السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Selasa, 20 Juni 2017

Apakah Tersenyum Membatalkan Shalat?

Tersenyum merupakan hal yang dialami setiap manusia saat mendapatkan kabar baik atau hal-hal lucu yang dijumpainya. Namun bagaimana bila tersenyum itu terjadi saat kita sedang shalat? Syekh Abu Bakar Syatha dalam I’anatut Thalibin, bersenyum saat shalat itu bukan termasuk hal yang membatalkannya sebagaimana berikut.
وقوله: وضحك خرج به التبسم فلا يبطل الصلاة لأنه لا يظهر معه حروف.

Menurut Syekh Zainuddi Al-Malibari, termasuk hal yang membatalkan shalat adalah tertawa (yang mengeluarkan suara, seperti tertawa terbahak-bahak). Namun tersenyum bukan termasuk yang membatalkan shalat, karena senyum itu tak mengeluarkan suara dan huruf-huruf.

Selain itu, menurut Syekh Abu Bakar Syatha, Nabi sendiri pernah tersenyum saat sedang shalat. Keterangan tersebut dapat kita temukan dalam hadis Nabi riwayat Jabir berikut.
عن جابر أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي بِأَصْحَابِهِ صَلاةَ الْعَصْرِ فَتَبَسَّمَ فِي الصَّلاةِ، فَلَمَّا انْصَرَفَ قِيلَ لَهُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ تَبَسَّمْتَ وَأَنْتَ تُصَلِّي، قَالَ : فَقَالَ : “إِنَّهُ مَرَّ بِي مِيكَائِيلُ عَلَيْهِ السَّلامُ، وَعَلَى جَنَاحِهِ غُبَارٌ فَضَحِكَ إِلَيَّ فَتَبَسَّمْتُ إِلَيْهِ،  وَهُوَ رَاجِعٌ مِنْ طَلَبِ الْقَوْمِ

Diriwayatkan dari Jabir bahwa Rasulullah saw. itu pernah shalat Asar kemudian tersenyum. Setelah selesai shalat, kemudian beliau yang tersenyum saat shalat itu ditanyakan kepadanya, “Rasul, mengapa engkau tersenyum padahal sedang shalat?” Rasulullah saw. menjawab, “Malaikat Mikail lewat. Di sayapnya terdapat debut, dan ia tertawa padaku, aku pun tersenyum padanya. Ia kembali mencari kaum. (HR Darqutni).
Tulisan ini dipindah dari LINK
Share:

Sabtu, 17 Juni 2017

Non-Muslim yang Teraniaya, Apakah Doanya Dikabulkan?

Allah memang sangat pemurah kepada hambanya, tidak pandang bulu memberikan anugerah berupa nikmat maupun yang lain karena Allah bersifat Ar-Rahman yang berarti Dzat yang Maha Pengasih. Semuanya diberikan rizki masing-masing tak ada yang terlewatkan sedikit pun.

Orang yang teraniaya atau terdzalimi hak-haknya akan diberikan keistimewaan oleh Allah berupa doanya akan cepat dikabulkan oleh-Nya. Hal ini sesuai hadis Nabi:

عن ابن عباس رضي الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم بعث معاذا إلى اليمن، فقال: اتق دعوة المظلوم، فإنها ليس بينها وبين الله حجاب

“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA bahwasanya Nabi Muhammad SAW mengutus Mu’adz bin Jabal ke Yaman, kemudian Nabi berpesan,’Hati-hati dengan doanya orang yang teraniaya karena tak ada penghalang lagi antara orang yang teraniaya dengan Allah.'” (HR. Bukhari).

Menurut Imam Ramli dalam Fatawa-nya menjelaskan bahwa non-muslim yang teraniaya akan dikabulkan doanya oleh Allah. Hal ini seperti terkabulkannya doanya iblis yang meminta agar diberikan umur yang panjang sampai hari kiamat.

Sedangkan menurut Imam Ibnu Hajar menjelaskan bahwa seseorang harus berhati-hati agar tak menyakiti maupun mendzalimi orang lain sehingga terhindar dari doanya.

Dari penjelasan ini, setiap orang yang terdzalimi akan dikabulkan doanya walaupun ia seorang non muslim. Ini merupakan bukti keadilan Allah dan petunjuk bagi kita bahwa Allah membenci.





Tulisan ini  disadur dari LINK
Share:

Rabu, 14 Juni 2017

MENJADI AHLI SURGA KARENA TIDAK HASAD

وَقَالَ أَنَسٌ: كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ النَّبِيّ فَقَالَ : يَطْلُعُ الْآنَ مِنْ هَذَا الْفَجِّ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، فَطَلَعَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ تَنْطِفُ لِحْيَتُهُ مِنْ وُضُوئِهِ وَقَدْ عَلَّقَ نَعْلَيْهِ بِيَدِهِ الشِّمَالِ ،


Anas berkata, Ketika kami duduk-duduk bersama Rasulullah Saw., tiba-tiba beliau bersabda, "Sebentar lagi akan datang seorang laki-laki penghuni Surga." Kemudian seorang laki-laki dari Anshar berlalu, sementara bekas air wudhu masih membasahi jenggotnya, dan tangan kirinya menenteng sandal.


فَلَمَّا كَانَ مِنْ الْغَدِ قَالَ النَّبِيُّ مِثْلَ ذَلِكَ فَطَلَعَ ذَلِكَ الرَّجُلُ بِعَيْنِهِ مِثْلَ الْمَرَّةِ الْأُولَى ،


Esok harinya Nabi Saw. mengatakan hal yang serupa. Kemudian muncul lelaki kemarin dengan kondisi persis seperti hari sebelumnya.

فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ الثَّالِثِ قَالَ النَّبِيُّ مِثْلَ مَقَالَتِهِ أَيْضًا فَطَلَعَ ذَلِكَ الرَّجُلُ عَلَى مِثْلِ حَالِهِ الْأَوَّلِ ،


Besok harinya lagi Rasulullah Saw. mengatakan hal yang serupa dengan kemarin. kemudian muncul orang itu masuk sebagaimana kondisi sebelumnya

فَلَمَّا قَامَ النَّبِيُّ تَبِعَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ ، فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ : إنِّي لَاحَيْتُ أَبِي خَاصَمْتُ أَبِي فَأَقْسَمْتُ أَنْ لَا أَدْخُلَ عَلَيْهِ ثَلَاثًا ، فَإِنْ أَرَدْت أَنْ تُؤْوِيَنِي إلَيْك حَتَّى تَمْضِيَ الثَّلَاثُ فَعَلْت ؟ فَقَالَ : نَعَمْ .

Setelah itu Rasulullah bangkit dari tempat duduknya. Sementara Abdullah bin Amr bin Ash mengikuti lelaki tersebut, lalu ia berkata kepada lelaki itu, "Aku sedang bertengkar dengan orang tuaku dan aku berjanji tidak akan pulang ke rumah selama 3 hari. Jika engkau mengijinkan, bolehkah aku akan menginap di rumahmu, demi memenuhi sumpahku itu?
Dia menjawab, "Silahkan!"

قَالَ أَنَسٌ : وَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ يُحَدِّثُ أَنَّهُ بَاتَ مَعَهُ تِلْكَ اللَّيَالِيَ الثَّلَاثَ فَلَمْ يَرَهُ يَقُومُ مِنْ اللَّيْلِ شَيْئًا غَيْرَ أَنَّهُ إذَا تَعَارَّ وَتَقَلَّبَ عَلَى فِرَاشِهِ ذَكَرَ اللَّهَ تَعَالَى وَكَبَّرَهُ, وَلَا يَقُومُ حَتَّى تَقُومَ الصَّلَاةُ ، قَالَ : غَيْرَ أَنِّي لَمْ أَسْمَعْهُ يَقُولُ إلَّا خَيْرًا


Anas berkata: Abdullah menceritakan setelah menginap 3 malam di rumah lelaki tersebut, bahwa dirinya tidak pernah mendapati lelaki itu shalat malam, hanya saja setiap kali terjaga dari tidurnya ia membaca dzikir dan takbir hingga menjelang subuh. Abdullah juga mengatakan, "Saya tidak mendengar ia berbicara, kecuali yang baik."

فَلَمَّا مَرَّتْ الثَّلَاثُ وَكِدْتُ أَحْتَقِرُ عَمَلَهُ فَقُلْتُ يَا عَبْدَ اللَّهِ إنَّهُ لَمْ يَكُنْ بَيْنِي وَبَيْنَ وَالِدِي غَضَبٌ وَلَا هِجْرَةٌ وَلَكِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ يَقُولُ : لَك أَيْ عَنْك ثَلَاثَ مَرَّاتٍ يَطْلُعُ عَلَيْكُمْ الْآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَطَلَعْت أَنْتَ الثَّلَاثَ الْمَرَّاتِ ،

Setelah menginap tiga malam, saat hampir saja Abdullah menganggap remeh amalnya, ia berkata, "Wahai hamba Allah, sebenarnya aku tidak sedang bertengkar dengan orang tuaku dan minggat dari rumah, hanya saja aku pernah mendengar Rasulullah selama 3 hari berturut-turut mengatakan bahwa akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga. Dan setelah itu ternyata kamu muncul 3 kali berturut-turut."

فَأَرَدْتُ أَنْ آوِيَ إلَيْك فَأَنْظُرَ مَا عَمَلُك فَأَقْتَدِيَ بِك ، فَلَمْ أَرَك عَمِلْتَ كَبِيرَ عَمَلٍ ، فَمَا الَّذِي بَلَغَ بِك مَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ؟


"Terang saja saya ingin menginap di rumahmu ini untuk mengetahui amalan apa yang engkau lakukan, sehingga aku dapat mengikuti amalanmu. Sejujurnya aku tidak melihatmu mengerjakan amalan yang berpahala besar. Jadi, sebenarnya amalan apakah yang engkau kerjakan sehingga Rasulullah berkata demikian?"

قَالَ : مَا هُوَ إلَّا مَا رَأَيْت ، فَلَمَّا وَلَّيْتُ دَعَانِي وَقَالَ : مَا هُوَ إلَّا مَا رَأَيْت غَيْرَ أَنِّي لَا أَجِدُ لِأَحَدٍ مِنْ الْمُسْلِمِينَ فِي نَفْسِي غِشًّا وَلَا أَحْسُدُ أَحَدًا عَلَى خَيْرٍ أَعْطَاهُ اللَّهُ تَعَالَى إيَّاهُ

Kemudian lelaki Anshar itu menjawab, "Sebagaimana yang kamu lihat, aku tidak mengerjakan amalan apa-apa, hanya saja aku tidak pernah mempunyai rasa iri kepada sesama muslim atau hasad terhadap kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya.

فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ : هِيَ الَّتِي بَلَغَتْ بِك.

Abdullah bin Amr berkata, "rupanya itulah yang menyebabkan kamu mencapai derajat itu."
.
======
*Hadis ini dikeluarkan oleh imam ahmad dengan ada catatan dari bukhari muslim, dan oleh imam nasa'i yang dinyatakan sahih olehnya.
======
Pustaka: Kitab Al-Zawājir 'an Iqtirāf Al-Kabair - Ibnu Hajar Al-hait
Share:

Selasa, 13 Juni 2017

Nabi Muhammad, Islam, dan China

Banyak yang bertanya-tanya: kenapa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: “Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri China.” Hadis ini sangat populer dan menimbulkan pro-kontra. Bagi yang pro, mereka mengatakan bahwa ini bukti bahwa Islam itu adalah agama terbuka dan tidak membatasi kaum Muslim untuk belajar dan menuntut ilmu dimana saja dan kepada siapa saja. Sementara bagi yang kontra, mereka bilang tidak mungkin kalau Nabi Muhammad menyuruh umat Islam belajar ke China yang ateis-komunis.

Saya hanya mesam-mesem memperhatikan argumen yang “unyu-unyu” ini. Padahal, China itu baru menjadi “negara komunis” pada 1947-1949, ketika Mao Zedong (Mao Tse Tung) dengan bendera Partai Komunis China (berdiri pada 1921) berhasil memimpin revolusi politik yang memaksa menaklukan Partai Nationalis China, Kuomintang (Gomindang) yang sebelumnya menguasai “Negeri Panda” ini. Sebelum era itu, tidak ada komunisme di China atau Tiongkok. Jadi ya tidak nyambung kalau menyangkal hadis diatas lantaran China itu komunis.

Seperti umumnya negara-negara lain, China menjadi ajang penaklukkan berbagai kelompok. Berbagai imperium dan dinasti juga pernah silih berganti memerintah China: Qing, Yuan, Ming, Song, Tang, Han, Qin, dlsb. Nabi Muhammad lahir di Mekah pada 570 dan wafat di Madinah tahun 632. Pada zaman Nabi Muhammad ini, China berada di bawah Dinasti Tang yang kelak digantikan oleh Dinasti Song. Pada masa Dinasti Tang (juga Song) inilah, China mengalami “Zaman Keemasan” (Golden Age) karena maju pesat di berbagai bidang: pendidikan, seni, sastra, budaya, politik-pemerintahan, ekonomi, teknologi, dlsb. Ibukota Dinasti Tang, Chang’an (kini Xi’an), menjelma menjadi kota kosmopolitan dan pusat peradaban yang masyhur kala itu. Banyak para sastrawan, sarjana, dan ilmuwan hebat lahir pada masa ini. Pendiri Dinasti Tang, Kaisar Gaozu dan penerusnya Kaisar Taizong, adalah kunci di balik kemajuan dan kemasyhuran dinasti ini.

Jauh sebelum Max Weber mengenalkan konsep “birokrasi rasional”, Dinasti Tang sudah mempraktekkannya dimana para pegawai pemerintah dan institusi-institusi yang berafiliasi ke pemerintahan direkrut dengan model seleksi berbasis kapabilitas, kompetensi dan intelektualitas bukan relasi feodal-primordial. Dinasti Tang pula yang memajukan relasi perdagangan dengan Arab, Persia, Maroko dan Afrika Utara dan Barat lainnya melalui Jalur Sutera (Silk Road). Pada waktu itu, Dinasti Tang menyediakan area pemukiman khusus, bernama Fan Fang, untuk menampung para pedagang dan pelayar dari Timur Tengah dan Afrika ini.

Pada masa Dinasti Tang inilah terjadi kontak pertama kali China dengan Islam. Meskipun Nabi Muhammad belum pernah ke China waktu itu tetapi kemasyhuran dan kemajuan China sudah terdengar ke berbagai kawasan Arab dibawa oleh para pedagang dan pelayar ini. Jeddah yang berada di wilayah Mekah adalah pusat perdagangan dan pelayaran di Semenanjung Arabia. Jadi sangat wajar sekali kalau kemudian beliau menyuruh kaum Muslim untuk belajar dan menempuh ilmu meskipun sampai ke Negeri China (Bahasa Arab: Shin). Kelak, sahabat Nabi Muhammad, Khalifah Usman bin Affan, menunjuk Sa’ad bin Abi Waqash untuk memimpin delegasi kaum Muslim ke China guna menjalin persahabatan dengan Dinasi Tang. Bahkan beliau konon wafat dan dimakamkan di China yang makamnya hingga kini masih ramai diziarahi banyak umat Islam.

Karena itu tidak heran jika China merupakan salah satu “rumah Muslim” yang sangat tua. Chinese Annals dari Dinasi Tang (618-960) juga mencatat adanya pemukiman umat Islam di Kanton, Zhangzhouw, Quanzhou dan pesisir China Selatan lain. Bukti historis yang tidak terelakkan tentang eksistensi kaum Muslim China adalah adanya dua buah masjid kuno di Kanton (Masjid Kwang Tah Se = “Masjid Bermenara Megah” dan Masjid Chee Lin Se=“Masjid Bertanduk Satu”) yang menurut beberapa sejarawan ahli studi China seperti Lo Hsiang Ling, Ibrahim Tien Ying Ma, Broomhall, dlsb, merupakan masjid kedua tertua di dunia setelah Masjid Nabawi yang dibangun Nabi Muhammad di Madinah. Masjid Kwang Ta Se di Kanton itu bahkan konon merupakan masjid pertama yang dibangun diluar kawasan Arab! Subhanallah.


Tulisan ini diambil dari LINK

Share:
TERIMA KASIH