السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Sabtu, 29 Juli 2017

DOA APEL PAGI


1.    YA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG, JADIKANLAH APEL PAGI INI, UNTUK LEBIH MENINGKATKAN KUALITAS KINERJA KAMI, MENINGKATKAN DISIPLIN, TANGGUNG JAWAB SERTA PENGABDIAN KAMI, KEPADA NEGARA DAN BANGSA KHUSUS KEMENTERIAN DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI.

 

2.    YA ALLAH YANG MAHA PEMBIMBING,

JADIKANLAH HARI INI, LEBIH BAIK DARI HARI KEMARIN, DAN HARI ESOK MENJADI LEBIH BAIK DARI HARI INI. BIMBINGLAH KAMI UNTUK SELALU BERSYUKUR ATAS KARUNIA “MU”, TABAH DAN SABAR DALAM MENGHADAPI TANTANGAN TUGAS.

 

3.    TUNJUKKANLAH KEPADA KAMI YANG BENAR ITU BENAR, AGAR KAMI DAPAT MELAKSANAKANNYA, PERLIHATKANLAH KEPADA KAMI YANG SALAH ITU SALAH, AGAR KAMI DAPAT MENGHINDARINYA.

 

4.    YA ALLAH KABULKANLAH DO’A KAMI, “AAMIIN”


Share:

Kamis, 20 Juli 2017

HADITS TENTANG SYAFA’AT

HADITS TENTANG SYAFA’AT

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ شُفِّعْتُ ، فَقُلْتُ يَا رَبِّ أَدْخِلِ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ خَرْدَلَةٌ . فَيَدْخُلُونَ ، ثُمَّ أَقُولُ أَدْخِلِ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ أَدْنَى شَىْءٍ » . فَقَالَ أَنَسٌ كَأَنِّى أَنْظُرُ إِلَى أَصَابِعِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم –

“Pada hari kiamat, aku diberi syafa’at. Aku berkata, “Wahai Rabbku, masukkanlah dalam surga orang yang masih punya iman sebesar biji sawi.” Mereka memasukinya. Aku pun berkata, “Masukkanlah dalam surga orang yang masih punya iman walau rendah.” Anas berkata, “Seakan-akan aku melihat (isyarat) pada jari-jemari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari no. 7509)

 

Dalam riwayat lain disebutkan,

ثُمَّ أَعُودُ الرَّابِعَةَ فَأَحْمَدُهُ بِتِلْكَ ، ثُمَّ أَخِرُّ لَهُ سَاجِدًا فَيُقَالُ يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ وَقُلْ يُسْمَعْ ، وَسَلْ تُعْطَهْ ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ . فَأَقُولُ يَا رَبِّ ائْذَنْ لِى فِيمَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ . فَيَقُولُ وَعِزَّتِى وَجَلاَلِى وَكِبْرِيَائِى وَعَظَمَتِى لأُخْرِجَنَّ مِنْهَا مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ

“Kemudian aku kembali untuk keempat kalinya. Aku memuji-Nya dengan pujian tadi. Aku pun sujud di hadapan-Nya. Disebutkan, “Wahai Muhammad. Angkatlah kepalamu. Permintaanmu akan didengar. Mintalah, engkau akan diberi. Berilah syafa’at, syafa’atmu akan diperkenankan.” Aku pun berkata, “Wahai Rabbku, izinkanlah aku memberikan syafa’at pada orang yang mengucapkan ‘laa ilaha illallah’.” Allah berfirman, “Demi keagungan-Ku dan kebesaran-Ku, sungguh aku akan keluarkan dari neraka orang yang mengucapkan laa ilaha illallah.” (HR. Bukhari no. 7510).

Diriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

شَفَاعَتِى لأَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِى

“Syafaatku untuk umatku yang ahli dosa besar”. (HR. Imam Abu Dawud, Imam Tirmidzi, Imam Ahmad, Imam Hakim, dll.)

 

Rasulullah SAW bersabda:

لِكُلِّ نَبِىٍّ دَعْـوَةٌ مُسْـتَجَابَةٌ فَتَعَجَّـلَ كُلُّ نَبِىٍّ دَعْوَتَـهُ وَإِنِّى اخْتَبَأْتُ دَعْـوَتِى شَــفَاعَةً لأُمَّـتِى يَوْمَ الْقِيَـامَـةِ فَهِىَ نَائـِلَةٌ إِنْ شَـاءَ اللَّهُ مَنْ مَـاتَ مِنْ أُمَّـتِى لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا

“Setiap Nabi mempunyai doa yang mustajabah, maka setiap Nabi doanya dikabulkan segera, sedangkan saya menyimpan doaku untuk memberikan syafaat kepada umatku di hari kiamat. Syafaat itu insya Allah diperoleh umatku yang meninggal tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun”. (HR. Imam Muslim, Imam Tirmidzi, Imam Ibnu Majah, dan Imam Ahmad)

 

Rasulullah SAW bersabda:

أَتَانِى آتٍ مِنْ عِنْدِ رَبِّى فَخَيَّرَنِى بَيْنَ أَنْ يُدْخِلَ نِصْفَ أُمَّتِى الْجَنَّةَ وَبَيْنَ الشَّفَاعَةِ فَاخْتَرْتُ الشَّفَاعَةَ وَهِىَ لِمَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا

“Telah datang kepadaku malaikat dari sisi Tuhanku Azza wa Jalla, lalu memberikan pilihan kepadaku: antara separuh umatku akan dimasukkan surga atau syafaat. Maka saya memilih syafaat, dan syafaat ini untuk orang yang meninggal tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun”. (HR. Imam Tirmidzi, Imam Ahmad dan Imam Ibnu Hibban)

 

Rasulullah SAW bersabda:

خُيِّرْتُ بَيْنَ الشَّفَاعَةِ وَبَيْنَ أَنْ يَدْخُلَ نِصْفُ أُمَّتِى الْجَنَّةَ فَاخْتَرْتُ الشَّفَاعَةَ لأَنَّهَا أَعَمُّ وَأَكْفَى أَتُرَوْنَهَا لِلْمُؤْمِنِيْنَ الْمُتَّقِينَ؟ لاَ, وَلَكِنَّهَا لِلْمُذْنِبِينَ الْخَطَّائِينَ الْمُتَلَوِّثِينَ

“Saya diberi pilihan antara syafaat dan separuh umatku akan dimasukkan surga. Maka saya memilih syafaat, karena syafaat itu lebih umum dan lebih banyak. Apakah kamu sekalian melihat bahwa, syafaat itu untuk orang-orang mukmin yang bertaqwa ?. Tidak, akan tetapi syafaat itu untuk orang-orang yang berdosa, penuh kesalahan, dan banyak kotoran”. (HR. Imam Ahmad dan Imam Ibnu Majah)

 

Diriwayatkan dari Imron bin Hushain ra., Nabi SAW bersabda:

يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنَ النَّارِ بِشَفَاعَةِ مُحَمَّدٍ فَيَدْخُلُونَ الْجَنَّة

“Ada satu kaum akan keluar dari neraka lantaran syafaat Muhammad, lalu mereka masuk surga”.(HR. Imam Bukhari, Imam Abu Dawud, dan Imam Thabrani)

 

Diriwayatkan dari Anas ra. berkata, “Rasulullah SAW bersabda:

أَنَا أَوَّلُ النَّاسِ يَشْفَعُ فِى الْجَنَّةِ وَأَنَا أَكْثَرُ الأَنْبِيَاءِ تَبَعًا

“Saya adalah orang yang pertama kali memberikan syafaat di surga, dan saya adalah Nabi yang paling banyak pengikutnya”. (HR. Imam Muslim).

 

Diriwayatkan dari Jabir ra. berkata :

هَلْ سَمِعْتَ بِمَقَامِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ فَإِنَّهُ مَقَامُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَحْمُودُ الَّذِي يُخْرِجُ اللهُ بِهِ مَنْ يُخْرِجُ مِنَ النَّار

”Apakah kamu pernah mendengar tentang kedudukan Nabi Muhammad SAW? Sesungguhnya kedudukan Nabi Muhammad SAW yang terpuji akan mengeluarkan siapa saja yang akan dikeluarkan dari neraka lantaran syafaat beliau SAW” (Syu’abul Iman, Imam Baihaqi) 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ ، مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ؟ قَالَ رَسولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم – : لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لاَ يَسْأَلَنِى عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ ، لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ ، أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِه

”Saya katakan, ”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafaatmu di hari kiamat ?”. Beliau SAW bersabda : ”Sungguh saya telah mengira, wahai Abu Hurairah, hendaklah jangan ada seseorang yang lebih dahulu dari kamu menanyakan tentang hadis ini, karena saya memang melihat keinginanmu yang keras untuk mendengarkan hadis. Orang yang paling bahagia dengan syafaatku di hari kiamat adalah orang yang mengucapkan, “LAA ILAAHA ILLALLAH MUHAMMADUR RASULULLAH” dengan tulus dari  hatinya atau jiwanya”. (HR. Imam Bukhari dan Imam Ahmad).

 

Diriwayatkan dari Ummu Habibah ra. berkata : “ Rasulullah SAW bersabda :

أُرِيْتُ مَا تَلَقَّى أُمَّتِيْ بَعْدِيْ وَسَـفَكَ بَعْضُهُمْ دِمَاءَ بَعْضٍ فَأَحْزَنَنِيْ وَسَـبَقَ لَهُمْ مِنَ اللهِ مَا سَــبَق لِلْأُمَـمِ قَـبْلَـهُمْ. فَسَــأَلْتُ اللهَ أَنْ يُؤْتِيَـنِي فِيْهِمْ شَــفَاعَةً يَوْمَ اْلقِيَامَةِ فَفَعَـلَ

“Diperlihatkan kepadaku apa yang akan diperoleh umatku sesudahku. Sebagian mereka akan menumpahkan darah sebagian yang lain, sehingga menyedihkan hatiku, dan mereka memang telah ditakdirkan oleh Allah sebagaimana telah mentakdirkan umat-umat sebelum mereka. Maka saya memohon kepada Allah agar memberikan padaku syafaat untuk mereka di hari kiamat, maka Allah melakukannya. (HR. Imam Ahmad, Imam Thabrani, Imam Ibnu Huzaimah, dan Imam Ibnu Abi Ashim)

Share:

AYAT-AYAT TENTANG SYAFA'AT

AYAT TENTANG SYAFAAT

Surat Al-An’am Ayat 51

وَأَنذِرْ بِهِ ٱلَّذِينَ يَخَافُونَ أَن يُحْشَرُوٓا۟ إِلَىٰ رَبِّهِمْ ۙ لَيْسَ لَهُم مِّن دُونِهِۦ وَلِىٌّ وَلَا شَفِيعٌ لَّعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

Artinya: Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari kiamat), sedang bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafa'atpun selain daripada Allah, agar mereka bertakwa.

Surat Al-Baqarah Ayat 48

وَٱتَّقُوا۟ يَوْمًا لَّا تَجْزِى نَفْسٌ عَن نَّفْسٍ شَيْـًٔا وَلَا يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَٰعَةٌ وَلَا يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلَا هُمْ يُنصَرُونَ

Artinya: Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa'at dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong.

Surat Al-Baqarah Ayat 254

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَاعَةٌ ۗ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.

Surat Al-An’am Ayat 70

وَذَرِ ٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُوا۟ دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا ۚ وَذَكِّرْ بِهِۦٓ أَن تُبْسَلَ نَفْسٌۢ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلِىٌّ وَلَا شَفِيعٌ وَإِن تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لَّا يُؤْخَذْ مِنْهَآ ۗ أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ أُبْسِلُوا۟ بِمَا كَسَبُوا۟ ۖ لَهُمْ شَرَابٌ مِّنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌۢ بِمَا كَانُوا۟ يَكْفُرُونَ

Artinya: Dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.

Surat Az-Zumar Ayat 44

قُل لِّلَّهِ ٱلشَّفَٰعَةُ جَمِيعًا ۖ لَّهُۥ مُلْكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Artinya: Katakanlah: "Hanya kepunyaan Allah syafa'at itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan"

 

AYAT SYAFAAT DENGAN IZIN ALLAH

Surat Al-Baqarah Ayat 255

مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ

Artinya: Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya?.

Surat Yunus Ayat 3

إِنَّ رَبَّكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ ۖ يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ ۖ مَا مِن شَفِيعٍ إِلَّا مِنۢ بَعْدِ إِذْنِهِۦ ۚ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمْ فَٱعْبُدُوهُ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ

Artinya: Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?

Surat Thaha Ayat 109

يَوْمَئِذٍ لَّا تَنفَعُ ٱلشَّفَٰعَةُ إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ ٱلرَّحْمَٰنُ وَرَضِىَ لَهُۥ قَوْلًا

Artinya: Pada hari itu tidak berguna syafa'at, kecuali (syafa'at) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai perkataannya.

Surat Saba Ayat 23

وَلَا تَنفَعُ ٱلشَّفَٰعَةُ عِندَهُۥٓ إِلَّا لِمَنْ أَذِنَ لَهُۥ ۚ حَتَّىٰٓ إِذَا فُزِّعَ عَن قُلُوبِهِمْ قَالُوا۟ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ ۖ قَالُوا۟ ٱلْحَقَّ ۖ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْكَبِيرُ

Artinya: Dan tiadalah berguna syafa'at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafa'at itu, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan-mu?" Mereka menjawab: (Perkataan) yang benar", dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Surat An-Najm Ayat 26

وَكَم مِّن مَّلَكٍ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ لَا تُغْنِى شَفَٰعَتُهُمْ شَيْـًٔا إِلَّا مِنۢ بَعْدِ أَن يَأْذَنَ ٱللَّهُ لِمَن يَشَآءُ وَيَرْضَىٰٓ

Artinya: Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafa'at mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengijinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya).

Share:

Senin, 17 Juli 2017

HUKUM DAYA TARIK


Dalam Hukum Daya Tarik (Law of Attraction), dikatakan bahwa, “Anda adalah magnet yang hidup yang selalu menarik orang, gagasan dan situasi dalam kehidupan Anda, yang membuat keselarasan dengan hal yang dominan yang ada dalam pikiran Anda.”

Hukum daya tarik mengatakan bahwa pikiran Anda diaktifkan oleh emosi Anda, baik positif atau negatif, kemudian mereka menciptakan medan energi yang kuat di sekitar Anda, yang menarik orang dan keadaan yang selaras dengan pikiran-pikiran tersebut ke dalam kehidupan Anda, ibarat besi yang dipenuhi dengan magnet.

Hukum daya tarik bersifat netral, jika Anda berpikir secara positif, Anda akan menarik orang-orang dan keadaan yang positif. Jika Anda berpikir negatif, Anda akan menarik orang-orang dan keadaan yang negatif. Orang yang sukses dan bahagia senantiasa berpikir dan berbicara tentang hal-hal yang ingin mereka tarik dalam kehidupan mereka.

Keadaan yang terjadi disekitar Anda adalah refleksi dari apa yang ada dalam pikiran Anda. Ini ibarat Anda berdiri di tengah sekeliling cermin-cermin, kemana pun Anda melihat, Anda melihat refleksi dari diri Anda, layaknya bayangan dalam cermin, persis seperti yang Anda pikirkan di ruang terdalam otak Anda.

Pikirkanlah! Anda menjadi seperti apa yang Anda pikirkan setiap saat. Anda selalu bergerak ke arah pemikiran yang dominan. Segala sesuatu yang ada di sekitar Anda dikendalikan dan ditentukan oleh apa yang Anda pikirkan.

Share:

Selasa, 04 Juli 2017

REALITAS METOS, KENYATAAN YANG SENGAJA DISISIHKAN?

Metos, selalu dikaitkan dengan kehidupan masyarakat tradisional, yang cendrung masih mempercayai dongeng dan cerita-cerita lama yang kadang kita membayangkannya saja tidak habis pikir apalagi menganggapnya pernah nyata. Kepercayaan akannya menunjukkan sistem masyarakat yang masih kolot, irasional dan tidak berkemajuan. Metos menjadi definisi kepercayaan yang terbiasa diterima bahkan dijalankan secara suka-rela bagi masyarakat tradisional, namun sebaliknya bagi masyarakat modern ia malah dianggap momok atau paling tidak ada yang memandangnya sebagai takhayyul yang keberadaannya dibiarkan ada hanya sebagai bahan olok-olokan atau buat ngelucu, dan sudah seharusnya ditinggalkan. Namun dalam konteks masyarakat religius, metos terkadang digunakan sebagai kata lain untuk mengungkapkan “bid’ah,” atau sesuatu yang dibuat-buat sebagaimana kebiasaan masayarakat setempat tanpa ada rujukan real.

Tentu saya tidak sedang dan mempunyai kapasitas menilai mana yang paling atau benar terkait perbedaan perspektif yang terkesan kontradiktif di atas. Namun, saya mencoba mengilustrasikan dan mengajak untuk membayangkan seandainya Thomas alva edision dengan penemuan lampu, Orville Wright dan Wilbur Wright dengan kerangka desain dan perancangan  pesawat terbang efektif pertama, serta membuat penerbangan terkendali pertama menggunakan pesawat terbang bermesin, atau Michael Faraday dengan temuan listrikanya. Bayangkan seandainya mereka mempresentasikan penemuan-penemuan mereka pada zaman Rasulullah di suatu majlis. Padahal saat itu, masyarakat arab mencari air bersih dan melalui gersangnya padang pasir saja dengan alat seadanya dan cendrung susah. Saya kok tidak yakin mereka bakalan percaya, kecuali pasti akan menganggapnya sebagai metos. Kebenaran syari’at Islam yang haq dan disampaikan langsung oleh Nabi Muhammad saja, masih ada diantara mereka yang menganggap sebagai cerita lama (Metos) yang dibuat-buat Nabi Muhammad.[1]

Bahkan seandainya Nabi Muhammad sendiri yang menjelaskan teori gravitasi, listrik, pesawat terbang dengan mesin, pasti orang-orang kala itu akan menganggap beliau tidak waras dan telah membuat dongeng dan cerita-cerita ngawur bin ngelantur. Sebab, waktu itu, teori-teori demikian belum relevan dan tidak rasional, belum realistis, belum jamannya. Katakanlah contoh pada saat Nabi Nuh berinisiatif membuat kapal dan mengajak kaumnya untuk ikut andil, kebanayakan mereka yang tidak beriaman malah mengolok-ngolok serta mengangggap Nabi Nuh sudah stress.

Atau mari kita bayangkan seandainya saat ini, dizaman yang serba canggih dan serba tekhnologi, kita diceritakan bahwa duhulu pada zaman Rasulullah ada seorang yang hanya dengan satu mangkok susu dapat mencukupi banyak orang dan semua bisa kenyang.[2] Ada orang yang dapat mengeluarkan cahaya dari ketiaknya, membelah lautan, dapat menyembuhkan segala penyakit hanya dengan air putih yang hanya dibacakan basmalah. Saya yakin, pasti kita menganggapnya adalah metos, dongeng semata yang tidak pernah terjadi. Sebab jamannya sekarang harus rasional, serba pragmatis, serba bergantung pada benda-benda empirik dan mesti dibuktikan dengan mata telanjang.

Lalu, apa sebenarnya metos? Tentu tulisan ini, tidak sedang berusaha mencari jawabannya. Saya serahkan kepada pembaca sekalian, silahkan mempertimbangkan, menyimpulkan dan menjawab sendiri. Namun, yang pasti sepanjang sejarahnya yang pernah ada menunjukkan bahwa perbedaan zaman juga mempengaruhi persepsi tentangnya (metos). Jika demikian, seandainya saya memutuskan definisi metos tersebut di sini, saya kawatir saya akan disanggah bahkan diolok-olok oleh generasi zaman saya selanjutnya. Namun, lebih amannya saya menyepakati saja segala difinisi metos yang telah ada, oleh para pakar.


[1] Firman Allah Swt.:

{إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ}

yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat kami, ia berkata, "Itu adalah dongengan-dongengan orang-orang yang dahulu.” (Al-Muthaffifin: 13)

Yakni apabila dia mendengar Kalamullah dari Rasul Saw., maka dia mendustakannya dan menuduhnya dengan prasangka yang buruk, maka dia meyakininya sebagai buat-buatan yang dihimpun dari kitab-kitab orang-orang yang terdahulu. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firmannya:

وَإِذا قِيلَ لَهُمْ مَاذَا أَنْزَلَ رَبُّكُمْ قالُوا أَساطِيرُ الْأَوَّلِينَ

Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Apakah yang telah diturunkan Tuhan kalian?" Mereka menjawab, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu.” (An-Nahl: 24)

Dan firman-Nya:

وَقالُوا أَساطِيرُ الْأَوَّلِينَ اكْتَتَبَها فَهِيَ تُمْلى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

Dan mereka berkata, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang.” (Al-Furqan: 5)

Maka disangggah oleh Allah Swt. melalui firman-Nya dalam surat ini:

{كَلا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}

Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. (Al-Muthaffifin:14)

Yakni keadaannya tidaklah seperti apa yang mereka dugakan, dan tidak pula seperti apa yang dikatakan oleh mereka bahwa Al-Qur'an ini adalah dongengan orang-orang dahulu, bahkan Al-Qur'an itu adalah Kalamullah, dan wahyu-Nya yang diturunkan kepada Rasul-Nya. Dan sesungguhnya hati mereka terhalang dari beriman kepada Al-Qur'an, tiada lain karena hati mereka telah dipenuhi dan tertutup oleh noda-noda dosa yang banyak mereka kerjakan. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya: Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. (Al-Muthaffifin:14) (Tafsir Ibnu Katsir)

[2]  Abu Hurairah Radhiallahu `Anhu mulai mengisahkan sekelumit dari kisah perjalanan hidupnya bersama Rasulullah n ia bekata, “Demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Dia. Saya sering menegakkan rongga perutku ke tanah dan sering mengikatkan batu di perutku kerena lapar.
Pada suatu hari, saya duduk di jalan yang biasa dilewati orang. Kemudian Rasulullah Shollallahu `Alaihi Wasallam lewat dan tersenyum ketika melihat saya dan beliau tahu tentang apa yang sedang menimpa diri saya. Lalu beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam bersabda, ‘Wahai Abu Hirr, mari ikut aku,’ maka saya pun mengikuti beliau. Lalu beliau memasuki rumah dan saya meminta izin masuk, beliaupun mengizinkan saya.
Ketika beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam masuk, ternyata di situ ada semangkok susu. Beliau lantas bertanya kepada istrinya, ‘Dari mana asal susu ini?’ Ia (istrinya) menjawab, ‘Dari si Fulan atau si Fulanah, ia menghadiahkan susu ini untuk mu.’ Beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam bersabda, ‘Wahai Abu Hirr,’ saya menjawab, ‘Ada apa wahai Rasulullah?’ Beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam ‘Temuilah para Ahli Suffah dan ajaklah mereka kemari,’
Abu Hurairah Radhiallahu `Anhu berkata, ‘Ahli suffah adalah tamu-tamu islam yang tidak mempunyai keluarga, harta dan saudara. Apabila beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam mendapat sedekah, maka beliau mengirimkannya untuk mereka dan beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam tidak mengambilnya sedikitpun (karena beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam tidak boleh makan dari sedekah). Adapun apabila beliau mendapatkan hadiah, maka beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam mengirimkannya untuk mereka dan beliau ikut makan bersama mereka (karena Rasulullah Shollallahu `Alaihi Wasallam diperbolehkan makan dari hadiah).
(Ketika Rasulullah n menyuruhku untuk memanggil Ahli Suffah) Hal itu menyebabkan saya tidak enak hati. Saya berkata dalam hati, ‘Mengapa susu itu diberikan kepada Ahli Suffah? Padahal saya lebih pantas untuk minum dari susu itu agar kekuatanku pulih kembali. Apabila mereka datang, beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam pasti menyuruh saya untuk memberikan susu tersebut kepada mereka dan kemungkinan besar saya tidak akan mendapatkan bagian dari susu tersebut. Namun taat kepada Allah l dan Rasul-Nya wajib didahulukan.’
Maka kemudian saya mendatangi mereka dan mengajak mereka. Kemudian mereka pun datang dan meminta izin kepada Nabi Shollallahu `Alaihi Wasallam dan beliau pun mengizinkan mereka masuk lalu mereka duduk. Beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam memanggil, ‘Wahai Abu Hirr.’ Saya menyahut, ‘Ya, Wahai Rasulullah.’ Beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam bersabda, ‘Ambilah mangkok susu itu dan berikan kepada mereka.’ Maka saya mengambil mangkok tersebut dan memberikannya kepada orang pertama, maka ia minum sampai lega. Lalu mangkok tersebut diberikan kepada saya lagi dan saya berikan kepada orang selanjutnya, maka ia pun meminumnya sampai terasa lega. Lalu mangkok tersebut diberikan kepada saya lagi dan saya berikan kepada orang selanjutnya, maka ia pun meminumnya sampai terasa lega, sehingga sampai pada giliran Nabi Shollallahu `Alaihi Wasallam. Anehnya, mereka (Ahli Suffah) sudah minum semua akan tetapi susu tersebut belum habis.
Kemudian beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam mengambil mangkok itu dan memandangi saya sambil tersenyum, lalu bersabda, ‘Wahai Abu Hirr.’ Saya menjawab.’ Ya, wahai Rasulullah.’ Beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam bersabda, ‘Tinggal aku dan kamu yang belum (minum).’ Saya menjawab, ‘Benar wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘Duduklah dan minumlah.’ Maka saya duduk dan minum. Beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam bersabda lagi. ‘Minum lagi.’ Beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam mengulanginya sampai saya berkata, ‘Demi Dzat yang mengutus engkau dengan kebenaran, perut saya sudah penuh.’ Beliau Shollallahu `Alaihi Wasallam bersabda, ‘Berilah mangkok itu kepadaku.’ Maka saya memberikan mangkok tersebut kepada beliau, kemudian beliau memuji Allah Subhanahu Wata`ala dan membaca basmallah lalu meminum sisanya.” (HR. Al- Bukhari)
Share:
TERIMA KASIH