Allah dalam
salah satu Ayat-Nya berfirma:
كُلُّ
مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ
Semua yang
ada di bumi itu akan binasa. (QS. Ar-Rahman : 26-27)
Menurut ayat
ini, bahwa segala yang ada di dunia ini tidak abadi, senada dengan ayat 88
surah al-Qashash “bahwa tiap-tiap sesuatu pasti binasa.”[1]
Sedangkan Imam Ibnu Majah meriwatkan
Hadis Nabi SAW;
سَمِعْتُ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَمْ يَبْقَ مِنْ
الدُّنْيَا إِلَّا بَلَاءٌ وَفِتْنَةٌ
Telah
menceritakan kepada kami [Ghiyats bin Ja'far Ar Rahabi] telah memberitakan
kepada kami [Al Walid bin Muslim] saya mendengar [Ibnu Jabir] berkata; katanya;
saya mendengar [Abu Abdu Rabbihi] berkata; saya mendengar [Mu'awiyah] berkata,
"Saya mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah
abadi (akan tersisa) dari dunia ini melainkan cobaan dan fitnah." (HR. Ibnu
Majah: 4025)
Jadi,
menurut hadis ini yang abadi di dunia ini hanyalah dua hal, yakni “Bala’ dan
Fitnah.” Di mana keduanya merupakan hal niscaya dan identik dengan seluruh
aspek hidup-kehidupan manusia dan kemanusiaan. Oleh karenanya, ikhlas, sabar dan
tawakkal merupakan senjata jitu dalam menghadapi keniscayaan bala’ dan fitnah
tersebut.
Di dalam
masyarakat kita, memaknai keduanya (bala’ dan Fitnah) secara berbeda, bahwa bala’
selalu artikulasikan pada sesuatu yang negatif, tidak menyenangkan dan
sebagainya. Seperti gempa tektonik, kecelakaan, sakit dan lain-lain. Sedangkan fitnah
biasanya dipersepsikan pada hal-hal yang berkaitan dengan wanita, kadang harta. Akan tetapi,
pada dasarnya keduanya memiliki makna yang sama, bahwa baik bala' maupun fitnah sama-sama merupakan ujian dari Allah yang bisa saja berupa kebaikan atau keburukan sebagaimana al-Qur’an menyinggungnya,
وَنَبْلُوكُمْ
بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Kami akan membala' (menguji) kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah (cobaan). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS. Al-Anbiya’:
35)
Menurut ayat
ini, bahwa Allah senantiasa membala (menguji) manusia dengan "kejelekan" dan kebaikan" sebagai fitnah (cobaan). Namun demikian,
memang dalam beberapa hadis Nabi seolah menunjukkan pada persepsi umum di atas, tentang fitnah identik dengan wanita, kadang harta. Nabi bersabda,
إِنَّ
الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا،
فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا، وَاتَّقُوا النِّسَاءَ،
فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بْنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاء
Dari Abu
Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau
bersabda, “Sesungguhnya dunia ini manis dan indah. Dan sesungguhnya Allâh Azza
wa Jalla menguasakan kepada kalian untuk mengelola apa yang ada di dalamnya,
lalu Dia melihat bagaimana kalian berbuat. Oleh karena itu, berhati-hatilah
terhadap dunia dan wanita, karena fitnah yang pertama kali terjadi pada Bani
Israil adalah karena wanita.” (Muslim [no. 2742 (99))
Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا
تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
Tidak ada
fitnah yang aku tinggalkan setelahku yang lebih berbahaya bagi laki-laki
daripada fitnah wanita. (HR. Bukhari-Muslim)
Diriwayatkan
dari Ka’ab bin ‘Iyadh Radhiyallahu anhu, dia mengatakan, “Aku pernah mendengar
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ
لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَإِنَّ فِتْنَةَ أُمَّتِي الْمَالُ
Sesungguhnya
masing-masing umat itu ada fitnahnya dan fitnah bagi umatku adalah harta [HR.
Ahmad, Tirmidzi dan Ibni Hibbân dalam shahihnya]
Namun, yang paling konferm kaitan persamaan keduanya adalah demi terciptanya suatu kesadaran,
dapat diambil pelajaran dan muhasabah diri untuk lebih baik, sebagaimana
firman-Nya;
الَّذِي
خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ
وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia membala' (menguji) kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk: 2)
Berbeda dengan keduanya adalah “musibah,” bahwa musibah merupakan cobaan dari Allah yang berupa sesuatu hal buruk saja,
tidak baik dan dianggap negatif oleh manusia. (Baca Selengkapnya Ayat-Ayat tentang Musibah di sini). Namun pada dasarnya antara bala', fitnah dan musibah tujuan awalnya adalah untuk pelajaran/ muhasabah diri dan tujuan akhirnya adalah demi lebih baiknya diri, akhlak sosial dan agama.
Dan yang paling penting untuk semua hal yang terkait bala', fitnah dan musibah. Bahwa semuanya merupakan kata lain dari kasih sayang Allah terhadap hambaNya. Sehingga kita jangan menganggapnya sebagai beban apalagi kutukan yang kemudian kita merasa takut dengannya. Nabi Sihallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda:
Dan yang paling penting untuk semua hal yang terkait bala', fitnah dan musibah. Bahwa semuanya merupakan kata lain dari kasih sayang Allah terhadap hambaNya. Sehingga kita jangan menganggapnya sebagai beban apalagi kutukan yang kemudian kita merasa takut dengannya. Nabi Sihallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ
Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan besarnya ujian. (HR. at-Tirmidzi no. 2396 dan Ibnu Mâjah no. 4031 (Ash-Shahîhah no. 146)).
Waallahu a'lam bi al-shawab
Tiap-tiap
sesuatu pasti binasa, kecuali wajah Allah. (QS. Al-Qashash : 88)
0 comments:
Posting Komentar