Dia, seperti biasa
Dan, memang biasa-biasa saja.
Awalnya,
Dari hati hingga mata,
Dari telinga hingga mulut,
Dari kaki hingga rambut,
Kau bukan sisi apa-apa,
Bahkan kau tak pernah tampak dimana aku kemana-mana.
Hingga kini, luar biasa....
Kau bagai segalanya,
Mata, hati seolah hanya tercipta untuk kau lihat,
Mulut dan telinga tak henti-hentinya menunggu tuk kau sapa,
Kaki serta pikiranku terus ingin menujumu.
Engkaukah itu????
Aku pendosaMu, Tuhan,,,
Meski aku tak seserakah itu.
Aku pendosamu, tuan,,,
Tak rela aku tanpanya seandainya kau larang.
Aku pendosamu, kawan,,,
Kamu adalah kamu meski nyata-nyata daku telah mengusikmu dalam diam.
Aku pendosamu, sayang,,,
Inilah "anugrah" yang dapat ku persembahkan,
Tidak hanya buatmu tapi juga untuk keabadian.
21-09-2016
Dan, memang biasa-biasa saja.
Awalnya,
Dari hati hingga mata,
Dari telinga hingga mulut,
Dari kaki hingga rambut,
Kau bukan sisi apa-apa,
Bahkan kau tak pernah tampak dimana aku kemana-mana.
Hingga kini, luar biasa....
Kau bagai segalanya,
Mata, hati seolah hanya tercipta untuk kau lihat,
Mulut dan telinga tak henti-hentinya menunggu tuk kau sapa,
Kaki serta pikiranku terus ingin menujumu.
Engkaukah itu????
Aku pendosaMu, Tuhan,,,
Meski aku tak seserakah itu.
Aku pendosamu, tuan,,,
Tak rela aku tanpanya seandainya kau larang.
Aku pendosamu, kawan,,,
Kamu adalah kamu meski nyata-nyata daku telah mengusikmu dalam diam.
Aku pendosamu, sayang,,,
Inilah "anugrah" yang dapat ku persembahkan,
Tidak hanya buatmu tapi juga untuk keabadian.
21-09-2016
0 comments:
Posting Komentar