Termasuk hal yang terbilang baru,
namun sudah sering terjadi dan dilakukan oleh beberapa orang. Terlebih di dunia
chatting, seperti wahatsapp, BBM, Facebook, line dan sebagainya. Yakni pemanggilan
salam yang hanya diucapakan dengan “salam” saja, tidak secara lengkap
atau paling tidak minimal “Assalamu’aikum wa rahmatullah.” Terkait hukum
masalah ini, sebetulnya sudah banyak dibahas, diantaranya ada yang tidak
membolehkan. Imam Nawawi dalam kitab syarah Lubabul Hadis, mengatakan “ucapan
salam hanya dengan lafadz salam saja adalah tidak dianggap, karena tidak
diucapkan dengan kalimat yang sempurna (laisa bikalaamin taammin).” Bahkan
ada sebagian yang menanggapinya (mengucap salam saja) dengan marah-marah,
mengancam akan memblokir dan lain-lain. Sama halnya dengan mereka ketika mendapati
ucapan salam dalam tulisan yang disingkat-singkat, contoh asslm.wrwb dan
sebagainya.
Reaksi demikian menjadi mafhum,
sebab memang kebiasaan kita seolah mengunci paradigma kita. Bahwa ketika ada
orang tua menegur anaknya, semisal tidak mengucapkan salam saat memasuki rumah,
maka sang ayah akan bilang; “Salam dulu toh nduk!” nah!, salam dimaksud
adalah ucapan “assalamu’aikum wa rahmatullah wabarokatuh” secara utuh
atau paling tidak minimal “assamu’alaikum.” Selain itu, dalam keseharian
rakyat Indonesia secara umum, hanya mengenal ucapan salam dengan “assamu’alaikum,”
jarang bahkan seperti tidak lumrah menggunakan lafadz “assalamu’alaika,”
“assalamu’alaiki” seperti yang pernah dilakukan sahabat-sahabat pada
masa Nabi.
Baralih pada dasar paling pokok
dalam Islam, yakni al-Qur’an, maka paradigma umum tersebut tergambar pada
pengertian ayat berikut:
تَحِيَّتُهُمْ يَوْمَ يَلْقَوْنَهُ سَلَامٌ ۚ
وَأَعَدَّ لَهُمْ أَجْرًا كَرِيمًا
Salam
penghormatan kepada mereka (orang-orang mukmin itu) pada hari mereka
menemui-Nya ialah: Salam; dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka. (QS. Al-Ahzab: 44)
Pada ayat ini, posisi lafadz “salamun”
(سَلَامٌ) sebagai khabar dari
mubtada’ “tahiiyyatuhum” (تَحِيَّتُهُمْ) dapat dipahami, bahwa salam yang dimaksud adalah ucapan salam
secara lengkap atau minimal “assalamu’alaikum,” sebagaimana pendapat
umum. Sama seperti ayat yang lain berikut ini:
إِذْ دَخَلُوْا عَلَيْهِ فَقَالُوْا سَلٰمًا ۗ
قَالَ سَلٰمٌ ۚ قَوْمٌ مُّنْكَرُوْنَ
(Ingatlah) ketika mereka masuk
ketempatnya lalu mengucapkan," Salaman (salam) '' Ibrahim menjawab,
"Salamun (salam)". (Mereka itu) orang-orang yang belum dikenalnya.
(adz-Dzirayat: 25).
Menurut ayat ini juga bisa dipahami,
bahwa yang dimaksud mengucapakan salam adalah salam secara utuh atau minimal “assamu’alaikum.”
Karena lafadz “salaman” (سَلٰمًا) setelah kata “faqaalu”
(فَقَالُوْا) bisa saja kedudukannya
dianggap sebagai maf’ul bih biasa, bukan maqaalul qaul. Walau
pun, ayat ini masih dapat ditafsirkan berbeda, setelah memperhatikan kalimat
setelahnya, “qaala salamun” (قَالَ سَلٰمٌ). Imam Ibnu Kasir dalam kitab Tafsirnya terkait ayat ini, mengatakan Rafa' lebih kuat dan lebih kukuh
daripada nasab, maka menjawab dengan memakai rafa' lebih utama
daripada memulainya. Di sini Ibnu Kasir seolah ingin mengatakan, “salaman”
dalam ayat tersebut memang demikian lafadznya, makanya dijawab dengan “salamun”
saja cukup, dengan lafadnya yang sama-sama pendeknya. walau ia katakan lafadz “salamun”
adalah lebih baik.
Lebih jauh, mari kita simak ayat
berikut ini:
فَاصْفَحْ عَنْهُمْ وَقُلْ سَلامٌ فَسَوْفَ
يَعْلَمُونَ
Maka
berpalinglah (hai Muhammad) dari mereka dan katakanlah: "Salam (selamat
tinggal)." Kelak mereka akan mengetahui (nasib mereka yang buruk). (al-Zuhruf: 89)
Maka ayat inilah inti sari dari
pembahasan kita. Dengan ayat ini kita dapat menyimpulkan bahwa mengucapkan
salam hanya dengan kata “salam” saja adalah cukup. Dan ayat ini lah
dalilnya. Sebab kedudukan lafadz “salamun” (سَلامٌ) pada ayat ini merupakan maqaalul qaul dari dari lafadz “qul”
(قُلْ) sebelumnya. Yang artinya,
lafadz “salamun” (سَلامٌ) tersebut adalah lafadz
asalnya. Oleh karena itu, maka berarti mengucapkan salam hanya dengan lafadz
salam saja adalah boleh, serta insyaallah berpahala. Sebab, telah menurut apa
kata al-Qur’an.
Waallahu a’lam
bi al-Shawaab…..
jadi belajar lagi makasih infonya
BalasHapus