السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Rabu, 27 Desember 2017

PEGAWAI KERAJAAN YANG BIJAKSANA

Alkisah ada seorang raja lalim yang sudah tua. Sang raja membangun sebuah gua di dalam istana untuk menghukum semua orang yang dianggap tidak setia. Segala binatang buas ditempatkan di sana. Siapa saja yang membuat sang raja murka, tiada lain akan ditimpakan hukuman, dimasukkan ke dalam gua tersebut.

Tersebutlah seorang yang pegawai yang bijaksana, adil dan cerdas. Ia telah lama mengabdi pada keluarga kerajaan. Walau selalu setia, mengabdi tanpa kenal lelah, toh ia selalu merasa was-was, khawatir kejadian buruk akan menimpa. Dengan kecerdasan yang mengagumkan, ia berpikir bagaimana mempertahankan hidupnya dari tindakan raja yang sewnang-wenang.

Akhirnya ia menemukan jawaban. Saat malam. Ketika semua orang telah terbua oleh mimpi masing-masing, sang pegawai pergi ke gua dengan membawa makanan-makanan dan memberikannya pada binatang-binatang yang ada di sana. Perbuatan itu, ia lakukan dengan hati-hati agar tidak seorang pun orang istana yang mengetahuinya. Setiap malam pekerjaan itu ia lakukan, hingga menjadi kebiasaan. Dan binatang-binatang di dalam gua itu selalu menunggu kedatangan si pegawai. Mereka merasa senang jika si pegawai datang dengan membawa makanan-makanan, mereka pun enggan menyakiti tubuh orang yang dermawan itu.

Kemudian suatu saat sang raja mengincar kematiannya. Dengan berbagai cara sang raja mencari kesalahan pegawai itu. Dan kemudian di hukum dimasukkan ke dalam gua bersama anjing-anjing dan binatang lainnya yang kelaparan.

Pagi berikutnya, tanpa merasa bersalah atas tindakan yang sewenang-wenang, raja mengirim utusan untuk melihat ke dalam gua. Sang raja berpikir pegawai itu pastilah telah dimakan anjing yang kelaparan.

Namun betapa takjub utusan raja, kala menemui pegawai kerajaan yang bijak itu masih dalam kadaan hidup, segar-bugar. Sang utusan segera bergegas meninggalkan gua utnuk melaporkan apa yang ia lihat. 

“Wahai paduka raja! Kebijakannya telah teruji, ia seperti malaikat yang diberkati, dan Allah melindungi hidupnya dari amarabahaya. Ia tidak disentuh oleh binatang-binatang, meskipun diikat kuat. Aku melihatnya bersama dengan anjing-anjing yang jinak disekelilingnya.”

Raja merasa heran dengan kejadian ajaib ini. Ia ingin melihat sendiri keanehan itu. Di dalam gua, ia melihat sang pegawai yang tidak bersalah itu terikat kuat, dalam keadaan sehat dan aman. Lalu raja bertanya,

“Mantra apa yang engkau rapalkan, hingga selamat dari cengkraman binatang-binatang buas itu?”

“Aku tidak mempunyai mantra untuk diucapkan. Aku hanya memberi makan anjing-anjing itu setiap hari. Untuk mengungkapkan rasa terima kasih, mereka membalas dengan menyelematkanku dari musuh-musuh yang kejam. Sementara aku telah mengabdi kepadamu selama bertahun-tahun, dan sebagai ganjarannya engakau mengirimku ke mari! Anjing saja punya perasaan, sedang engkau sama sekali tidak memiliki perasaan. Seekor anjing akan berterima kasih jika diberi sepotong tulang. Namun engkau dengan sepenuh darah, sama sekali tidak pernah berterima kasih.”

Sang raja merasa malu, dan menyadari kekejamannya dan berjanji akan mengubah perilaku buruknya.

Share:

Sabtu, 16 Desember 2017

DOA DIBACA SAAT FORUM FINALISASI RENCANA KEGIATAN DAK FISIK AFIRMASI TRANSMIGRASI PERDESAAN TAHUN 2020



Ya Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang...

Puji Syukur Kami Haturkan Ke HadiratMu Ya Allah, Atas Segala Nikmat Dan Hidayah Yang Engkau Anugerahkan Kepada Kami, Sehingga Kami Dapat Hadir Mengikuti Kegiatan ........................................................................., Dalam Keadaan Sehat Wal Afiat.

Ya Allah Yang Maha Meberi, Dzat yang Memiliki Kuasa Atas Segalanya...

-Lancarkanlah Kegiatan Kami Ini, Ya Allah, Dari Awal Hingga Akhir Acara Nanti,

-Sehat Dan Kuatkan Lah Kami Semua Yang Hadir Di Sini, Ya Allah, Agar Kami Pun Dapat Mengikuti Kegiatan Ini Hingga Akhir Nanti,

-Satukanlah Hati Kami, Padukanlah Langkah Kami, Apungkan Pengetahuan Dan Segarkan Pemahaman Kami Agar Kami Dapat Memetik Seluruh Pengetahuan Serta Hikmah Dari Kegiatan Yang Kami Laksanakan Ini.

-Ya Allah, Turunkanlah Ridho Serta Rahmatmu. Untuk Mafaat, Untuk Barokah, Untuk Kinerja Kami Yang Lebih Baik Kedepannya dengan Bekerja Secara Profesiaonal, Proporsional, Tekun serta disiplin.

Ya Allah Yang Maha Pembimbing...

Jadikanlah Hari Ini, Lebih Baik Dari Hari Kemarin, Dan Hari Esok Menjadi Lebih Baik Dari Hari Ini. Bimbinglah Kami Untuk Selalu Bersyukur Atas Karunia “Mu”, Tabah Dan Sabar Dalam Menghadapi Tantangan Tugas.

Tunjukkanlah Kepada Kami Yang Benar Itu Benar, Agar Kami Dapat Melaksanakannya, Perlihatkanlah Kepada Kami Yang Salah Itu Salah, Agar Kami Dapat Menghindarinya.

Ya Allah, Kabulkanlah Doa Kami,,,,

Share:

Rabu, 15 November 2017

Aku Alumni UIN SUKA Jojga, Aku Lebih Dari Sekedar Liberal; Adalah Kafir.

Beberapa waktu lalu, khalayak media sosial sempat diramaikan dengan isu yang sedikit sensitif, sedikit memantik emosi, namun sebenarnya adalah hal yang maklum dan lumrah. UIN Sunan Kalijaga Yogya yang merupakan salah satu kampus terkemuka di Yogyakarta ini, disebut-sebut sebagai kampus liberal dan cikal-bakal atas rentetan bencana alam maupun tektonik yang beberapa tahun ini melanda jogja. Kontan, pernyataan ini langsung direspon dan dianggap sembarangan. Terutama oleh alumnus maupun manahsiswa yang masih aktif.

Mereka beramai-ramai membantah bahkan mengecam pernyataan kontraproduktif, yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Khalid Basalamah MA. dalam sebuah ceramahnya diakun youtube, adalah tidak benar, salah-paham dan cendrung terburu-buru dalam mengambil kesimpulan. “Perkataan “Ustadz” ini, saya nyatakan, mengandung banyak kebohongan, kesalahpahaman dan ketakakuratan.” Bantah Prof Dr Machasin, Guru Besar Fakultas Adab Dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Seumpama semut, ia akan menggigit saat merasa terusik. Bagai burung bulbul, ia akan menggerau saat merasa diganggu. Tampak begitulah reaksi mereka, dan hal itu wajar-waja saja. Namun, tidak bagiku, aku malah tidak begitu ambil pusing dengan statement Ustadz Basalamah yang sebenarnya tidak perlu itu. Oleh karenanya, Aku malah sadar beberapa hal;

Bahwa saat aku menjadi bagian mahasiswa UIN yang masih aktif, pada setiap malam jum’at aku dan teman-teman UKM INKAI mengadakan Yasinan, sehabis maghrib. Padahal, kita tahu ada sebagaian saudara kita yang menganggap rutinitas yasinan seperti itu adalah bid’ah (mengada-ngada, atau tidak pernah dicntoh kan Nabi). Sebagaimana mereka sering merujuk pada hadis Nabi, bahwa bid’ah adalah sesat.

Itu baru yasinan. Belum lagi, banyak di antara masiswa UIN yang adakalanya memeriahkan Maulud Nabi saw, berkumpul untuk tahlilan, berdoa bersama dengan dipandu, dan lain sebagainya. Di mana semuanya juga ada dari saudara kita (muslim) yang juga menggap sebagai hal yang bid’ah alias sesat dan setiap kesesatan tempatnya adalah di Neraka.

Selain itu, secara akademis-fakultatif, kampus UIN juga menyediakan prodi Akidah dan Filsafat, juga prodi Perbandingan Agama. Melihat judulnya saja, pasti telah terbayang isinya akan dan seperti apa? Bahwa filsuf sering dianggap argumentasinya tidak jauh mengarah pada ke”murtad”an. Maka, ada salah seorang temanku, setiap kali diberbicara mengungkapkan pengetahuan dan pendapat filasafatnya selalu diakhiri dengan syahadat, dengan sadar khawatir atas apa yang disampaikannya, takut murtad. Jika demikian hal apa kira-kira yang disampaikan temanku? Camkan!!! He

Begitupun teman-teman yang di prodi Perbandingan Agama (PA). Jika teman-teman filsafat lebih kapada soal pemikiran dan idealisme, maka teman-teman PA, mereka lebih pada action dan perbauran mereka dilapangan. Mereka mepelajari umat dan agama lain, serta mereka terjun langsung, berbaur. Tidak hanya terhadap yang berbeda agama, antar umat islam yang berbeda paham pun meraka tidak segan berkunjung, berkumpul untuk kepentingan observasi atas fakta sesungguhnya. bahkan tidak jarang juga mereka mengikuti cara beribadahnya dan sebagainya. Katakanlah contoh kasus ahmadiyah, yang divonis sesat, maka teman-teman PA terjun langsung mencari tahu, bahkan tidak sungkan shalat jum’at juga bersama mereka. Jika demikan, teman-teman PA cocoknya dikecam apa ini? Baiklah, mungkin kalau antar agama berarti sesat jika berbaur dengan paham keagamaan yang sesat. Tapi kalau berbaur dengan yang beda agama, termasuk membantunya, baik menyediakan fasilitas maupun raga. Sebutlah minimal teman-teman PA adalah munafiq atau bahkan bisa murtad.

Selain itu, bahwa di UIN SUKA juga ada di antara mahasiswanya yang belajar dan mendalami tasawwuf. Untuk faham ini juga sebagian saudara muslim kita ada yang menuduh sebagai penganut tahayyul, khayal, kurafat bahkan bertentangan dengan kaidah-kaidah hadis shahih. Muhammad bin ‘Abdus Salam Khodr Asy Syuqairiy berkata, orang-orang sufi adalah orang yang serakah pada makanan, orang yang gemar menyiakan waktu dengan permainan sia-sia dan pengagung bid’ah (As Sunan wal Mubtada’at Al Muta’alliqoh Bil Adzkari wash Sholawat, 138-139)

Satu lagi, di UIN SUKA Jogja juga di dalamnya terdapat satu prodi yang membahas tentang kaidah-kaidah fiqhiyah, Hadits, Al-Qur’an dengan segala kaitanya. Adalah prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, dan prodi Ilmu Hadis. Di mana sebagian pembahsannya tidak jauh dari yang diistilahkan dengan ta’wil, termasuk ketika menafsirkan al-Qur’an dan Hadis. Menurut Harun Nasution, termasuk dalam salah satu pokok doktrin teologis Wahaby, bahwa menggunakan ta’wil dalam menafsirkan al-Qur’an termasuk KAFIR. Dan aku adalah alumnus prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, artinya aku kafir. Yach,, dalah...

Jadi, kalau begitu jika semua pada ingin tuduh-tuduhan, maka UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tidak hanya dihuni oleh orang-orang LIBERAL saja tapi juga orang-orang SESAT, MURTADZ, AHLI BID’AH, MUNAFIQ bahkan  KAFIR dan lain-lain.

Itu!!!!!!!!!!
Share:

Rabu, 08 November 2017

NENEK PEMUNGUT DAUN

Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur.

Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.

Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang. Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. "Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.

Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.
Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu. "Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya."

Kisah ini saya dengar dari Kiai Madura, D. Zawawi Imran, membuat bulu kuduk saya merinding. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Alloh swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Alloh. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasululloh saw?
Share:

JASA DAN KETULUSAN SEORANG IBU

seorang pemuda ingin melamar pekerjaan sebagai manajer di perusahaan besar.

~Interview dengan Direktur~

Direktur :"setelah saya lihat,kamu anak yang pintar"
Pemuda :"Terimakasih pak"
Direktur :"siapa yang membiayai mu sekolah?"
Pemuda :"Ibu saya,karna ayah saya sudah meninggal"
Direktur :"Dimana Ibumu bekerja?"
Pemuda :"Ibu saya bekerja sebagai tukang cuci"
Direktur :"Coba saya lihat tanganmu!"
Pemuda :"ini pak"(menunjukan tangannya yg lembut dan halus)
Direktur :"Apa kamu pernah membantu ibumu?"
Pemuda :"tidak,Ibu hanya ingin saya belajar dan membaca banyak buku"
Direktur :"saya memiliki permintaan.Ketika kamu pulang,kamu cuci tangan Ibumu,kemudian temui saya esok hari"

Si pemuda itu pulang,ketika di rumah dia meminta ibunya untuk membiarkan dirinya membersihkan tangan Ibunya.Berlahan air matanya tumpah,dia merasakan tangan ibunya yang kasar,berkerut,dan banyak luka.

Si pemuda sadar Luka di tangan ibunya merupakan harga yng harus dibayar ibunya untuk pendidikannya. Kemudian dia mencuci baju seperti yg dilakukan ibunya. Dia merasakan betapa susahnya pekerjaan yg dilakukan ibunya seorang diri,tanpa mau di bantu oleh dirinya.

~Ke esokan Hari~

Direktur :"Bagaimana?Apa sudah kamu penuhi permintaanku?"
Pemuda :"Sudah pak"
Direktur :"Coba ceritakan?"
Pemuda :"saya membersihkan tangan ibu saya,saya juga mencuci baju.Akhirnya saya mengerti pengorbanan ibu saya. tanpa ibu,saya tidak akan menjadi seperti ini.
Direktur :"Inilah yang saya cari dalam diri Manajer.Seseorang yang mengetahui penderitaan orang lain ketika mengerjakan sesuatu,dan seseorang yg tidak menempatkan uang sebagai tujuan utama dari hidup. Selamat kamu di terima"
Pemuda :"terima kasih pak"

Subhanallah,begitu besar perjuangan seorang ibu,dia mau melakukan apapun demi kebahagiaan anaknya.

Cerita ini disadur dari sebuah postingan Facebook.
Share:

Senin, 23 Oktober 2017

BELAJAR MEMAHAMI PADA SECANGKIR KOPI



Ayah : Nak, tolong buatkan kopi dua gelas untuk kita berdua, tapi gulanya jangan engkau tuang dulu, bawa saja ke mari beserta wadahnya.

Anak : Baik, ayah.

Tidak berapa lama, anaknya sudah membawa dua gelas kopi yang masih hangat dan gula di dalam wadahnya beserta sendok kecil.

Ayah : Cobalah kamu rasakan kopimu nak. Bagaimana rasanya?

Anak : Rasanya sangat pahit sekali ayah.

Ayah : Tuangkanlah sesendok gula, aduklah, bagaimana rasanya?

Anak : Rasa pahitnya sudah mulai berkurang, ayah.

Ayah : Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana rasanya?

Anak : Rasa pahitnya sudah berkurang banyak, ayah.

Ayah : Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana rasanya?

Anak : Rasa manis mulai terasa tapi rasa pahit juga masih sedikit terasa, ayah.

Ayah : Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana rasanya?

Anak : Rasa pahit kopi sudah tidak terasa, yang ada rasa manis, yah.

Ayah : Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana rasanya?

Anak : sangat manis sekali, ayah.

Ayah : Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana rasanya?

Anak : Terlalu manis. Malah tidak enak, yah.

Ayah : Tuangkanlah sesendok gula lagi, aduklah, bagaimana rasanya?

Anak : Rasa kopinya jadi tidak enak, lebih enak saat ada rasa pahit kopi dan manis gulanya sama-sama terasa, ayah.

Ayah : Ketahuilah nak.. pelajaran yang dapat kita ambil dari contoh ini adalah.. jika rasa pahit kopi ibarat kemiskinan hidup kita, dan rasa manis gula ibarat kekayaan harta, lalu menurutmu kenikmatan hidup itu sebaiknya seperti apa nak?

Sejenak sang anak termenung, lalu menjawab.

Anak : Ya ayah, sekarang saya mulai mengerti, bahwa kenikmatan hidup dapat kita rasakan, jika kita dapat merasakan hidup secukupnya, tidak melampaui batas. Terimakasih atas pelajaran ini, ayah.

Ayah : Ayo anakku, kopi yg sudah kamu beri gula tadi, campurkan dengan kopi yang belum kamu beri gula, aduklah, lalu tuangkan dalam kedua gelas ini, lalu kita nikmati segelas kopi ini.

Sang anak lalu mengerjakan perintah ayahnya.

Ayah : Bagaimana rasanya?

Anak : Rasanya nikmat sekali, ayah.

    Begitu pula jika engkau memiliki kelebihan harta, akan terasa nikmat bila engkau mau membaginya dengan orang-orang yang kekurangan.
Share:

Selasa, 10 Oktober 2017

MASIJID DIRAR

Disebutkan dalam ayat,

وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَادًا لِمَنْ حَارَبَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ مِنْ قَبْلُ ۚ وَلَيَحْلِفُنَّ إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا الْحُسْنَىٰ ۖ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ

“Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah: “Kami tidak menghendaki selain kebaikan”. Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).”

لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا ۚ لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ ۚ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا ۚ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ

“Janganlah kamu shalat dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS. At-Taubah: 107-108)



Share:

SANTRI DAN AQUARIUM


Seorang santri sedang membersihkan aquarium Kyainya, ia memandang ikan arwana agak kebiruan dengan takjub.
Tak sadar Kyainya sudah berada di belakangnya.. "Kamu tahu berapa harga ikan itu?". Tanya sang Kyai.

"Tidak tahu". Jawab si Santri..

"Coba tawarkan kepada tetangga sebelah!!". Perintah sang Kyai.

Ia memfoto ikan itu dan menawarkan ke tetangga..
Kemudian kembali menghadap sang Kyai. .
"Ditawar berapa nak?" tanya sang Kyai. .
"50.000 Rupiah Kyai". Jawab si Santri mantap..

"Coba tawarkan ke toko ikan hias!!". Perintah sang Kyai lagi..

"Baiklah Kyai". Jawab si santri. Kemudian ia beranjak ke toko ikan hias..

"Berapa ia menawar ikan itu?". Tanya sang kyai..

"800.000 Rupiah Kyai". Jawab si santri dengan gembira, ia mengira sang Kyai akan melepas ikan itu.

"Sekarang coba tawarkan ke Si Fulan, bawa ini sebagai bukti bahwa ikan itu sudah pernah ikut lomba". Perintah sang Kyai lagi..

"Baik Kyai". Jawab si Santri. Kemudian ia pergi menemui si Fulan yang dikatakan gurunya. Setelah selesai, ia pulang menghadap sang guru.

"Berapa ia menawar ikannya?".
.
"50 juta Rupiah Kyai".

Ia terkejut sendiri menyaksikan harga satu ikan  yang bisa berbed-beda..

"Nak, aku sedang mengajarkan kepadamu bahwa kamu hanya akan dihargai dengan benar ketika kamu berada di lingkungan yang tepat..". Kita semua adalah orang biasa dalam pandangan orang-orang yang tidak mengenal kita.

وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ رَائِعُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يَفْهَمُنَا
Kita adalah orang yang menarik di mata orang yang memahami kita.

وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ مُمَيِّزُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يُحِبُّنَا
Kita istimewa dalam penglihatan orang-orang yang mencintai kita.

وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ مَغْرُوْرُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يَحْسُدُنَا

Kita adalah pribadi yang menjengkelkan bagi orang yang penuh kedengkian terhadap kita.

وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ سَيِّئُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يَحْقِدُ عَلَيْنَا

Kita adalah orang-orang jahat di dalam tatapan orang-orang yang iri akan kita.

لِكُلِّ شَخْصٍ نَظْرَتُهُ، فَلاَ تَتْعَبْ نَفْسَكَ لِتُحْسِنَ عِنْدَ الآخَرِيْنَ

Pada akhirnya, setiap orang memiliki pandangannya masing masing, maka tak usah berlelah-lelah agar tampak baik...

Tapi berusahalah terus melakukan kebaikan dan menjalankan apapun dengan keikhlasan.

Share:

Minggu, 01 Oktober 2017

RAHASIA JIMA' ATAU SEKS

وقال محمد بن زكريا من ترك الجماع مدة طويلة ضعفت قوى اعصابه واستد مجارها وتقلص ذكره 
قال ورأيت جماعة تركوه لنوع من التفشف فبردت أبدانهم وعسرت حركاتهم ووقعت عليهم كابة بلا سبب وقلت شهواتهم ومضمهم.. إنتهى...

Muhammad bin zakaria berkata: siapa meninggalkan jima' dalam waktu yang lama, otot-ototnya akan menjadi lemah, peredaran darahnya terhambat dan anunya (ATM=alat tusuk manual) menjadi susut (mengkered 😂😂).

Kemudian ia juga berkata: " Aku pernah melihat sekelompok orang meninggalkan berhubungan dengan alasan menghindari nafsu duniawi.  Tidak lama kemudian ia merasakan demam, sulit bergerak, dilanda perasaan sedih dengan tanpa tahu penyebabnya, birahinya menjadi lemah dan pencernaannya tidak bisa berfungsi normal.

فتزوجوا وجامعوا تصحوا...

Menikah dan gauli, maka kalian akan sehat.

RAHASIA JIMA'

كان ابن عقيل الحنبلي رحمه الله تعالى يقول : 
كنت إذا ستغلقت على مسألة، دعوت زوجتي إلى الفراش,فإذا فرغت من أمرها قمت إلى قراطيس أصب العلم صبا. لأن الجماع يصفى الذهن ويقوى الفهم.

Al-Imam Ibnu 'Uqail Al-Hanbali berkata: "Ketika aku terkunci pada suatu permasalahan (ilmu), maka aku panggil istriku untuk berhubungan. Ketika aku selesai, maka aku ambil kertas dan ku tuangkan ilmu ke atasnya (mulai mengarang kitab)". Jima' dapat membersihkan pikiran dan menguatkan kepahaman.

 وكان الجنيد يقول : أحتاج الى الجماع كماأحتاج الى القوت. فالزوجة على التحقيق قوت وسبب لطهارة القلب. ولذلك أمر رسول الله كل من وقع نظره على إمرأة فتاقت اليها نفسه ان يجامع أهله.

Al-Imam Al-Junaid Al-Baghdadi berkata : "Aku butuh bersetubuh sebagaimana aku butuh makanan (untuk asupan badan), maka seorang istri tak ubahnya asupan badan dan menjadi sebab bersihnya hati". Oleh karena itu Rosulullah memerintahkan kepada setiap lelaki yg melihat perempuan yg membuat hati tertarik padanya, maka hendaknya menggauli istrinya.

 قال الفقهاء : وعلى الرجل ان يشبع إمراته جماعا او وطأ كما يشبعها قوتا.

Para Pakar Fiqih berkata: "Wajib bagi lelaki untuk memuaskan istrinya dlm hubungan biologis, sebagaimana mengenyangkannya dengan makanan".

Refrensi:
احياء علوم الدين؛ اسرار الجماع


Share:

Selasa, 19 September 2017

HANDUK BASAH DI ATAS KASUR



Seorang isteri memiliki suami yang punya kebiasaan meletakan handuk basah begitu saja di atas kasur.

Si isteri sering ngomel-ngomel pada suaminya. Suaminya tak berubah.

Capek marah-marah, si istri mulai ganti cara dengan menyindirnya. “Bagus sekali ada handuk basah di tempat tidur!” ujarnya dengan suara sinis.  Atau, “Kapan handuk bisa jalan sendiri ke jemuran?”

Apakah suaminya berubah? Big No! Bahkan makin sebel sama si isteri.

Akhirnya si isteri merasa capek, marah sudah, nyindir sudah, tapi tak ada hasilnya.

Mengubah orang lain susah, apalagi untuk hal yang sudah jadi kebiasaan sejak kecil. akhirnya ia mengubah pikirannya sendiri.

“Baiklah, handuk basah ini akan menjadi permadani di surga nanti. Makin banyak aku memindahkan handuk basah ke jemuran, makin banyak permadani indahku di surga.”

Setiap melihat handuk basah di kasur si isteri tersenyum dan bergegas menjemurnya. Perasaannya bahagia.

Apakah handuknya berubah? Tidak! Handuk basah tetap ada di kasur. Yang berubah cara pandang dirinya terhadap handuk basah tersebut.

Waktu berlalu…

Si isteri kaget. Tak ada lagi handuk basah di kasurnya. Ia sudah lupa sejak kapan ia tak lagi melakukannya.

Rupanya melihat keikhlasan istrinya sang suami tergerak untuk melakukannya sendiri.
Kadang ada hal yang sulit kita ubah pada orang lain. Jika ingin hasil yang lebih baik, maka ubahlah diri kita lebih dulu.

Bahagia, sedih, syukur, mengeluh, semua adalah tergantung diri kita. Kitalah yang memilih.

Share:

Rabu, 13 September 2017

SEORANG DAN PELUKIS BIJAK

Ramai soal kafir dan dalih juga dalil yang berjubel di media sosial, mengingatkanku pada sebuah kisah tentang seorang Raja dengan kondisi mata ciri sebelah.

Suatu hari sang raja mengundang beberapa pelukis terkenal untuk membuatkan lukisan wajahnya dalam sebuah sayembara. Mereka akan mendapat hadiah jika lukisan yang dihasilka bagus, dan akan dimasukkan penjara jika dinilai gagal. Tak ayal banyak para pelukis yang mundur, hanya ada 3 orang tersisa yang menyanggupinya.

Majulah pelukis pertama, dengan sigap ia melukis wajah sang raja. Tak lama lukisan pun berhasil diselesaikan.

“Lukisan macam apa ini..!!” tegas sang raja, “bagaimana bisa melukiskan wajah rajamu dengan mata ciri begitu..!!

Rupanya sang pelukis dinyatakan gagal, karena melukis wajah raja apa adanya sehingga dianggap melakukan sikap tidak pantas terhadap raja. Maka dimasukkanlah ia jalam jeruji penjara.

Kemudian tiba giliran pelukis kedua. Dengan sedikit rasa tegang ia melukis wajah sang raja, dan tak lama akhirnya lukisan pun berhasil diselesaikan.

“Beraninya kau..!! pekik sang raja, “apa maksud melukis wajahku dengan keadaan mata sempurna..!?” tegasnya.

Pelukis kedua dianggap telah berlaku tidak jujur yang dengan berani memanipulasi wajah sang raja seolah sempurna tanpa cacat mata. Maka kurungan penjara yang lebih berat ditimpakan bagi pelukis kedua.

Tibalah giliran pelukis ketiga. Dengan tenang ia melukis wajah sang raja. Setelah selesai, lukisan itu pun dihadapkan sang raja.

“Ini adalah lukisan terbaik yang pernah ada.” puji sang raja kepada pelukis ketiga. “Kau berhak memperoleh hadiah besar dari raja!!” pungkasnya.

Sang pelukis ketiga berhasil melukis wajah sang raja, dan ia pun memperoleh hadiah yang besar. Rupanya sang pelukis dengan begitu brilian melukiskan wajah sang raja yang dengan gagah seolah sedang memincingkan mata sebelahnya saat memanah.

Begitulah akhlak dan kebijaksanaan.
Ketika jujur tidak cukup dan berbohong itu buruk, maka akhlak dan kebijaksanaan dibutuhkan. Begitupun dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.


Tulisan ini diambil dari situs Islam.co
Share:

Sabtu, 12 Agustus 2017

HUKUM MENCIUM TANGAN ORANG 'ALIM

Mencium tangan para ulama merupakan perbuatan yg dianjurkan agama. Karena perbuatan itu merupakan salah satu bentuk penghormatan kpd mereka.

Dalam sebuah hadits dijelaskan :

عَنْ زَارِعٍ وَكَانَ فِيْ وَفْدِ عَبْدِ الْقَيْسِ قَالَ لَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِيْنَةَ فَجَعَلْنَا نَتَبَادَرُ مِنْ رَوَاحِلِنَا فَنُقَبِّلُ يَدَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرِجْلَهُ – رَوَاهُ أبُوْ دَاوُد

"Dari Zari’ ketika beliau menjadi salah satu delegasi suku Abdil Qais, beliau berkata, Ketika sampai di Madinah kami bersegera turun dari kendaraan kita, lalu kami mengecup tangan & kaki Nabi Saw. (H.R. Abu Dawud).
عَنِ ابْنِ جَدْعَانْ, قالَ لاَنَسْ : اَمَسَسْتَ النَّبِيَّ بِيَدِكَ قالَ :نَعَمْ, فقبَلهَا

"Dari Ibnu Jad’an ia berkata kpd Anas bin Malik, apakah engkau pernah memegang Nabi dengan tanganmu ini ?. Sahabat Anas berkata : ya, lalu Ibnu Jad’an mencium tangan Anas tersebut.
(H.R. Bukhari dan Ahmad)
عَنْ جَابرْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ عُمَرَ قبَّل يَدَ النَّبِيْ.

"Dari Jabir r.a. sesungguhnya Umar  mencium  tangan Nabi. (H.R. Ibnu al-Muqorri).

عَنْ اَبيْ مَالِكْ الاشجَعِيْ قالَ: قلْتَ لاِبْنِ اَبِيْ اَوْفى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : نَاوِلْنِي يَدَكَ التِي بَايَعْتَ بِهَا رَسُوْلَ الله صَلى الله عَليْه وَسَلمْ، فنَاوَلَنِيْهَا، فقبَلتُهَا.

"Dari Abi Malik al-Asyja’i berkata : saya berkata kpd Ibnu Abi Aufa r.a. “ulurkan tanganmu yg pernah engkau membai’at Rosul dengannya, maka ia mengulurkannya & aku kemudian menciumnya.(H.R. Ibnu al-Muqarri).

عَنْ صُهَيْبٍ قالَ : رَأيْتُ عَلِيًّا يُقبّل يَدَ العَبَّاسْ وَرِجْلَيْهِ.

"Dari Shuhaib ia berkata : saya melihat sahabat Ali mencium tangan sahabat Abbas dan kakinya. (H.R. Bukhori)

Atas dasar hadits-hadits tersebut di atas para ulama menetapkan hukum sunah mencium tangan, ulama, guru, orang sholeh serta orang2 yg kita hormati karena agamanya.

Berikut ini adalah pendapat ulama :

1. Ibnu Hajar al-Asqolani
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani telah menyitir pendapat Imam Nawawi sebagai berikut :

قالَ الاِمَامْ النَّوَاوِيْ : تقبِيْلُ يَدِ الرَّجُلِ ِلزُهْدِهِ وَصَلاَحِهِ وَعِلْمِهِ اَوْ شرَفِهِ اَوْ نَحْوِ ذالِكَ مِنَ اْلاُمُوْرِ الدِّيْنِيَّةِ لاَ يُكْرَهُ بَل يُسْتَحَبُّ.

"Imam Nawawi berkata : mencium tangan seseorang karena zuhudnya, kebaikannya, ilmunya, atau karena kedudukannya dalam agama adalah perbuatan yg tidak dimakruhkan, bahkan hal yg demikian itu disunahkan.


Pendapat ini juga didukung oleh Imam al-Bajuri dalam kitab “Hasyiah”,juz,2,halaman.116.

2. Imam al-Zaila’i, Beliau berkata :
 
 (يَجُوْزُتقبِيْلُ يَدِ اْلعَالِمِ اَوِ اْلمُتَوَرِّعِ عَلَى سَبِيْلِ التبَرُكِ...

"(dibolehkan) mencium tangan seorang ulama & orang yg wira’i karena mengharap barokahnya.

"Wallohu A'lam Bish Showab"

Tulisan ini disadur dari sebuah postingan di Whatsapp
Share:

HUKUM TAKBIR BERJAMA’AH

Bertakbir di malam hari raya adalah merupakan sunnah Nabi Muhammad  yang amat perlu untuk di lestarikan dalam menampakkan dan mengangkat syi’ar Islam.Para ulama dari masa kemasa sudah biasa mengajak ummat untuk melakukan takbir baik setelah sholat (Takbir Muqoyyad) atau di luar sholat (Takbir Mursal).

Lebih lagi takbir dengan mengangkat suara secara kompak yang bisa menjadikan suara semakin bergema dan berwibawa adalah yang biasa dilakukan ulama dan ummat dari masa ke masa.
Akan tetapi ada sekelompok kecil dari orang yang hidup di akhir zaman ini begitu berani mencaci dan membid’ahkan takbir bersama-sama. Dan sungguh pembid’ahan ini tidak pernah keluar dari mulut para salaf (ulama terdahulu).

Mari kita cermati riwayat-riwayat berikut ini yang menjadi sandaran para ulama dalam mengajak bertakbir secara kompak dan bersama-sama.

A.  Berdasarkan Hadits dalam Shohih Imam Bukhori No 971  yang diriwayatkan oleh Ummi Athiyah, beliau berkata :

كُنَّا نُؤْمَرُ أَنْ نَخْرُجَ يَوْمَ الْعِيدِ، حَتَّى نُخْرِجَ الْبِكْرَ مِنْ خِدْرِهَا، حَتَّى نُخْرِجَ الْحُيّاَضَ، فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ، وَيَدْعُونَ بِدُعَائِهِمْ يَرْجُونَ بَرَكَةَ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَطُهْرَتَهُ.(رواه البخاري)
            
 Artinya : “Kami diperintahkan untuk keluar pada hari raya sehingga para wanita-wanita yang masih gadispun diperintah keluar dari rumahnya,    begitu juga wanita-wanita yang sedang haid dan mereka berjalan dibelakang para manusia (kaum pria) kemudian para wanita tersebut mengumandangkan takbir bersama takbirnya manusia (kaum pria)dan berdoa dengan doanya para manusia serta mereka semua mengharap keberkahan dan kesucian hari raya tersebut”.

Di sebutkan dalam hadits tersebut

  فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ

Para wanita tersebut mengumandangkan takbir bersama takbirnya manusia. Itu menunjukan  takbir  terjadi secara berjamaah atau bersamaan. Bahkan dalam riwayat imam Muslim dengan kalimat”para wanita bertakbir bersama-sama orang-orang yang bertakbir :

  يُكَبِّرْنَ مَعَ النَّاس

B. Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari sayyidina Umar bin Khottob  dalam bab takbir saat di Mina 

وَكَانَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يُكَبِّرُ فِي قُبَّتِهِ بِمِنًى فَيَسْمَعُهُ أَهْلُ الْمَسْجِدِ فَيُكَبِّرُونَ وَيُكَبِّرُ أَهْلُ الْأَسْوَاقِ حَتَّى تَرْتَجَّ مِنًى تَكْبِيرًا

Artinya : “Sahabat umar bertakbir di qubahnya yang berada di tanah mina lalu penduduk masjid mendengarnya dan kemudian mereka bertakbir  begitu penduduk pasar bertakbir sehingga tanah mina bergema dengan suara takbir” .

Ibnu Hajar Al Asqolani (pensyarah besar kitab shohih buhkori) mengomentari kalimat : 

   حَتَّى تَرْتَجَّ مِنًى تَكْبِيرًا

Dengan

 "أي يَضْطَرِّبُ وَتَتَحَرَّكُ, وَهِيَ مُبَالَغَةٌ فِي اجْتِمَاعِ رَفْعِ الصَّوْتِ"           

Bergoncang dan bergerak, bergetar  yaitu menunjukan kuatnya  suara yang  bersama-sama .

C. Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Imam Syafi’i ra dalam kitab Al’um  1/264:

أَحْبَبْتُ أَنْ يَكُبِّرَ النَّاسُ جَمَاعَةً وَفُرَادًى فِي المَسْجِدِ وَالْأَسْوَاقِ وَالْطُرُقِ وَالْمَنَازِلِ والْمُسَافِرِيْنَ والْمُقِيْمِيْنَ فِي كُلِّ حَالٍ وَأَيْنَ كَانُوْا وَأَنَ يَظْهَرُوْا الْتَكْبِيْرَ "
              
Artinya : “Aku senang(maksudnya adalah sunnah) orang-orang pada bertakbir secara bersama dan sendiri-sendiri, baik di masjid, pasar, rumah, saat bepergian atau rmukim dan setiap keadaan dan di manapun mereka berada  agar mereka menampakkan(syi’ar)  takbir”.

D. Tidak pernah ada dari ulama terdahulu yang mengatakan takbir secara berjamaah adalah bid’ah. Bahkan yang ada adalah justru sebaliknya anjuran dan contoh  takbir bersama-sama dari ulama terdahulu.

Kesimpulan Tentang Takbir Bersama-Sama:

1. Pernah terjadi takbir barsama-sama pada zaman Rasulullah dan para sahabat
2. Anjuran dari Imam Syafi’i ra mewakili  ulama salaf  .
3. Tidak pernah ada larangan takbir bersam-sama dan juga tidak ada perintah takbir harus sendiri-sendiri.Yang ada adalah anjuran  takbir dan dzikir secara mutlaq baik secara  sendirian atau berjamaah.
4. Adanya pembid’ahan dan larangan takbir bersama-sama hanya terjadi pada orang-orang akhir zaman yang sangat bertentangan dengan salaf.
2.  Menghidupkan Malam Hari Raya Dengan Ibadah

Hukum menghidupkan malam hari raya dengan amal ibadah. Sudah disepakati oleh para ulama 4 madzhab bahwa disunnahkan untuk kita menghidupkan malam hari raya dengan memperbanyak ibadah. Imam nawawi dalam kitab majmu’ berkata sudah disepakati oleh ulama bahwa dianjurkan untuk menghidupkan malam hari raya dengan ibadah dan pendapat seperti ini juga yang ada dalam semua kitab fiqh 4 madzhab. Artinya kita dianjurkan untuk menghidupkan malam hari raya dengan sholat, berdzikir, dan membaca Al-Quran khususnya bertakbir.  Karena malam hari raya adalah malam bergembira, banyak sekali hamba-hamba yang lalai pada saat itu maka sungguh sangat mulia yang bisa mengingat Allah di saat hamba-hamba pada lalai.

3. Yang dilakukan Santri dan Jama’ah Al Bahjah

1. Takbir keliling dalam upaya membesarkan syi’ar takbir.
2. Kunjung dari masjid ke masjid untuk melakukan sholat sunnah.
3. Menyimak tausyiah di beberapa masjid yang dikunjungi.

Yang semua itu dalam upaya menjalankan  sunnah yang dijelaskan oleh para ‘ulama tersebut di atas.
 Wallahu a’lam Bishshowaab.

Oleh : Buya Yahya
Share:

Sabtu, 29 Juli 2017

DOA APEL PAGI


1.    YA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG, JADIKANLAH APEL PAGI INI, UNTUK LEBIH MENINGKATKAN KUALITAS KINERJA KAMI, MENINGKATKAN DISIPLIN, TANGGUNG JAWAB SERTA PENGABDIAN KAMI, KEPADA NEGARA DAN BANGSA KHUSUS KEMENTERIAN DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI.

 

2.    YA ALLAH YANG MAHA PEMBIMBING,

JADIKANLAH HARI INI, LEBIH BAIK DARI HARI KEMARIN, DAN HARI ESOK MENJADI LEBIH BAIK DARI HARI INI. BIMBINGLAH KAMI UNTUK SELALU BERSYUKUR ATAS KARUNIA “MU”, TABAH DAN SABAR DALAM MENGHADAPI TANTANGAN TUGAS.

 

3.    TUNJUKKANLAH KEPADA KAMI YANG BENAR ITU BENAR, AGAR KAMI DAPAT MELAKSANAKANNYA, PERLIHATKANLAH KEPADA KAMI YANG SALAH ITU SALAH, AGAR KAMI DAPAT MENGHINDARINYA.

 

4.    YA ALLAH KABULKANLAH DO’A KAMI, “AAMIIN”


Share:

Senin, 17 Juli 2017

HUKUM DAYA TARIK


Dalam Hukum Daya Tarik (Law of Attraction), dikatakan bahwa, “Anda adalah magnet yang hidup yang selalu menarik orang, gagasan dan situasi dalam kehidupan Anda, yang membuat keselarasan dengan hal yang dominan yang ada dalam pikiran Anda.”

Hukum daya tarik mengatakan bahwa pikiran Anda diaktifkan oleh emosi Anda, baik positif atau negatif, kemudian mereka menciptakan medan energi yang kuat di sekitar Anda, yang menarik orang dan keadaan yang selaras dengan pikiran-pikiran tersebut ke dalam kehidupan Anda, ibarat besi yang dipenuhi dengan magnet.

Hukum daya tarik bersifat netral, jika Anda berpikir secara positif, Anda akan menarik orang-orang dan keadaan yang positif. Jika Anda berpikir negatif, Anda akan menarik orang-orang dan keadaan yang negatif. Orang yang sukses dan bahagia senantiasa berpikir dan berbicara tentang hal-hal yang ingin mereka tarik dalam kehidupan mereka.

Keadaan yang terjadi disekitar Anda adalah refleksi dari apa yang ada dalam pikiran Anda. Ini ibarat Anda berdiri di tengah sekeliling cermin-cermin, kemana pun Anda melihat, Anda melihat refleksi dari diri Anda, layaknya bayangan dalam cermin, persis seperti yang Anda pikirkan di ruang terdalam otak Anda.

Pikirkanlah! Anda menjadi seperti apa yang Anda pikirkan setiap saat. Anda selalu bergerak ke arah pemikiran yang dominan. Segala sesuatu yang ada di sekitar Anda dikendalikan dan ditentukan oleh apa yang Anda pikirkan.

Share:

Selasa, 04 Juli 2017

REALITAS METOS, KENYATAAN YANG SENGAJA DISISIHKAN?

Metos, selalu dikaitkan dengan kehidupan masyarakat tradisional, yang cendrung masih mempercayai dongeng dan cerita-cerita lama yang kadang kita membayangkannya saja tidak habis pikir apalagi menganggapnya pernah nyata. Kepercayaan akannya menunjukkan sistem masyarakat yang masih kolot, irasional dan tidak berkemajuan. Metos menjadi definisi kepercayaan yang terbiasa diterima bahkan dijalankan secara suka-rela bagi masyarakat tradisional, namun sebaliknya bagi masyarakat modern ia malah dianggap momok atau paling tidak ada yang memandangnya sebagai takhayyul yang keberadaannya dibiarkan ada hanya sebagai bahan olok-olokan atau buat ngelucu, dan sudah seharusnya ditinggalkan. Namun dalam konteks masyarakat religius, metos terkadang digunakan sebagai kata lain untuk mengungkapkan “bid’ah,” atau sesuatu yang dibuat-buat sebagaimana kebiasaan masayarakat setempat tanpa ada rujukan real.

Tentu saya tidak sedang dan mempunyai kapasitas menilai mana yang paling atau benar terkait perbedaan perspektif yang terkesan kontradiktif di atas. Namun, saya mencoba mengilustrasikan dan mengajak untuk membayangkan seandainya Thomas alva edision dengan penemuan lampu, Orville Wright dan Wilbur Wright dengan kerangka desain dan perancangan  pesawat terbang efektif pertama, serta membuat penerbangan terkendali pertama menggunakan pesawat terbang bermesin, atau Michael Faraday dengan temuan listrikanya. Bayangkan seandainya mereka mempresentasikan penemuan-penemuan mereka pada zaman Rasulullah di suatu majlis. Padahal saat itu, masyarakat arab mencari air bersih dan melalui gersangnya padang pasir saja dengan alat seadanya dan cendrung susah. Saya kok tidak yakin mereka bakalan percaya, kecuali pasti akan menganggapnya sebagai metos. Kebenaran syari’at Islam yang haq dan disampaikan langsung oleh Nabi Muhammad saja, masih ada diantara mereka yang menganggap sebagai cerita lama (Metos) yang dibuat-buat Nabi Muhammad.[1]

Bahkan seandainya Nabi Muhammad sendiri yang menjelaskan teori gravitasi, listrik, pesawat terbang dengan mesin, pasti orang-orang kala itu akan menganggap beliau tidak waras dan telah membuat dongeng dan cerita-cerita ngawur bin ngelantur. Sebab, waktu itu, teori-teori demikian belum relevan dan tidak rasional, belum realistis, belum jamannya. Katakanlah contoh pada saat Nabi Nuh berinisiatif membuat kapal dan mengajak kaumnya untuk ikut andil, kebanayakan mereka yang tidak beriaman malah mengolok-ngolok serta mengangggap Nabi Nuh sudah stress.

Atau mari kita bayangkan seandainya saat ini, dizaman yang serba canggih dan serba tekhnologi, kita diceritakan bahwa duhulu pada zaman Rasulullah ada seorang yang hanya dengan satu mangkok susu dapat mencukupi banyak orang dan semua bisa kenyang.[2] Ada orang yang dapat mengeluarkan cahaya dari ketiaknya, membelah lautan, dapat menyembuhkan segala penyakit hanya dengan air putih yang hanya dibacakan basmalah. Saya yakin, pasti kita menganggapnya adalah metos, dongeng semata yang tidak pernah terjadi. Sebab jamannya sekarang harus rasional, serba pragmatis, serba bergantung pada benda-benda empirik dan mesti dibuktikan dengan mata telanjang.

Lalu, apa sebenarnya metos? Tentu tulisan ini, tidak sedang berusaha mencari jawabannya. Saya serahkan kepada pembaca sekalian, silahkan mempertimbangkan, menyimpulkan dan menjawab sendiri. Namun, yang pasti sepanjang sejarahnya yang pernah ada menunjukkan bahwa perbedaan zaman juga mempengaruhi persepsi tentangnya (metos). Jika demikian, seandainya saya memutuskan definisi metos tersebut di sini, saya kawatir saya akan disanggah bahkan diolok-olok oleh generasi zaman saya selanjutnya. Namun, lebih amannya saya menyepakati saja segala difinisi metos yang telah ada, oleh para pakar.


[1] Firman Allah Swt.:

{إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ}

yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat kami, ia berkata, "Itu adalah dongengan-dongengan orang-orang yang dahulu.” (Al-Muthaffifin: 13)

Yakni apabila dia mendengar Kalamullah dari Rasul Saw., maka dia mendustakannya dan menuduhnya dengan prasangka yang buruk, maka dia meyakininya sebagai buat-buatan yang dihimpun dari kitab-kitab orang-orang yang terdahulu. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firmannya:

وَإِذا قِيلَ لَهُمْ مَاذَا أَنْزَلَ رَبُّكُمْ قالُوا أَساطِيرُ الْأَوَّلِينَ

Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Apakah yang telah diturunkan Tuhan kalian?" Mereka menjawab, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu.” (An-Nahl: 24)

Dan firman-Nya:

وَقالُوا أَساطِيرُ الْأَوَّلِينَ اكْتَتَبَها فَهِيَ تُمْلى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

Dan mereka berkata, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang.” (Al-Furqan: 5)

Maka disangggah oleh Allah Swt. melalui firman-Nya dalam surat ini:

{كَلا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}

Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. (Al-Muthaffifin:14)

Yakni keadaannya tidaklah seperti apa yang mereka dugakan, dan tidak pula seperti apa yang dikatakan oleh mereka bahwa Al-Qur'an ini adalah dongengan orang-orang dahulu, bahkan Al-Qur'an itu adalah Kalamullah, dan wahyu-Nya yang diturunkan kepada Rasul-Nya. Dan sesungguhnya hati mereka terhalang dari beriman kepada Al-Qur'an, tiada lain karena hati mereka telah dipenuhi dan tertutup oleh noda-noda dosa yang banyak mereka kerjakan. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya: Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. (Al-Muthaffifin:14) (Tafsir Ibnu Katsir)

[2]  Abu Hurairah Radhiallahu `Anhu mulai mengisahkan sekelumit dari kisah perjalanan hidupnya bersama Rasulullah n ia bekata, “Demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Dia. Saya sering menegakkan rongga perutku ke tanah dan sering mengikatkan batu di perutku kerena lapar.
Pada suatu hari, saya duduk di jalan yang biasa dilewati orang. Kemudian Rasulullah Shollallahu `Alaihi Wasallam lewat dan tersenyum ketika melihat saya dan beliau tahu tentang apa yang sedang menimpa diri saya. Lalu beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam bersabda, ‘Wahai Abu Hirr, mari ikut aku,’ maka saya pun mengikuti beliau. Lalu beliau memasuki rumah dan saya meminta izin masuk, beliaupun mengizinkan saya.
Ketika beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam masuk, ternyata di situ ada semangkok susu. Beliau lantas bertanya kepada istrinya, ‘Dari mana asal susu ini?’ Ia (istrinya) menjawab, ‘Dari si Fulan atau si Fulanah, ia menghadiahkan susu ini untuk mu.’ Beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam bersabda, ‘Wahai Abu Hirr,’ saya menjawab, ‘Ada apa wahai Rasulullah?’ Beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam ‘Temuilah para Ahli Suffah dan ajaklah mereka kemari,’
Abu Hurairah Radhiallahu `Anhu berkata, ‘Ahli suffah adalah tamu-tamu islam yang tidak mempunyai keluarga, harta dan saudara. Apabila beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam mendapat sedekah, maka beliau mengirimkannya untuk mereka dan beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam tidak mengambilnya sedikitpun (karena beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam tidak boleh makan dari sedekah). Adapun apabila beliau mendapatkan hadiah, maka beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam mengirimkannya untuk mereka dan beliau ikut makan bersama mereka (karena Rasulullah Shollallahu `Alaihi Wasallam diperbolehkan makan dari hadiah).
(Ketika Rasulullah n menyuruhku untuk memanggil Ahli Suffah) Hal itu menyebabkan saya tidak enak hati. Saya berkata dalam hati, ‘Mengapa susu itu diberikan kepada Ahli Suffah? Padahal saya lebih pantas untuk minum dari susu itu agar kekuatanku pulih kembali. Apabila mereka datang, beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam pasti menyuruh saya untuk memberikan susu tersebut kepada mereka dan kemungkinan besar saya tidak akan mendapatkan bagian dari susu tersebut. Namun taat kepada Allah l dan Rasul-Nya wajib didahulukan.’
Maka kemudian saya mendatangi mereka dan mengajak mereka. Kemudian mereka pun datang dan meminta izin kepada Nabi Shollallahu `Alaihi Wasallam dan beliau pun mengizinkan mereka masuk lalu mereka duduk. Beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam memanggil, ‘Wahai Abu Hirr.’ Saya menyahut, ‘Ya, Wahai Rasulullah.’ Beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam bersabda, ‘Ambilah mangkok susu itu dan berikan kepada mereka.’ Maka saya mengambil mangkok tersebut dan memberikannya kepada orang pertama, maka ia minum sampai lega. Lalu mangkok tersebut diberikan kepada saya lagi dan saya berikan kepada orang selanjutnya, maka ia pun meminumnya sampai terasa lega. Lalu mangkok tersebut diberikan kepada saya lagi dan saya berikan kepada orang selanjutnya, maka ia pun meminumnya sampai terasa lega, sehingga sampai pada giliran Nabi Shollallahu `Alaihi Wasallam. Anehnya, mereka (Ahli Suffah) sudah minum semua akan tetapi susu tersebut belum habis.
Kemudian beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam mengambil mangkok itu dan memandangi saya sambil tersenyum, lalu bersabda, ‘Wahai Abu Hirr.’ Saya menjawab.’ Ya, wahai Rasulullah.’ Beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam bersabda, ‘Tinggal aku dan kamu yang belum (minum).’ Saya menjawab, ‘Benar wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘Duduklah dan minumlah.’ Maka saya duduk dan minum. Beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam bersabda lagi. ‘Minum lagi.’ Beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam mengulanginya sampai saya berkata, ‘Demi Dzat yang mengutus engkau dengan kebenaran, perut saya sudah penuh.’ Beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam bersabda, ‘Berilah mangkok itu kepadaku.’ Maka saya memberikan mangkok tersebut kepada beliau, kemudian beliau memuji Allah Subhanahu Wata`ala dan membaca basmallah lalu meminum sisanya.” (HR. Al- Bukhari)
Share:
TERIMA KASIH