Alkisah ada seorang raja lalim yang
sudah tua. Sang raja membangun sebuah gua di dalam istana untuk menghukum semua
orang yang dianggap tidak setia. Segala binatang buas ditempatkan di sana. Siapa
saja yang membuat sang raja murka, tiada lain akan ditimpakan hukuman,
dimasukkan ke dalam gua tersebut.
Tersebutlah seorang yang pegawai
yang bijaksana, adil dan cerdas. Ia telah lama mengabdi pada keluarga kerajaan.
Walau selalu setia, mengabdi tanpa kenal lelah, toh ia selalu merasa was-was,
khawatir kejadian buruk akan menimpa. Dengan kecerdasan yang mengagumkan, ia
berpikir bagaimana mempertahankan hidupnya dari tindakan raja yang
sewnang-wenang.
Akhirnya ia menemukan jawaban. Saat malam.
Ketika semua orang telah terbua oleh mimpi masing-masing, sang pegawai pergi ke
gua dengan membawa makanan-makanan dan memberikannya pada binatang-binatang
yang ada di sana. Perbuatan itu, ia lakukan dengan hati-hati agar tidak seorang
pun orang istana yang mengetahuinya. Setiap malam pekerjaan itu ia lakukan,
hingga menjadi kebiasaan. Dan binatang-binatang di dalam gua itu selalu
menunggu kedatangan si pegawai. Mereka merasa senang jika si pegawai datang
dengan membawa makanan-makanan, mereka pun enggan menyakiti tubuh orang yang
dermawan itu.
Kemudian suatu saat sang raja
mengincar kematiannya. Dengan berbagai cara sang raja mencari kesalahan pegawai
itu. Dan kemudian di hukum dimasukkan ke dalam gua bersama anjing-anjing dan
binatang lainnya yang kelaparan.
Pagi berikutnya, tanpa merasa
bersalah atas tindakan yang sewenang-wenang, raja mengirim utusan untuk melihat
ke dalam gua. Sang raja berpikir pegawai itu pastilah telah dimakan anjing yang
kelaparan.
Namun betapa takjub utusan raja,
kala menemui pegawai kerajaan yang bijak itu masih dalam kadaan hidup,
segar-bugar. Sang utusan segera bergegas meninggalkan gua utnuk melaporkan apa
yang ia lihat.
“Wahai paduka raja! Kebijakannya telah
teruji, ia seperti malaikat yang diberkati, dan Allah melindungi hidupnya dari
amarabahaya. Ia tidak disentuh oleh binatang-binatang, meskipun diikat kuat. Aku
melihatnya bersama dengan anjing-anjing yang jinak disekelilingnya.”
Raja merasa heran dengan kejadian
ajaib ini. Ia ingin melihat sendiri keanehan itu. Di dalam gua, ia melihat sang
pegawai yang tidak bersalah itu terikat kuat, dalam keadaan sehat dan aman. Lalu
raja bertanya,
“Mantra apa yang engkau rapalkan,
hingga selamat dari cengkraman binatang-binatang buas itu?”
“Aku tidak mempunyai mantra untuk
diucapkan. Aku hanya memberi makan anjing-anjing itu setiap hari. Untuk mengungkapkan
rasa terima kasih, mereka membalas dengan menyelematkanku dari musuh-musuh yang
kejam. Sementara aku telah mengabdi kepadamu selama bertahun-tahun, dan sebagai
ganjarannya engakau mengirimku ke mari! Anjing saja punya perasaan, sedang
engkau sama sekali tidak memiliki perasaan. Seekor anjing akan berterima kasih
jika diberi sepotong tulang. Namun engkau dengan sepenuh darah, sama sekali
tidak pernah berterima kasih.”
Sang raja merasa malu, dan menyadari
kekejamannya dan berjanji akan mengubah perilaku buruknya.