السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ
وَبَرَكَاتُهُ
Adapun keselamatan, rahmat Allah dan
barokah-barokahnya senantiasa atas kamu (kalian).
Pertama-tama, mengucapkan salam merupakan amalan muslim paling baik[1].
Selain, ia memberikan pahala, secara keseluruhanan kalimatnya ketika diucapkan
pada sesama, juga memiliki kandungan hikmah pada tiap-tiap lafadz, memasuki
aspek-aspek terluas dalam kaedah kebahasaannya.
Bahwa dalam salam ada dua kata menarik yang entah disengaja atau
tidak disebutkan berdampingan, yakni وَرَحْمَةُ
اللَّهِ وَبَرَكَاتُه. Kata barokah di sini diungkapkan dengan
jama’ (artinya dalam kaidah bahasa arab, adalah menunjukkan banyak, minimal
lebih dari dua), menunjukkan kalau barokah Allah yang dianugrahkan terhadap
hamba-hamabanya adalah memang banyak bertebaran di muka bumi.
Kemudian, rahmah disitu dinyatakan dengan lafadz mufrad atau
masdar artinya, menunjukkan satu. Menariknya, bahwa
pengungkapan ini pasti sangatlah disengaja dan teliti, bahkan pasti
diidealisasi oleh seseorang yang menguasai kaidah-kaidah kebahasaan yang
tinggi. Apakah mungkin semata-semata disampaikan oleh Nabi Muhammad yang
dikatakan ummi (tidak bisa baca-tulis)? Wallahu a’lam.
Apakah benar di dunia ini, rahmat Allah hanya ada satu? Jawabannya
terdapat di hadits berikut ini;
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ
الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ:سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ
الرَّحْمَةَ يَوْمَ خَلَقَهَا مِائَةَ رَحْمَةٍ فَأَمْسَكَ عِنْدَهُ تِسْعًا
وَتِسْعِينَ رَحْمَةً وَأَرْسَلَ فِي خَلْقِهِ كُلِّهِمْ رَحْمَةً وَاحِدَةً
فَلَوْ يَعْلَمُ الْكَافِرُ بِكُلِّ الَّذِي عِنْدَ اللَّهِ مِنْ الرَّحْمَةِ لَمْ
يَيْئَسْ مِنْ الْجَنَّةِ وَلَوْ يَعْلَمُ الْمُؤْمِنُ بِكُلِّ الَّذِي عِنْدَ
اللَّهِ مِنْ الْعَذَابِ لَمْ يَأْمَنْ مِنْ النَّارِ
Sesungguhnya Allah Swt mencipatakan rahmat,
pada hari penciptaannya Allah Swt menciptakan 100 rahmat, kemudian Dia menahan
disisi-Nya 99 rahmat, dan melepeskan untuk seluruh ciptaannya satu rahmat.
Jadi, jika orang kafir mengetahui seluruh rahmat yang ada pada sisi Allah Swt,
maka dia tidak akan putus asa dari (mendapatkan) surga, dan Jika seorang yang
beriman mengetahui seluruh bentuk azab yang ada pada sisi Allah Swt, maka dia
tidak akan merasa aman dari neraka. (H.R Bukhari).
Begitulah mengapa penulis katakan pengungkapan “rahmat”
dalam “salam” dengan lafadz mufrad atau mashdar tersebut
pasti disengaja dan penuh perhitungan. Sebab, setelah di al-jam’u wa
al-taufiq dengan hadits-hadits yang se tema ternyata memang tidak ada
pertentangan. Bahwa cukup dengan satu rahmat saja, betapa keteladanan kasih
sayang Rasulullah terhadap sahabat-sahabatnya, terhadap tetangganya, terhadap
yang memusuhinya bahkan terhadap umatnya, kita hanya bisa terkagum-kagum
terhadap beliau. Dan beliau membuktikannya, bisa. Jadi jangan kuwatir dengan
satu rahmat tersebut, sebab ia meliputi segalanya kecuali jika kita dikalahkan
oleh angkara-murka dan amarah kita.
Masih tentang salam, maka melafadzkannya harus dengan benar sesuai
kaidah kebahasaan, kaidah bahasa arab tentunya. Seperti kata “wabarokaatuh”
yang kadang masih ditemukan dalam kebiasaan masyarakat umum, membacanya “wabarkatuh.”
Penulis tidak tahu, apakah hal tersebut dapat merubah makna? Hanya saja, jika
dilakukan dalam shalat, maka dikawatirkan dapat membatalkan shalat tersebut. Karena, semestinya ia diucapkan dengan jama' (wabarokatuh) bukan mufrad (wabarkatuh).
Jumhur ulama sepakat jika dalam shalat lima fardlu, maka yang lebih
afdlol cukup mengucapkan السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَةُ اللَّهِ . Namun, ketika dalam shalat janazah, maka
lebih afdlol mengucapkan dengan lengkap, yakni السَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ . hal ini didasarkan
atas pertimbangan jumlah banyaknya hadits yang membahas pada masing-masing
kedua persoalan tersebut.
Terakhir, yang pasti dengan salam yang kita ucapkan, kita telah
mendoakan orang lain yang pahalanya secara otomatis akan kembali kepada kita,
sebab ia adalah sunnah Nabi. Kemudian salam juga merupakan jati diri dari
seorang muslim, yang dengannya berarti kita telah menebarkan kedamaian dan
rahmat pada sendi-sendi aktifitas kehidupan yang paling sederhana pada manusia
maupun alam semesta.
Wallahu a’lam bi al-shawaab…..
[1]
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bahwasanya ada seseorang yang bertanya pada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
أَىُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ قَالَ «
تُطْعِمُ الطَّعَامَ ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ ، وَعَلَى مَنْ لَمْ
تَعْرِفْ »
“Amalan islam apa yang paling baik?” Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Memberi makan (kepada orang
yang butuh) dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenali dan kepada
orang yang tidak engkau kenali. ” (HR. Bukhari no. 6236)
0 comments:
Posting Komentar