“Jika kebaikan itu datangnya dari Allah, maka hasilnya pasti baik. Tapi, jika kebaikan itu datangnya dari manusia, maka akan ada dua kemungkinan: Yang pertama, adakalanya hasilnya baik. Yang kedua, bisa jadi hasilnya tidak baik, karena salah penerapan atau tidak sesuai sasaran.” Begitu kata Ustadz Habiburrah El-Zhirazy, salah seorang novelis di bangsa ini.
Ternyata, manusia memang sangat unik. Maka beruntunglah orang-orang yang dapat memahami karakter dan perilaku satu-persatu. Karena berarti efeknya, kita tidak gampang buruk sangka, sabar ketika berbaur dan tidak mudah memusuhi orang lain. Sebab, kebaikan yang dinalai shaleh oleh agama, namun bagi manusia cocok-ada tidak cocoknya. Kebaikan pasti baik. Cuma manusia tabiatnya memang memiliki kepribadian berbeda-beda. Dan kita harus tahu. Maka siapa bilang jadi pemimpin itu mudah, jadi orang baik itu mudah, bergaul itu mudah, berdakwah itu mudah? Tidak. Jika kita belum benar-benar mengerti.
Aktivitas memberi itu kebaikan, tapi jika memberikan hewan uang untuk membeli makananya sendiri ke pasar. Itu yang disebut gak cocok. Menashati sahabat yang sedang dilema itu juga baik, tapi jika disampaikan dengan menyindir-nyindir. Itu yang disebut tidak mengerti. Begitupun berdakwah itu sangat baik, tapi jika dikeluarkan dengan nada keras dan menyinggung perasaan. Maka itu yang disebut dengan tidak mau tahu.
Makanya Ustadz Habiburrahman el-Zhirazy juga mengatakan dengan mengutip ungkapan dari ulama terdahulu: “bahwa yang membedakan antara ibadah dan sebuah kebiasaan itu adalah niatnya.” Ketika shalat sekalipun, jika niatnya tidak ikhlas apalagi karena riya’ maka bisa jadi shalatnya menyebabkan dia dijebloskan ke neraka weil. Sebaliknya kita menyingkirkan hal kecil dari jalan umum, maka itu bisa bernilai ibadah atau sedekah. Niat dan niat.
Tentang niat, ustadz Habiburrahman mencontohkan dengan ulama. “Yakni ulama yang benar-benar takut kepada Allah. Maka setan pun menjadi kebingungan bahkan takut terhadap ulama, bahkan saat ia tidur. Setan takut akan mengganggunya, sebab kalau dia terbangun, maka ia akan tau apa yang akan dilakukan olehnya, yaitu ambil wudhu dan melaksanakan ibadah atau shalat. Sementara kalau dibiarkan tidur, itu berarti juga membiarkannya beribadah. Karena tidurnya ulama atau orang berilmu adalah ibadah.” Kata beliau.
Sementara, hubungan antara mengerti, tahu dan niat adalah sama-sama soal hal-hal yang berkisar dalam perasaan. Jika mengerti, tahu dan niat tertata rapi sesuai posisinya masing-masing. Maka, sekali lagi kita sangat pantas disebut BAIK.
Ternyata, manusia memang sangat unik. Maka beruntunglah orang-orang yang dapat memahami karakter dan perilaku satu-persatu. Karena berarti efeknya, kita tidak gampang buruk sangka, sabar ketika berbaur dan tidak mudah memusuhi orang lain. Sebab, kebaikan yang dinalai shaleh oleh agama, namun bagi manusia cocok-ada tidak cocoknya. Kebaikan pasti baik. Cuma manusia tabiatnya memang memiliki kepribadian berbeda-beda. Dan kita harus tahu. Maka siapa bilang jadi pemimpin itu mudah, jadi orang baik itu mudah, bergaul itu mudah, berdakwah itu mudah? Tidak. Jika kita belum benar-benar mengerti.
Aktivitas memberi itu kebaikan, tapi jika memberikan hewan uang untuk membeli makananya sendiri ke pasar. Itu yang disebut gak cocok. Menashati sahabat yang sedang dilema itu juga baik, tapi jika disampaikan dengan menyindir-nyindir. Itu yang disebut tidak mengerti. Begitupun berdakwah itu sangat baik, tapi jika dikeluarkan dengan nada keras dan menyinggung perasaan. Maka itu yang disebut dengan tidak mau tahu.
Makanya Ustadz Habiburrahman el-Zhirazy juga mengatakan dengan mengutip ungkapan dari ulama terdahulu: “bahwa yang membedakan antara ibadah dan sebuah kebiasaan itu adalah niatnya.” Ketika shalat sekalipun, jika niatnya tidak ikhlas apalagi karena riya’ maka bisa jadi shalatnya menyebabkan dia dijebloskan ke neraka weil. Sebaliknya kita menyingkirkan hal kecil dari jalan umum, maka itu bisa bernilai ibadah atau sedekah. Niat dan niat.
Tentang niat, ustadz Habiburrahman mencontohkan dengan ulama. “Yakni ulama yang benar-benar takut kepada Allah. Maka setan pun menjadi kebingungan bahkan takut terhadap ulama, bahkan saat ia tidur. Setan takut akan mengganggunya, sebab kalau dia terbangun, maka ia akan tau apa yang akan dilakukan olehnya, yaitu ambil wudhu dan melaksanakan ibadah atau shalat. Sementara kalau dibiarkan tidur, itu berarti juga membiarkannya beribadah. Karena tidurnya ulama atau orang berilmu adalah ibadah.” Kata beliau.
Sementara, hubungan antara mengerti, tahu dan niat adalah sama-sama soal hal-hal yang berkisar dalam perasaan. Jika mengerti, tahu dan niat tertata rapi sesuai posisinya masing-masing. Maka, sekali lagi kita sangat pantas disebut BAIK.
0 comments:
Posting Komentar