Oleh: Erlin Nawang Kusumaratih
Sarjana
Terapan Kebidanan Semester VI
Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Tidak ada yang pernah menyangka di akhir tahun 2019 Maret
2020 ini masyarakat dunia dikejutkan dengan merebaknya serangan virus corona
jenis baru, yaitu Coronavirus Disease
2019 atau disingkat COVID-19. Virus ini disuga sumber penyebarannya berada di
Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Hingga tanggal 17 Maret 2020 situs Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia menyampaikan bahwa secara global sudah tercatat
151 negara terjangkit COVID-19, 167.511 kasus terkonfirmasi di seluruh
dunia. Pada konferensi pers COVID-19 di
Indonesia, dr . Achmad Yurianto selaku Juru Bicara COVID-19 / Dirjen P2P
Kemenkes RI memberikan informasi bahwa pada tanggal 18 Maret 2020, Indonesia
telah bertambah 55 kasus positif COVID-19 sehingga total pasien positif
COVID-19 menjadi 227 kasus.
Sejak merebaknya COVID-19 berbagai sektor di dunia mulai
melemah bahkan sudah ada yang mengalami penurunan drastis, kolaps, bahkan
terpaksa gulung tikar. Wabah ini begitu memengaruhi keseluruhan sendi-sendi
kehidupan umat manusia di seluruh dunia. Kepanikan, rasa cemas, dan takut kini
melipat ganda tak terkira. Apalagi banyak kasus positif COVID-19 yang berujung
kematian. Tentu saja hal ini merupakan hal yang sangat tidak diinginkan.
Beberapa hal tersebut juga sudah terjadi di negara kita, Indonesia.
Februari-Maret 2020 merupakan fase cukup mengkhawatirkan karena corona jenis
baru tersebut sudah suskes masuk dan menyebar di Indonesia.
Bagi Indonesia, peperangan dimulai. Keputusan Pemerintah
Pusat untuk kegiatan pendidikan, pekerjaan, ibadah dilakukan di rumah. Kawasan
wisata, kebun raya, perbelanjaan, dan hiburan diputuskan untuk tutup sementara
mengingat tempat-tempat tersebut merupakan daya tarik bagi orang banyak yang
dapat menyebabkan berkumpulnya manusia dalam jumlah banyak. Selain itu, hampir
seluruh kegiatan yang dihadiri banyak orang terpaksa digagalkan seperti seminar,
workshop, pelatihan, konferensi, rapat kerja nasional, musyawarah nasional,
muktamar, bahkan beberapa film yang direncanakan tayang pada bulan Maret 2020
terpaksa mengalah dengan merebaknya wabah yang tidak terduga ini.
Hal sangat kecil dan tidak terlihat ini sudah berhasil
menunjukkan pada kita semua bahwa ia telah mampu melumpuhkan keseluruhan akses
kehidupan manusia. Industri perbankan menunjukan anjloknya neraca keuangan dan
perdanganan nasional serta internasional. Banyak indeks saham mengalami penurunan
signifikan yang tidak diharapkan. Angka
investasi melesu seperti tidak ada gairah sama sekali, aktifitas ekspor impor
berada antara hidup dan mati, dan yang paling berat, sudah 19 nyawa di
Indonesia melayang akibat kondisi ini.
Memang sangat menyeramkan, tidak pernah terbayangkan bahwa
dunia akan ditegur Tuhan dengan wabah mengerikan. Tetapi, kita tidak boleh
putus harapan dengan segala keadaan yang terjadi akhir-akhir ini. Kerjasama
antar elemen, keseluruhan anggota masyarakat, pemerintah pusat-daerah hingga
sel terkecil negara yaitu keluarga harus selalu di upayakan semaksimal mungkin.
Garda terdepan yaitu pra tenaga kesehatan juga harus selalu mendapat dukungan
lahir batin dari segenap warga Indonesia, bahkan dunia.
Salah satu tenaga kesehatan yang memiliki pengaruh besar
adalah bidan. Bidan selalu berada di setiap siklus daur hidup perempuan, sedari
masa pra konsepsi hingga lansia. Dalam proses pendampingan tersebut, bidan juga
bersinggungan langsung dengan setiap anggota keluarga, baik itu dengan
perempuan itu sendiri, suami, anak, dan anggota keluarga lain. Bidan memiliki
peran besar dalam proses menjadikan keluarga menjadi keluarga yang sehat.
Upaya promotif dan preventif yang dapat dilakukan oleh
bidan dalam merebaknya COVID-19 antara lain adalah dengan memberikan pendidikan
perilaku hidup bersih dan sehat kepada setiap anggota keluarga hingga
masyarakat lainnya. Pendidikan yang dapat dilakukan adalah memberikan
pendidikan mengenai 6 langkah cuci tangan, kapan sebaiknya cuci tangan dilakukan
(seperti setelah bepergian, setelah BAB dan BAK, saat akan makan, setelah
makan, dan lain-lain).
Upaya lain yang dapat dilakukan yaitu pendidikan etika
bersin dan batuk yaitu menutup hidung dan mulut dengan siku/tisu, apabila sakit
menggunakan masker, memeriksakan diri di layanan kesehatan yang telah tersedia,
mengikuti anjuran dokter dan tenaga medis lainnya. Bidan sebagai srikandi yang
amat dekat dengan masyarakat juga dapat mengajak warga untuk selalu menjaga
kebersihan lingkungan dengan membuang sampah di tempat yang semestinya, menyediakan
jamban yang bersih pada tiap tempat tinggal, memberikan jarak sesuai standar
antara tempat pembuangan dengan sumber air bersih.
Memang terdengar ‘sepertinya bidan yang mengurusi
segalanya’, tetapi makna sebenarnya bukan begitu, bidan juga bekerjasama dengan
tenaga medis dan instansi yang lain untuk bersama-sama memberdayakan
masyarakat. Karena masyarakat merupakan komponen kompleks yang terdiri dari
berbagai unsur, tentu saja banyak sektor yang diperlukan untuk saling
mendukung. Dalam hal wabah ini, bidan juga dapat berupaya untuk bekerjasama
dengan kader, informasi dari kader dapat digunakan untuk mencari informasi
adakah keluarga yang anggotanya memerlukan pemeriksaan lanjut di fasilitas
kesehatan yang memadai untuk menangani wabah COVID-19 ini.
Peran lain yang dapat dilakukan yaitu dengan terus
berkomunikasi dengan berbagai pihak agar tidak salah komando, tidak salah
sasaran dalam penanganan wabah ini. Bidan bisa menjadi informan bagi lembaga
berwenang karena bidan juga memiliki data tiap keluarga pada tiap wilayah yang
berada di sekitarnya. Dapat disimpulkan bahwa bidan juga memiliki peran penting
dalam penanganan wabah ini. Tentu saja dengan bantuan berbagai pihak dan dengan
komunikasi yang baik antar satu sama lain.
Sumber: kemkes.go.id
Surat Edaran
Menteri Kesehatan RI No HK.02.01/Menkes/199/2020
0 comments:
Posting Komentar