalam upaya menjalankan sunnah yang dijelaskan oleh para ‘ulama tersebut di atas.
Wallahu a’lam Bishshowaab.
Oleh : Buya Yahya
Sabtu, 29 Juli 2017
DOA APEL PAGI
1. YA
ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG, JADIKANLAH APEL PAGI INI, UNTUK LEBIH
MENINGKATKAN KUALITAS KINERJA KAMI, MENINGKATKAN DISIPLIN, TANGGUNG JAWAB SERTA
PENGABDIAN KAMI, KEPADA NEGARA DAN BANGSA KHUSUS KEMENTERIAN DESA, PDT DAN
TRANSMIGRASI.
2. YA
ALLAH YANG MAHA PEMBIMBING,
JADIKANLAH HARI INI, LEBIH BAIK DARI HARI
KEMARIN, DAN HARI ESOK MENJADI LEBIH BAIK DARI HARI INI. BIMBINGLAH KAMI UNTUK
SELALU BERSYUKUR ATAS KARUNIA “MU”, TABAH DAN SABAR DALAM MENGHADAPI TANTANGAN
TUGAS.
3. TUNJUKKANLAH
KEPADA KAMI YANG BENAR ITU BENAR, AGAR KAMI DAPAT MELAKSANAKANNYA,
PERLIHATKANLAH KEPADA KAMI YANG SALAH ITU SALAH, AGAR KAMI DAPAT MENGHINDARINYA.
4. YA ALLAH
KABULKANLAH DO’A KAMI, “AAMIIN”
Senin, 17 Juli 2017
HUKUM DAYA TARIK
Dalam Hukum Daya Tarik (Law of Attraction), dikatakan bahwa,
“Anda adalah magnet yang hidup yang selalu menarik orang, gagasan dan situasi
dalam kehidupan Anda, yang membuat keselarasan dengan hal yang dominan yang ada
dalam pikiran Anda.”
Hukum daya tarik mengatakan bahwa pikiran Anda diaktifkan
oleh emosi Anda, baik positif atau negatif, kemudian mereka menciptakan medan
energi yang kuat di sekitar Anda, yang menarik orang dan keadaan yang selaras
dengan pikiran-pikiran tersebut ke dalam kehidupan Anda, ibarat besi yang
dipenuhi dengan magnet.
Hukum daya tarik bersifat netral, jika Anda berpikir secara
positif, Anda akan menarik orang-orang dan keadaan yang positif. Jika Anda
berpikir negatif, Anda akan menarik orang-orang dan keadaan yang negatif. Orang
yang sukses dan bahagia senantiasa berpikir dan berbicara tentang hal-hal yang
ingin mereka tarik dalam kehidupan mereka.
Keadaan yang terjadi disekitar Anda adalah refleksi dari apa
yang ada dalam pikiran Anda. Ini ibarat Anda berdiri di tengah sekeliling
cermin-cermin, kemana pun Anda melihat, Anda melihat refleksi dari diri Anda,
layaknya bayangan dalam cermin, persis seperti yang Anda pikirkan di ruang
terdalam otak Anda.
Pikirkanlah! Anda menjadi seperti apa yang Anda pikirkan
setiap saat. Anda selalu bergerak ke arah pemikiran yang dominan. Segala
sesuatu yang ada di sekitar Anda dikendalikan dan ditentukan oleh apa yang Anda
pikirkan.
Selasa, 04 Juli 2017
REALITAS METOS, KENYATAAN YANG SENGAJA DISISIHKAN?
Metos, selalu dikaitkan dengan kehidupan masyarakat tradisional,
yang cendrung masih mempercayai dongeng dan cerita-cerita lama yang kadang kita
membayangkannya saja tidak habis pikir apalagi menganggapnya pernah nyata.
Kepercayaan akannya menunjukkan sistem masyarakat yang masih kolot, irasional
dan tidak berkemajuan. Metos menjadi definisi kepercayaan yang terbiasa
diterima bahkan dijalankan secara suka-rela bagi masyarakat tradisional, namun
sebaliknya bagi masyarakat modern ia malah dianggap momok atau paling tidak ada
yang memandangnya sebagai takhayyul yang keberadaannya dibiarkan ada hanya
sebagai bahan olok-olokan atau buat ngelucu, dan sudah seharusnya ditinggalkan.
Namun dalam konteks masyarakat religius, metos terkadang digunakan sebagai kata
lain untuk mengungkapkan “bid’ah,” atau sesuatu yang dibuat-buat
sebagaimana kebiasaan masayarakat setempat tanpa ada rujukan real.
Tentu saya tidak sedang dan mempunyai kapasitas menilai mana yang paling atau
benar terkait perbedaan perspektif yang terkesan kontradiktif di atas. Namun,
saya mencoba mengilustrasikan dan mengajak untuk membayangkan seandainya Thomas
alva edision dengan penemuan lampu, Orville Wright dan Wilbur Wright dengan
kerangka desain dan perancangan pesawat
terbang efektif pertama, serta membuat penerbangan terkendali pertama
menggunakan pesawat terbang bermesin, atau Michael Faraday dengan temuan
listrikanya. Bayangkan seandainya mereka mempresentasikan penemuan-penemuan mereka
pada zaman Rasulullah di suatu majlis. Padahal saat itu, masyarakat arab
mencari air bersih dan melalui gersangnya padang pasir saja dengan alat
seadanya dan cendrung susah. Saya kok tidak yakin mereka bakalan percaya,
kecuali pasti akan menganggapnya sebagai metos. Kebenaran syari’at Islam yang
haq dan disampaikan langsung oleh Nabi Muhammad saja, masih ada diantara mereka
yang menganggap sebagai cerita lama (Metos) yang dibuat-buat Nabi Muhammad.[1]
Bahkan seandainya Nabi Muhammad sendiri yang menjelaskan teori
gravitasi, listrik, pesawat terbang dengan mesin, pasti orang-orang kala itu akan
menganggap beliau tidak waras dan telah membuat dongeng dan cerita-cerita
ngawur bin ngelantur. Sebab, waktu itu, teori-teori demikian belum relevan dan
tidak rasional, belum realistis, belum jamannya. Katakanlah contoh pada saat
Nabi Nuh berinisiatif membuat kapal dan mengajak kaumnya untuk ikut andil,
kebanayakan mereka yang tidak beriaman malah mengolok-ngolok serta mengangggap
Nabi Nuh sudah stress.
Atau mari kita bayangkan seandainya saat ini, dizaman yang serba
canggih dan serba tekhnologi, kita diceritakan bahwa duhulu pada zaman
Rasulullah ada seorang yang hanya dengan satu mangkok susu dapat mencukupi
banyak orang dan semua bisa kenyang.[2]
Ada orang yang dapat mengeluarkan cahaya dari ketiaknya, membelah lautan, dapat
menyembuhkan segala penyakit hanya dengan air putih yang hanya dibacakan
basmalah. Saya yakin, pasti kita menganggapnya adalah metos, dongeng semata
yang tidak pernah terjadi. Sebab jamannya sekarang harus rasional,
serba pragmatis, serba bergantung pada benda-benda empirik dan mesti dibuktikan
dengan mata telanjang.
Lalu, apa sebenarnya metos? Tentu tulisan ini, tidak sedang
berusaha mencari jawabannya. Saya serahkan kepada pembaca sekalian, silahkan
mempertimbangkan, menyimpulkan dan menjawab sendiri. Namun, yang pasti
sepanjang sejarahnya yang pernah ada menunjukkan bahwa perbedaan zaman juga
mempengaruhi persepsi tentangnya (metos). Jika demikian, seandainya saya
memutuskan definisi metos tersebut di sini, saya kawatir saya akan disanggah
bahkan diolok-olok oleh generasi zaman saya selanjutnya. Namun, lebih amannya
saya menyepakati saja segala difinisi metos yang telah ada, oleh para pakar.
[1] Firman
Allah Swt.:
{إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا قَالَ
أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ}
yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat kami, ia berkata,
"Itu adalah dongengan-dongengan orang-orang yang dahulu.” (Al-Muthaffifin:
13)
Yakni apabila dia mendengar Kalamullah dari Rasul Saw., maka dia
mendustakannya dan menuduhnya dengan prasangka yang buruk, maka dia meyakininya
sebagai buat-buatan yang dihimpun dari kitab-kitab orang-orang yang terdahulu.
Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firmannya:
وَإِذا قِيلَ
لَهُمْ مَاذَا أَنْزَلَ رَبُّكُمْ قالُوا أَساطِيرُ الْأَوَّلِينَ
Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Apakah yang telah
diturunkan Tuhan kalian?" Mereka menjawab, "Dongengan-dongengan
orang-orang dahulu.” (An-Nahl: 24)
Dan firman-Nya:
وَقالُوا
أَساطِيرُ الْأَوَّلِينَ اكْتَتَبَها فَهِيَ تُمْلى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Dan mereka berkata, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang.” (Al-Furqan: 5)
Maka disangggah oleh Allah Swt. melalui firman-Nya dalam surat ini:
{كَلا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا
كَانُوا يَكْسِبُونَ}
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka
usahakan itu menutup hati mereka. (Al-Muthaffifin:14)
Yakni keadaannya tidaklah seperti apa yang mereka dugakan, dan
tidak pula seperti apa yang dikatakan oleh mereka bahwa Al-Qur'an ini adalah
dongengan orang-orang dahulu, bahkan Al-Qur'an itu adalah Kalamullah, dan
wahyu-Nya yang diturunkan kepada Rasul-Nya. Dan sesungguhnya hati mereka
terhalang dari beriman kepada Al-Qur'an, tiada lain karena hati mereka telah
dipenuhi dan tertutup oleh noda-noda dosa yang banyak mereka kerjakan. Karena
itulah maka disebutkan oleh firman-Nya: Sekali-kali tidak (demikian),
sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.
(Al-Muthaffifin:14) (Tafsir Ibnu Katsir)
[2] Abu Hurairah Radhiallahu `Anhu mulai
mengisahkan sekelumit dari kisah perjalanan hidupnya bersama Rasulullah n ia
bekata, “Demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Dia. Saya
sering menegakkan rongga perutku ke tanah dan sering mengikatkan batu di
perutku kerena lapar.
Pada suatu hari, saya duduk di jalan yang biasa dilewati orang.
Kemudian Rasulullah Shollallahu `Alaihi Wasallam lewat dan tersenyum ketika
melihat saya dan beliau tahu tentang apa yang sedang menimpa diri saya. Lalu
beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam bersabda, ‘Wahai Abu Hirr, mari ikut aku,’
maka saya pun mengikuti beliau. Lalu beliau memasuki rumah dan saya meminta
izin masuk, beliaupun mengizinkan saya.
Ketika beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam masuk, ternyata di situ
ada semangkok susu. Beliau lantas bertanya kepada istrinya, ‘Dari mana asal
susu ini?’ Ia (istrinya) menjawab, ‘Dari si Fulan atau si Fulanah, ia
menghadiahkan susu ini untuk mu.’ Beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam bersabda,
‘Wahai Abu Hirr,’ saya menjawab, ‘Ada apa wahai Rasulullah?’ Beliau Shollallahu
`Alaihi Wasallam ‘Temuilah para Ahli Suffah dan ajaklah mereka kemari,’
Abu Hurairah Radhiallahu `Anhu berkata, ‘Ahli suffah adalah
tamu-tamu islam yang tidak mempunyai keluarga, harta dan saudara. Apabila
beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam mendapat sedekah, maka beliau
mengirimkannya untuk mereka dan beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam tidak
mengambilnya sedikitpun (karena beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam tidak boleh
makan dari sedekah). Adapun apabila beliau mendapatkan hadiah, maka beliau
Shollallahu `Alaihi Wasallam mengirimkannya untuk mereka dan beliau ikut makan
bersama mereka (karena Rasulullah Shollallahu `Alaihi Wasallam diperbolehkan
makan dari hadiah).
(Ketika Rasulullah n menyuruhku untuk memanggil Ahli Suffah) Hal
itu menyebabkan saya tidak enak hati. Saya berkata dalam hati, ‘Mengapa susu
itu diberikan kepada Ahli Suffah? Padahal saya lebih pantas untuk minum dari
susu itu agar kekuatanku pulih kembali. Apabila mereka datang, beliau
Shollallahu `Alaihi Wasallam pasti menyuruh saya untuk memberikan susu tersebut
kepada mereka dan kemungkinan besar saya tidak akan mendapatkan bagian dari
susu tersebut. Namun taat kepada Allah l dan Rasul-Nya wajib didahulukan.’
Maka kemudian saya mendatangi mereka dan mengajak mereka. Kemudian
mereka pun datang dan meminta izin kepada Nabi Shollallahu `Alaihi Wasallam dan
beliau pun mengizinkan mereka masuk lalu mereka duduk. Beliau Shollallahu
`Alaihi Wasallam memanggil, ‘Wahai Abu Hirr.’ Saya menyahut, ‘Ya, Wahai
Rasulullah.’ Beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam bersabda, ‘Ambilah mangkok
susu itu dan berikan kepada mereka.’ Maka saya mengambil mangkok tersebut dan
memberikannya kepada orang pertama, maka ia minum sampai lega. Lalu mangkok
tersebut diberikan kepada saya lagi dan saya berikan kepada orang selanjutnya,
maka ia pun meminumnya sampai terasa lega. Lalu mangkok tersebut diberikan
kepada saya lagi dan saya berikan kepada orang selanjutnya, maka ia pun
meminumnya sampai terasa lega, sehingga sampai pada giliran Nabi Shollallahu
`Alaihi Wasallam. Anehnya, mereka (Ahli Suffah) sudah minum semua akan tetapi
susu tersebut belum habis.
Kemudian beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam mengambil mangkok itu
dan memandangi saya sambil tersenyum, lalu bersabda, ‘Wahai Abu Hirr.’ Saya
menjawab.’ Ya, wahai Rasulullah.’ Beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam bersabda,
‘Tinggal aku dan kamu yang belum (minum).’ Saya menjawab, ‘Benar wahai
Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘Duduklah dan minumlah.’ Maka saya duduk dan
minum. Beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam bersabda lagi. ‘Minum lagi.’ Beliau
Shollallahu `Alaihi Wasallam mengulanginya sampai saya berkata, ‘Demi Dzat yang
mengutus engkau dengan kebenaran, perut saya sudah penuh.’ Beliau Shollallahu
`Alaihi Wasallam bersabda, ‘Berilah mangkok itu kepadaku.’ Maka saya memberikan
mangkok tersebut kepada beliau, kemudian beliau memuji Allah Subhanahu Wata`ala
dan membaca basmallah lalu meminum sisanya.” (HR. Al- Bukhari)