السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Senin, 10 April 2017

BERDOA DENGAN NAMA-NAMA ALLAH


وَلِلَّهِ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا

"Allah mempunyai asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu" (Q.S al-A'raf: 180)

Selain ayat ini mengisyaratkan akan kebesaran dan keagungan nama-nama Allah, karena dengannya berarti telah mengikrarkan keyakinan tauhid akan asma’ wa shifat-Nya. Juga petunjuk ayat ini merupakan anugrah dari Allah, karena mempermudah kita dalam melaksanakan salah satu aktifitas ibadah, yaitu doa[1]. Bayangkan, hanya dengan menyebut salah satu nama Allah saja, telah dikategorikan berdoa.

Salah seorang teman penulis yang sangat yakin sekali dengan ayat ini. Karena ayat ini dianggapnya petunjuk Allah yang paling simple tentang doa. Bahwa islam memang agama mudah dan menghendaki kemudahan bagi umtanya[2]. Bahwa manusia memang diciptakan untuk beribadah dan doa termasuk dalam bagiannya. Maka dia mengaplikasikan ayat ini, semisal dengan melihat tetangganya memiliki banyak rejeki, harta dan kekayaan yang cukup bahkan berlebih, maka dia menyebut-nyebut asma Allah “Ya Razzaq” dengan harapan Allah akan memberikan hal yang sama kepadanya. Ketika dia sedang bersama dengan ulama, orang-orang memiliki kecerdasan agama dan tawadlu’, maka dia ucapkan “Ya Rasyid” dengan harapan Allah juga menganugrahkan kecerdasan agama dan tawadlu’. Ketika dia memperhatikan sebuah keajaiban, maka dia katakan “Ya Mujiib” dengan kesadaran bahwa hal itu pasti datangnya dari dan karena kekuasaan Allah, dan semacamnya.

Sebailiknya, ketika dia menemukan orang-orang yang sombong, maka dia ucapkan “Ya Qawiyyu” atau “Ya Malik” artinya bahwa hanya Allah lah yang maha Kuat dan yang maha merajai segalanya, hanya Dia lah yang pantas sombong[3] dan tak butuh siapa-apapun. Sedangkan manusia itu lemah[4] dan butuh. Ketika mendapati orang-orang yang dengki dengan ketinggian ilmunya, maka dia katakan “Ya Aliim”, dengan kesadaran bahwa di atas orang alim ada yang lebih alim lagi[5]. Dan sebaginya, dengan kesadaran asma al-husna insyaallah akan membentuk jiwa yang bijak, penuh ketawadlu’an kepada Allah, tak terkecuali juga terhadap manusia. Sebab, orientasi asma’ al-husna seandainya disadari, meliputi segala aspek-aspek kehidupan keseharian manusia, tergantung bagaimana kita memuhabah diri serta merelevansikannya dengan nama-nama Allah  yang jumlahnya 99.
Dari Abu Hurairah r.a., disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"إِنَّ لِلَّهِ تِسْعًا وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةٌ إِلَّا وَاحِدًا، مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَهُوَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ".

Sesungguhnya Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, yaitu, seratus kurang satu. Barangsiapa yang dapat menghafalnya, masuk surga. Dia Maha Esa dan mencintai yang esa. (H.R Imam Muslim)

Makna “ahshaahaa” sebetulnya adalah “menghitunya.” Namun, terjemahan di atas selaras dengan hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari[6].

Adapun bentuk asma’ al-husna adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Turmuzi telah di dalam kitab Jami'-nya, dari Al-Juzjani, dari Safwan ibnu Saleh, dari Al-Walid ibnu Muslim, dari Syu'aib, lalu ia menyebutkan hal yang semisal berikut sanadnya. Tetapi di dalam riwayat itu sesudah lafaz, "Menyukai yang esa," ditambahkan hal berikut, yaitu:


هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ، الْمَلِكُ، الْقُدُّوسُ، السَّلَامُ، الْمُؤْمِنُ، الْمُهَيْمِنُ، الْعَزِيزُ، الْجَبَّارُ، الْمُتَكَبِّرُ، الْخَالِقُ، الْبَارِئُ، الْمُصَوِّرُ، الْغَفَّارُ، الْقَهَّارُ، الْوَهَّابُ، الرَّزَّاقُ، الْفَتَّاحُ، الْعَلِيمُ، الْقَابِضُ، الْبَاسِطُ، الْخَافِضُ، الرَّافِعُ، الْمُعِزُّ، الْمُذِلُّ، السَّمِيعُ، الْبَصِيرُ، الْحَكَمُ، الْعَدْلُ، اللَّطِيفُ، الْخَبِيرُ، الْحَلِيمُ، الْعَظِيمُ، الْغَفُورُ، الشَّكُورُ، الْعَلِيُّ، الْكَبِيرُ، الْحَفِيظُ، الْمَقِيتُ، الْحَسِيبُ، الْجَلِيلُ، الْكَرِيمُ، الرَّقِيبُ، الْمُجِيبُ، الْوَاسِعُ، الْحَكِيمُ، الْوَدُودُ، الْمَجِيدُ، الْبَاعِثُ، الشَّهِيدُ، الْحَقُّ، الْوَكِيلُ، الْقَوِيُّ، الْمَتِينُ، الْوَلِيُّ، الْحَمِيدُ، الْمُحْصِي، الْمُبْدِئُ، الْمُعِيدُ، الْمُحْيِي، الْمُمِيتُ، الْحَيُّ، الْقَيُّومُ، الْوَاجِدُ، الْمَاجِدُ، الْوَاحِدُ، الْأَحَدُ، الْفَرْدُ، الصَّمَدُ، الْقَادِرُ، الْمُقْتَدِرُ، الْمُقَدِّمُ، الْمُؤَخِّرُ، الْأَوَّلُ، الْآخِرُ، الظاهر، الْبَاطِنُ، الْوَالِي، الْمُتَعَالِي، الْبَرُّ، التَّوَّابُ، الْمُنْتَقِمُ، الْعَفُوُّ، الرَّءُوفُ، مَالِكُ الْمُلْكِ، ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، الْمُقْسِطُ، الْجَامِعُ، الْغَنِيُّ، الْمُغْنِي، الْمَانِعُ، الضَّارُّ، النَّافِعُ، النُّورُ، الْهَادِي، الْبَدِيعُ، الْبَاقِي، الْوَارِثُ، الرَّشِيدُ، الصَّبُورُ

Dialah Allah, Yang tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang, Raja, Mahasuci, Mahasejahtera, Maha Mengaruniakan Keamanan. Maha Memelihara, Mahamulia, Mahakuasa, Mahaperkasa, Maha Memiliki Keagungan, Maha Pencipta, Maha Membentuk Rupa, Maha Pengampun, Maha-menang. Maha Pemberi Karunia, Maha Pemberi Rezeki, Maha Pemberi Keputusan, Maha Mengetahui, Maha Menyempitkan Rezeki, Maha Melapangkan Rezeki, Yang Merendahkan, Yang Mengangkat, Yang Memuliakan, Yang Menghinakan, Yang Maha Mendengar, Maha Melihat, Mahabijaksana, Mahaadil, Mahalembut, Maha-waspada, Maha Penyantun, Mahaagung, Maha Pengampun, Maha Mensyukuri, Mahatinggi, Mahabesar, Maha Memelihara, Maha Membalas, Maha Periksa, Mahaagung, Mahamulia, Maha Mengawasi, Maha Memperkenankan, Mahaluas, Mahabijaksana, Maha Mencintai, Mahaagung, Maha Membangkitkan, Maha Menyaksikan, Mahabenar, Maha Melindungi, Mahakuat, Mahateguh, Maha Menolong, Maha Terpuji, Maha Menghitung, Maha Memulai, Maha Mengembalikan, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, Yang Mahahidup Abadi, Yang Maha Berdikari, Yang Maha Pemurah, Yang Mahaagung, Yang Maha Esa, Yang Mahatunggal, Yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Yang Mahakuasa, Yang Maha Berkuasa, Yang mendahulukan, Yang mengakhirkan. Yang Mahaawal, Yang Mahaakhir, Yang Mahanyata, Yang Maha Tersembunyi, Yang Maha Menolong, Yang Mahatinggi, Yang Mahabijak, Maha Pengampun, Maha Membalas, Maha Memaafkan, Maha Penyayang. Yang Mempunyai Kerajaan, Yang Mempunyai Keagungan dan Kemuliaan, Yang Mahaadil. Yang Maha Menghimpun, Yang Mahakaya, Yang Memberi Kekayaan, Yang Maha Mencegah, Yang Menimpakan Bahaya, Yang Memberi Manfaat. Yang Maha Bercahaya. Yang Maha Pemberi Petunjuk, Yang Maha Membuat, Yang Mahakekal, Yang Maha Mewaris, Yang Maha Memberi Petunjuk, Yang Mahasabar. (Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib).

Walau pun Ibnu Katsir rahimahullah berkata, bahwa asma’ al-husna tidak hanya terbatas 99 saja;

ثم ليعلم أن الأسماء الحسنى ليست منحصرة في التسعة والتسعين بدليل ما رواه الإمام أحمد في مسنده،

“Kemudian hendaklah diketahui bahwa al-asmaa’ul-husnaa tidak terbatas pada 99 nama berdasarkan dalil hadits yang diriwayatkan Ahmad dalam Musnad-nya” [Tafsiir Ibni Katsiir, 3/515].

Namun, sekali lagi yang terpenting dari segala pemaparan di atas adalah kesadaran asma’ al-husna yang senantiasa selalu bersinggungan dengan aktifitas keseharian manusia. Bahwa ketika kita hendak marah-marah, maka ingatlah jika Allah maha sabar (الْبَصِير), dengan begitu kita doakan dan dorong diri kita agar menjadi penyabar. Ketika muncul rasa iri, maka sadarilah terdapat doa-doa disitu atas nama-namaNya agar kita merasa tidak pantas serta menjauhinya. Atau ketika dalam keadaan putus asa, maka renungkanlah bahwa Allah itu adalah tempat mengadu (الْغَفُور) dan maha mendengar (السَّمِيعُ) sehingga kita senantisa terpacu serta kembali optimis, karena sebenarnya kita mempunyai Allah yang kasih sayangNya selalu dalam pada kita (الْوَدُود) dan sebaginya. Marilah kita selalu muhasabah diri, dalam doa-doa dengan asma’ al-husnanya Allah.

Wallahu a’lam bi al-Shawaab.


[1] «الدﱡعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ»

“Do’a adalah ibadah”. (Hadits Shahih, Riwayat Ashhabus Sunan. Lihat Shahiihul jaami’ no. 3407)

[2] Dalam surat Al-Baqarah ayat 185 berikut ini:

يريد الله بكم اليسر ولايريد بكم العسر

Artinya: “Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tiada menghendaki kesulitan” (QS. Al-Baqarah: 185)

Dalam satu hadis, beliau bersabda:

يسروا ولاتعسروا

Artinya: “Permudahlah, dan jangan kalian mempersulit” (HR. Bukhari)

[3] Dalam hadits Qudsi Allah berfirman:

التكبر ردائ فمن نزعنى فهو عدوى

"Sombong itu adalah selendangku barangsiapa yang berusaha mengambil dariku, maka berarti adalah musuhku."

[4] Nabi bersabda:

الانسان محل الخطاء والنسيان

“Manusia adalah tempatnya salah dan lupa”

Firman-Nya,

وَخُلِقَ الإِنسَانُ ضَعِيفاً

“Karena manusia diciptakan (bersifat) lemah.” (QS.An-Nisa’:28)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :


كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

"Seluruh anak Adam berdosa, dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat" (HR Ibnu Maajah no 4241, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani) 

Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata :

كل إنسان يخطئ، ولا مجال [للبراءة] من الخطأ؛ لأن الله عز وجل حينما خلق ملائكة وخلق بشراً فقد قدر على هؤلاء البشر أن يخطئوا رغم أنوفهم... لا يمكن أن يتخلص، لماذا؟ لأنه إنسان ليس مَلَكاً

"Semua manusia bersalah, ia tidak bisa berlepas diri dari kesalahan, karena Allah tatkala menciptakan malaikat dan menciptakan manusia, maka Allah telah menggariskan terhadap manusia bahwasanya mereka bersalah, bagaimanapun juga…, seorang manusia tidak akan terlepaskan dari dosa, kenapa?, karena ia seorang manusia dan bukan malaikat" (Maussu'ah Al-Albaani fi al-'Aqiidah 2/156)

[5] وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ

dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha mengetahui (Q.S Yusuf: 76)

[6] مَنْ حَفِظَهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa yang menghapalnya, niscaya ia masuk surga” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 6410 dan Muslim no. 2677, dari hadits Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu].
Share:

0 comments:

Posting Komentar

TERIMA KASIH