Hal yang tak dapat dipisahkan dari pernikahan adalah kesetiaan. Ini menjadi harga mati untuk melanggengkan keharmonisan negara cinta yang dibangun bersama. Terkadang banyak orang tidak bijak menyikapi deraan ujian dalam berumah tangga. Bukan hidup namanya kalau tak pernah diuji dengan beraneka ragam cobaan.
Termasuk
juga ujian dalam pernikahan. Berbilang tahun mendapati pasangan hidup tak
sesuai harapan terkadang menimbulkan irisan luka menganga yang tak mampu
ditahan. Betapa banyak terjadi perceraian karena prahara rumah tangga yang tak
tertahankan lagi.
Kesetiaanlah
yang membuat keutuhan rumah tangga yang telah terbangun bertahan lama. Walau
manusiawi kita menggerutu atau protes dengan kondisi rumah tangga yang tak
sesuai dengan apa yang ada di bayangan.
Ketahuilah
hidup tak selamanya sesuai dengan apa yang didambakan. Namun takdir hidup
selalu menyediakan apa yang sebenarnya kita butuhkan.
Setia adalah
perajut benang-benang perbedaan. Kesetiaan adalah cahaya yang menerangi
gulitanya masalah kehidupan. Setia membuat pernikahan menjadi langgeng nan
abadi. Jika tak ada setia maka takkan ada pernikahan yang bertahan lama. Setia
menuntut adanya pengorbanan harta, biaya, waktu bahkan perasaan.
Kisah
berikut menyadarkan kita dalam Islam selalu ada kisah inspirasi yang mungkin
belum terselami mutiara inspirasinya.
Pernikahan
itu telah berjalan empat (4) tahun, namun pasangan suami istri itu belum
dikaruniai seorang anak. Dan mulailah kanan kiri berbisik-bisik:
“Kok belum
punya anak juga ya, masalahnya di siapa ya? Suaminya atau istrinya ya?”. Dari
berbisik-bisik, akhirnya menjadi berisik.
Tanpa
sepengetahuan siapa pun, suami istri itu pergi ke salah seorang dokter untuk
konsultasi, dan melakukan pemeriksaan.
Hasil lab
mengatakan bahwa sang istri adalah seorang wanita yang mandul, sementara sang
suami tidak ada masalah apa pun dan tidak ada harapan bagi sang istri untuk
sembuh dalam arti tidak ada peluang baginya untuk hamil dan mempunyai anak.
Melihat
hasil seperti itu, sang suami mengucapkan: inna lillahi wa inna ilaihi raji’un,
lalu menyambungnya dengan ucapan: Alhamdulillah.
Sang suami
seorang diri memasuki ruang dokter dengan membawa hasil lab dan sama sekali
tidak memberitahu istrinya dan membiarkan sang istri menunggu di ruang tunggu
perempuan yang terpisah dari kaum laki-laki.
Sang suami
berkata kepada sang dokter: “Saya akan panggil istri saya untuk masuk ruangan,
akan tetapi, tolong, nanti anda jelaskan kepada istri saya bahwa masalahnya ada
di saya, sementara dia tidak ada masalah apa-apa.
Kontan saja
sang dokter menolak dan terheran-heran. Akan tetapi sang suami terus memaksa
sang dokter, akhirnya sang dokter setuju untuk mengatakan kepada sang istri
bahwa masalah tidak datangnya keturunan ada pada sang suami dan bukan ada pada
sang istri.
Sang suami
memanggil sang istri yang telah lama menunggunya, dan tampak pada wajahnya
kesedihan dan kemuraman.
Lalu bersama
sang istri ia memasuki ruang dokter. Maka sang dokter membuka amplop hasil lab,
lalu membaca dan mentelaahnya, dan kemudian ia berkata:
“… Oooh,
kamu –wahai fulan- yang mandul, sementara istrimu tidak ada masalah, dan tidak
ada harapan bagimu untuk sembuh."
Mendengar
pengumuman sang dokter, sang suami berkata: inna lillahi wa inna ilaihi
raji’un, dan terlihat pada raut wajahnya wajah seseorang yang menyerah kepada qadha
dan qadar Allah SWT.
Lalu
pasangan suami istri itu pulang ke rumahnya, dan secara perlahan namun pasti,
tersebarlah berita tentang rahasia tersebut ke para tetangga, kerabat dan sanak
saudara.
Lima (5)
tahun berlalu dari peristiwa tersebut dan sepasang suami istri bersabar, sampai
akhirnya datanglah detik-detik yang sangat menegangkan, di mana sang istri
berkata kepada suaminya: “Wahai suamiku, saya telah bersabar selama Sembilan
(9) tahun, saya tahan-tahan untuk bersabar dan tidak meminta cerai darimu, dan
selama ini semua orang berkata:
”Betapa baik
dan shalihah-nya sang istri itu yang terus setia mendampingi suaminya selama
Sembilan tahun, padahal dia tahu kalau dari suaminya, ia tidak akan memperoleh
keturunan”.
"Namun,
sekarang rasanya saya sudah tidak bisa bersabar lagi, saya ingin agar engkau
segera menceraikan saya, agar saya bisa menikah dengan lelaki lain dan
mempunyai keturunan darinya, sehingga saya bisa melihat anak-anakku,
menimangnya dan mengasuhnya."
Mendengar
emosi sang istri yang memuncak, sang suami berkata: “Istriku, ini cobaan dari
Allah SWT, kita mesti bersabar, kita mesti …, mesti … dan mesti …”. Singkatnya,
bagi sang istri, suaminya malah berceramah di hadapannya.
Akhirnya
sang istri berkata: “OK, saya akan tahan kesabaranku satu tahun lagi, ingat,
hanya satu tahun, tidak lebih”.
Sang suami
setuju, dan dalam dirinya, dipenuhi harapan besar, semoga Allah SWT memberi
jalan keluar yang terbaik bagi keduanya.
Beberapa
hari kemudian, tiba-tiba sang istri jatuh sakit, dan hasil lab mengatakan bahwa
sang istri mengalami gagal ginjal.
Mendengar
keterangan tersebut, jatuhlah psikologis sang istri, dan mulailah memuncak
emosinya. Ia berkata kepada suaminya:
“Semua ini
gara-gara kamu, selama ini aku menahan kesabaranku, dan jadilah sekarang aku
seperti ini, kenapa selama ini kamu tidak segera menceraikan saya, saya kan
ingin punya anak, saya ingin memomong dan menimang bayi, saya kan … saya kan
…,” omel sang istri tiada henti.
Sang istri
pun bad rest di rumah sakit. Di saat yang genting itu, tiba-tiba suaminya
berkata: “Maaf, saya ada tugas keluar negeri, dan saya berharap semoga engkau
baik-baik saja”.
“Haah,
pergi?”. Kata sang istri. “Ya, saya akan pergi karena tugas dan sekalian
mencari donatur ginjal, semoga dapat," kata sang suami.
Sehari
sebelum operasi, datanglah sang donatur ke tempat pembaringan sang istri. Maka
disepakatilah bahwa besok akan dilakukan operasi pemasangan ginjal dari sang
donatur.
Saat itu
sang istri teringat suaminya yang pergi, ia berkata dalam dirinya: “Suami macam
apa dia itu, istrinya operasi, eh dia malah pergi meninggalkan diriku terkapar
dalam ruang bedah operasi”.
Operasi
berhasil dengan sangat baik. Setelah satu pekan, suaminya datang, dan tampaklah
pada wajahnya tanda-tanda orang yang kelelahan.
Ketahuilah
bahwa sang donatur itu tiada lain adalah sang suami itu sendiri. Ya, suaminya
telah menghibahkan satu ginjalnya untuk istrinya, tanpa sepengetahuan sang
istri, tetangga dan siapa pun selain dokter yang dipesannya agar menutup rapat
rahasia tersebut.
Dan
subhanallah …Setelah Sembilan (9) bulan dari operasi itu, sang istri melahirkan
anak. Maka bergembiralah suami istri tersebut, keluarga besar dan para
tetangga.
Suasana rumah
tangga kembali normal, dan sang suami telah menyelesaikan studi S2 dan S3-nya
di sebuah fakultas syariah dan telah bekerja sebagai seorang panitera di sebuah
pengadilan di Jeddah. Ia pun telah menyelesaikan hafalan Al-Quran dan
mendapatkan sanad dengan riwayat Hafs, dari ‘Ashim.
Pada suatu
hari, sang suami ada tugas dinas jauh, dan ia lupa menyimpan buku hariannya
dari atas meja, buku harian yang selama ini ia sembunyikan. Dan tanpa sengaja,
sang istri mendapatkan buku harian tersebut, membuka-bukanya dan membacanya.
Hampir saja
ia terjatuh pingsan saat menemukan rahasia tentang diri dan rumah tangganya. Ia
menangis meraung-raung tak tahan menerima kenyataan yang dibacanya.
Setelah agak
reda, ia menelepon suaminya, dan menangis sejadi-jadinya, ia berkali-kali
mengulang permohonan maaf dari suaminya. Sang suami hanya dapat membalas suara
telepon istrinya dengan menangis pula.
Dan setelah
peristiwa tersebut, selama tiga bulan, sang istri tidak berani menatap wajah
suaminya. Jika ada keperluan, ia berbicara dengan menundukkan mukanya, tidak
ada kekuatan untuk memandangnya sama sekali.
Setia tidak
akan dinikmati hasilnya oleh mereka yang main-main dalam membangun cintanya.
Ketika telah memutuskan untuk menikah berarti juga harus tahu setia merupakan
rukun yang tak bisa dihilangkan.
Ketahuilah
pernikahan adalah seni mengelola kesetiaan dalam menerima pasangan apa-adanya
bukan karena ada apanya
Yakinlah
pasangan hidup yang Allah berikan adalah anugerah terbaikNya yang akan membawa
kepada kehidupan surga sebelum surga sebenarnya. Selalu setialah agar kau
temukan kebahagiaan dalam perjalanannya.
Sumber:
Dakwatuna.com
0 comments:
Posting Komentar