Beberapa waktu lalu, khalayak media
sosial sempat diramaikan dengan isu yang sedikit sensitif, sedikit memantik
emosi, namun sebenarnya adalah hal yang maklum dan lumrah. UIN Sunan Kalijaga
Yogya yang merupakan salah satu kampus terkemuka di Yogyakarta ini,
disebut-sebut sebagai kampus liberal dan cikal-bakal atas rentetan bencana alam
maupun tektonik yang beberapa tahun ini melanda jogja. Kontan, pernyataan ini
langsung direspon dan dianggap sembarangan. Terutama oleh alumnus maupun
manahsiswa yang masih aktif.
Mereka beramai-ramai membantah
bahkan mengecam pernyataan kontraproduktif, yang disampaikan oleh Ustadz Dr.
Khalid Basalamah MA. dalam sebuah ceramahnya diakun youtube, adalah tidak benar,
salah-paham dan cendrung terburu-buru dalam mengambil kesimpulan. “Perkataan
“Ustadz” ini, saya nyatakan, mengandung banyak kebohongan, kesalahpahaman dan
ketakakuratan.” Bantah Prof Dr Machasin, Guru Besar Fakultas Adab Dan Ilmu
Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Seumpama semut, ia akan menggigit
saat merasa terusik. Bagai burung bulbul, ia akan menggerau saat merasa
diganggu. Tampak begitulah reaksi mereka, dan hal itu wajar-waja saja. Namun,
tidak bagiku, aku malah tidak begitu ambil pusing dengan statement Ustadz
Basalamah yang sebenarnya tidak perlu itu. Oleh karenanya, Aku malah sadar beberapa
hal;
Bahwa saat aku menjadi bagian
mahasiswa UIN yang masih aktif, pada setiap malam jum’at aku dan teman-teman
UKM INKAI mengadakan Yasinan, sehabis maghrib. Padahal, kita tahu ada sebagaian
saudara kita yang menganggap rutinitas yasinan seperti itu adalah bid’ah
(mengada-ngada, atau tidak pernah dicntoh kan Nabi). Sebagaimana mereka sering
merujuk pada hadis Nabi, bahwa bid’ah adalah sesat.
Itu baru yasinan. Belum lagi, banyak
di antara masiswa UIN yang adakalanya memeriahkan Maulud Nabi saw, berkumpul
untuk tahlilan, berdoa bersama dengan dipandu, dan lain sebagainya. Di mana
semuanya juga ada dari saudara kita (muslim) yang juga menggap sebagai hal yang
bid’ah alias sesat dan setiap kesesatan tempatnya adalah di Neraka.
Selain itu, secara
akademis-fakultatif, kampus UIN juga menyediakan prodi Akidah dan Filsafat,
juga prodi Perbandingan Agama. Melihat judulnya saja, pasti telah terbayang
isinya akan dan seperti apa? Bahwa filsuf sering dianggap argumentasinya tidak
jauh mengarah pada ke”murtad”an. Maka, ada salah seorang temanku, setiap kali
diberbicara mengungkapkan pengetahuan dan pendapat filasafatnya selalu diakhiri dengan
syahadat, dengan sadar khawatir atas apa yang disampaikannya, takut murtad. Jika
demikian hal apa kira-kira yang disampaikan temanku? Camkan!!! He
Selain itu, bahwa di UIN SUKA juga
ada di antara mahasiswanya yang belajar dan mendalami tasawwuf. Untuk faham ini
juga sebagian saudara muslim kita ada yang menuduh sebagai penganut tahayyul,
khayal, kurafat bahkan bertentangan dengan kaidah-kaidah hadis shahih. Muhammad bin ‘Abdus Salam Khodr Asy Syuqairiy berkata, orang-orang sufi adalah orang yang serakah pada makanan, orang yang gemar menyiakan waktu dengan permainan sia-sia dan pengagung bid’ah (As Sunan wal Mubtada’at Al Muta’alliqoh Bil Adzkari wash Sholawat, 138-139)
Satu lagi, di UIN SUKA Jogja juga
di dalamnya terdapat satu prodi yang membahas tentang kaidah-kaidah fiqhiyah,
Hadits, Al-Qur’an dengan segala kaitanya. Adalah prodi Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir, dan prodi Ilmu Hadis. Di mana sebagian pembahsannya tidak jauh dari yang
diistilahkan dengan ta’wil, termasuk ketika menafsirkan al-Qur’an dan Hadis. Menurut Harun Nasution, termasuk dalam salah satu pokok doktrin
teologis Wahaby, bahwa menggunakan ta’wil dalam menafsirkan al-Qur’an
termasuk KAFIR. Dan aku adalah alumnus prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, artinya
aku kafir. Yach,, dalah...
Jadi, kalau begitu jika semua pada
ingin tuduh-tuduhan, maka UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tidak hanya dihuni oleh
orang-orang LIBERAL saja tapi juga orang-orang SESAT, MURTADZ, AHLI BID’AH,
MUNAFIQ bahkan KAFIR dan lain-lain.
Itu!!!!!!!!!!