Adalah
kebiasaan umat islam Indonesia, saat mendapat kiriman salam dari orang ketiga
yang disampaikan oleh orang kedua padanya. Jawabannya bisa dipastikan selalu “Wa’alaikumsalam,”
atau dengan kalimat yang lengkap “wa’alaikumsalam wa rahmatullah wa
barokatuh.” Selain, mungkin karena mereka hanya mengenal atau mafhum pada
kalimat tersebut saja, juga karena mereka kurang mempelajari kaidah-kaidah keberislaman
mereka. Maka dari itu, marilah kita
sama-sama menyimak cara menjawab kiriman salam dari orang lain untuk kita,
menurut hadis Nabi berikut;
Berdasarkan
hadits shahih dari Aisyah radiallahu anha dengan lafazh:
إن عائشة رضي الله عنها قالت قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : يا
عايش هذا جبريل وهو يقرأ عليك السلام قالت فقلت وعليه السلام ورحمة الله وبركاته
ترى ما لا أرى تريد بذلك رسول الله صلى الله عليه وسلم
Dari
‘Aisyah radiallahu anha berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
berkata: “Ya Aisyah, ini Jibril mengucapkan salam kepadamu.” Aisyah berkata;
Kemudian Aku berkata, “Wa’alaihis salam warahmatullah wabarakatuh” (Maktabah
Albani v2.0, hadits no. 1036)
Hadis
ini mengajarkan secara khusus, ketika kita mendapat kiriman salam dari orang
ketiga melalui orang kedua terhadap kita. Maka, seyogyanya menggunakan jawaban
dengan khitab yang sesuai. Dalam hadis tersebut, malaikat mengatakan dengan
kalimat “’alaikissallam,” (عليك السلام) karena memang khitab yang dimaksud adalah perempuan, Sitti
Aisyah. Kemudian dijawab oleh Sitti Aisyah dengan kalimat “wa’alaihissalam
wa rahmatullah wa barokaatuh,” (وعليه السلام ورحمة
الله وبركاته) sebab, yang dimaksud adalah malaikat yang notabenenya oleh
nash selalu identikkan pada jenis laki-laki (bahwa ketika dhamir yang menunjuk
pada malaikat, al-Qur’an maupun Hadis selalu menggunakan khitab atau dhamir
untuk laki-laki), maka Sitti Aisyah menggunakan Dhamir bariz muttashil, yakni
ha’ (ه) pada lafadz ‘alaihi. Artinya
khitab dan dhamir, baik yang dari malaikat Jibril maupun yang dari Sitti Aisyah
sama-sama ditujukan langsung pada orang ketiga (dari Sitti Aisyah pada Malaikat
Jibril) atau pada orang pretama (dari Malaikat Jibril pada Sitti Aisyah).
Malaikat
Jibril tidak mengucapkan dengan kalimat “assalamu’alaikum”
dan Sitti Aisyah juga tidak menjawabnya dengan “wa’alaikumsalam warahmatullah
wabarokaatuh.” Sebagai mana kalimat tersebut lumrah digunakan oleh umat
Islam Indonesia, yang kebetulan sampai saat ini belum ada Ulama pun yang
menyalahkannya. Meski tidak ditemukan hadis yang menyalahkannya, setidaknya
penulis juga belum menemukan tuntunan hadis bahwa harus demikian.
Dengan
demikian, maka sepantasnya jawaban salam harus disesuaikan dengan situasi
khitab atau dhamirnya. Seandainya yang mengirim salam adalah tiga orang atau
lebih perempuan/laki-laki, maka kalimat jawaban yang sesuai adalah “wa’alaihinnasalam
warohmatullah/ wa‘alaihimussalam warohmatullah” وعليهن
السلام ورحمة الله \وعليهم السلام ورحمة الله)). Seandainya yang
mengirim salam adalah dua orang perempuan atau laki-laki, maka jawabannya “wa’alaihimassalam
warohmatullah” (وعليهما السلام ورحمة الله).
seandainya orang yang mengirim salam adalah satu orang perempuan atau laki-laki,
maka jawabanya “wa’alaihassalam/alaihissalam warohmatullah” (وعليهاالسلام \وعليه السلام ورحمة الله), dan seterusnya.
Wallahu
a’lam bi al-shawaab…..
0 comments:
Posting Komentar